Press "Enter" to skip to content
Kid Francis di rumahnya, Kramat Pulo. (Foto: Finon Manullang)

Coretan Finon Manullang: Mengenal Pelatih Tinju dari Tahun ke Tahun

Rondeaktual.com – Di Jakarta ada seorang pelatih tinju pro bernama Kid Francis. Tinggal di Kwitang, Jakarta Pusat. Tahun 1980 pindah ke Kramat Pulo, Jakarta Pusat. Sampai sekarang masih di sana.

Beliau adalah pelatih tinju pertama yang pernah saya kenal. Banyak belajar tentang bagaimana mengatur strategi tanding dari Kid Francis, yang sekarang berusia 85 tahun.

Di Surabaya, saya mengenal Petrus Setijadi Laksono, pelatih Sawunggaling Boxing Camp, yang juga manajer hebat dan promotor terkenal.

Saya bergabung dengan Setijadi untuk mengurus Majalah Tinju Indonesia, miliknya. Itu tahun 1984.

Dari Setijadi saya belajar bagaimana menjadi seorang manajer dan bagaimana menjadi seorang promotor.

Di Malang, saya mengenal pria bernama Abu Dhori, pelatih Gajayana.

Setelah mengenal Kid Francis, Setijadi Laksono, dan Abu Dhor, saya mulai mengenal pelatih tinju di berbagai kota, termasuk dua wanita yang entah bagaimana bisa menjadi pelatih tinju.

Berikut sebagian pelatih tinju yang pernah saya kenal. Saya mulai dari Setijadi Laksono.

SETIJADI LAKSONO

Ruang kerja saya (Redaksional Majalah Tinju Indonesia) dengan ruang kerja Setijadi Laksono (mengendalikan Sawunggaling) hanya dibatasi tembok berjarak tiga meter.

Setijadi tinggal sekitar 10 meter dari ruang kerjanya dan saya tinggal di kamar berjarak tiga meter dari ruang kerja. Di depan pintu kamar saya banyak kuda pacu. Ada kuda bernama Kid Ballel (diambil dari nama petinju top Indonesia kelas menengah Kid Ballel, kemudian marah setelah tahu namanya menjadi nama kuda). Ada Larry Holmes (diambil dari nama juara dunia kelas berat Larry Holmes yang pernah menghentikan perlawanan Muhammad Ali). Sebagian kuda milik Setijadi dititip di Pantai Kenjeran.

Setiap pagi pukul enam Setijadi Laksono sudah bangun. Para petinju yang tinggal di kamar masing-masing juga sudah bangun. Latihan mulai pukul tujuh dan pukul tiga sore.

Begitu setiap hari, kecuali Sabtu sore dan Minggu total tidak ada latihan.

Setijadi Laksono mengajarkan semua petinjunya dengan dasar jab-straight. Sementara uppercut, hook, atau kombinasi kadang boleh dilewati tetapi jab-straight merupakan keharusan.

Di atas ring, setiap petinju Sawunggaling selalu memulai dengan jab-jab.

Jab begitu penting di atas ring. Bisa dipastikan jab petinju Sawunggaling paling cepat dan dan paling tajam. Setelah melewati menit pertama, jab-straight mulai beraksi. Belum ada petinju Sawunggaling langsung melepaskan jab-straight. Selalu jab, jab, jab. Setelah itu terserah.

Weaving dan lari mundur mengitari angka delapan juga keharusan bagi setiap murid yang baru bergabung di markas Sawunggaling.

Tahun 2001 Setijadi Laksono meninggal dunia. Saya harus mengurus izin khusus dari kantor (koran nasional di Harmoni, Jakarta) agar bisa pergi ke Surabaya untuk memberikan penghormatan terakhir.

ABU DHORI

Pertama mengenal Abu Dhori di Gajayana Malang (pertokoan Kayutangan) ketika sedang mengurus persiapan Misiyanto.

Misiyanto adalah petinju amatir yang masuk tinju pro pada usia belum 16 tahun dengan nama Little Holmes. Sekarang Little Holmes menjadi pelatih penting di Bulungan, Jakarta Selatan.

Abu Dhori keras dalam mempertahankan disiplin. Ia mengajarkan pertahanan yang dan serangan long hook mematikan, seperti sering diperlihatkan Juhari, sang juara OPBF.

Abu Dhori mungkin satu-satunya pelatih yang berani melancarkan protes di pinggir ring, jika melihat petinjunya kalah tidak wajar.

Suatu malam di Bengkulu, 19 Juli 1986, promotor Tinton Soeprapto menandingkan Wongso Indrajit (Sawunggaling Malang) dengan Little Holmes (Gajayana Malang) dalam kejuaraan Indonesia kelas bantam yunior. Wasit Perez (Filipina) merangkap hakim menilai 118-115, Djafar (Jakarta) 117-116. Keduanya untuk Wongso Indrajit. Sudarsono (Jakarta) menilai 117-114 untuk Little Holmes.

Kalah, Abu Dhori marah dan membakar semangat Little Holmes yang segera berlari ke arah dewan juri kemudian menyambar mik. Dari pinggir ring, Little Holmes berteriak menantang Wongso Indrajit dalam pertandingan berikutnya.

Di akhir tahun 70-an di Stadion 10 Nopember Surabaya, cara yang sama pernah dilakukan Rudy Siregar. Bedanya Rudy tetap di atas ring dan sambil memegang mik menantang Kid Ballel.

KAILOLA

Di Malang ada tiga Kailola. Kailola pertama adalah pelatih Thomas Americo. Dua Kailola lainnya adalah Ingger Kailola dan Leo Kailola. Keduanya putra dari Kailola, yang meninggal dunia di pinggri ring akibat serangan jantung.

Ingger Kailola menjadi pelatih Satria Yudha Malang bersama manajer “gila” bola, Lucky Acub Zainal.

Ingger menangani puluhan anak muda termasuk Tejo Arter (sekarang pemilik kios di Terminal Arjosari Malang) dan Taufiq Bathi (sekarang di Jakarta dan sering bertugas mengangkat tali ring membantu round girls naik ke dalam ring).

Leo Kailola pernah menangani Edward Apay, yang dulu disebut-sebut sebagai petinju kelas bantam terbaik dan pernah mengalahkan Ellyas Pical sebelum menjadi juara dunia.

Di Gelora Pantjasila Surabaya, 16 November 1986, Edward bertarung 12 ronde melawan Nurhuda dalam kejuaraan Indonesia kelas bantam gelar lowong. Ada dua hakim yang bermain ”gila” sehingga pertandingan draw, yang harusnya mutlak milik Edward Apay.

Tengah malam Leo Kailola dan petinjunya pulang ke Malang dengan perasaan kacau.

EDDY PIRIH

Di Surabaya ada tokoh tinju terkenal mantan tentara pangkat Lettu bernama Eddy Pirih, pendiri Pirih Boxing Camp. Eddy Pirih menjabat sebagai manajer tetapi dikenal sebagai pengatur strategi yang ulung. Sering mendapingin petinjunya jika bertanding di luar negeri. Eddy Pirih bertindak sebagai pelatih.

Salah satu ajaran yang paling terkenal dari Eddy Pirih adalah ilmu ”karut kirut”.

Sampai sekarang, sampai sasana Pirih bubar, saya tidak pernah mengerti apa yang dimaksud “karut kirut”.

SIMSON TAMBUNAN

Dalam sejarah tinju pro Tanah Air, Simson Tambunan adalah pelatih pertama yang berhasil melahirkan juara dunia.

Setelah Simson mencetak Ellyas Pical, pelatih lain mencetak juara dunia antara lain; Charles Thomas dan Abdu Dhori (melahirkan juara dunia IBF kelas terbang mini Nico Thomas), Sutan Rambing (melahirkan Chris John juara dunia WBA kelas bulu), M Junus (melahirkan M Rachman juara dunia IBF kelas terbang mini), dan masih ada yang lain.

Simson Tambunan awalnya Ketua Pengda Pertina DKI Jakarta dan mulai total sebagai pelatih Garuda Jaya setelah memberhentikan pelatih Pontas Simanjuntak. Nama Simson semakin tidak terbantahkan ketika berhasil mengantar Ellyas Pical sebagai petinju Indonesia pertama menjadi juara dunia.

Simson Tambunan banyak menangani petinju yang sudah jadi dan menjadi juara Indonesia seperti; Iwan Tubagus Jaya, Ricky Tampubolon, Piet Gommies, Zulfren Saragih, Marthen Kasangke.

Simson memang hebat. Ia menjadi salah satu yang berhasil mendidik orang dari nol sampai juara.

Simson memberikan ilmu tinju yang paling dasar kepada Ippo Gala, Bongguk Kendy, Darwin Marbun, Robert Azumah (warga negara Ghana). Semua menjadi juara Indonesia.

Banyak pelatih di Indonesia tetapi jarang melatih petinju dari nol sampai juara. Kebanyakan pelatih menangani petinju sudah jadi kemudian memolesnya dan juara.

KAIRUS SAHEL

Tahun 1981, jauh sebelum Ellyas Pical menjadi juara dunia, saya mulai mengenal Kairus Sahel di Garuda Jaya.

Tahun 1983, Simson Tambunan memberhentikan Pontas Simanjuntak sebagai pelatih dan mendorong Kairus Sahel sebagai pengganti.

Kairus ikut mendampingi pelatih Simson Tambunan mempersiapkan Ellyas Pical menantang juara dunia IBF kelas bantam yunior asal Korea, Joo-Do Chun.

Akhirnya Ellyas Pical pisah dengan Garuda Jaya. Kairus Sahel menjadi pelatih Ellyas Pical.

Tidak hanya Ellyas Pical yang ditangani Kairus Sahel. Ia juga menjadi pelatih di Arseto, Satria Kinayungan, dan di tempat lain. Kairus Sahel lebih banyak melatih petinju sudah jadi dan semua juara Indonesia.

Itulah kelebihan Kairus Sahel, yang sekarang berusia 67 tahun dan tinggal di Sukabumi, Jawa Barat.

DIDIK MULYADI

Didik Mulyadi asli “Kera Ngalam” adalah pelatih tinju pro pertama yang direkut Zainal Tayeb, pemilik Mirah Boxing Camp Bali.

Setelah bertahun-tahun bersama Zainal Tayeb, Didik Mulyadi memilih mundur dan kembali ke Malang.

ZULFREN SARAGIH

Zulfren Saragih datang dari Garuda Jaya sebagai juara kelas bulu kemudian terjun sebagai pelatih.

Sama seperti Kairus Sahel, hampir semua petinju yang dilatih Zulfren berhasil menjadi juara Indonesia. Bahkan banyak yang dilatihnya dari nol.

Selain melatih dua adiknya –Roy Saragih dan Rio Saragih—Zulfren berhasil mengantar Virgo Waraow sebagai salah satu yang terbaik di kelas bulu yunior era tinju masuk televisi.

Finon Manullang, menulis dari Desa Tridayasakti, Jawa Barat.

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *