Rondeaktual.com – Banyak yang tidak mengenal sepak terjang Kairus Sahel sebagai pelatih tinju profesional. Orang tahunya Kairus Sahel pelatih juara dunia Ellyas Pical.
Kairus Sahel menginggal dunia dalam usia 64 tahun di Jakarta, Jumat pagi, 26 Februari 2021.
Kairus Sahel telah mengantar sejumlah nama menjadi juara nasional dan internasional. Ia membawa petinju bertanding dari kota ke kota. Membawa petinju bertanding di luar negeri; Rusia, Australia, Jepang, dan negara lainnya.
Kairus Sahel menangani persiapan tanding antara lain petinju; Ellyas Pical, Zulfren Saragih, Wiem Sapulette, Yosi Amnifu, Ippo Gala, Nico Touriri, Oki Abibakrin, dan hampir semua petinju Arseto milik Tourino Tidar.
Rendah hati dan mudah akrab. Kairus Sahel telah melahirkan sejumlah juara nasional dan internasional. Salah satu karya besarnya adalah ketika ia ikut menangani persiapan tanding Ellyas Pical. Mulai dari partai non gelar sampai partai kejuaraan dunia. Kairus Sahel selama bertahun-tahun melatih Ellyas Pical, juara dunia pertama dari Indonesia.
Kairus Sahel meninggal dunia akibat sakit yang menggrogoti hidupnya dalam tahun terakhir. Pelatih legendaris itu telah pergi untuk selamanya.
Sebelum meninggal dunia, Kairus Sahel sempat beberapa bulan dalam perawatan putri kesayangannya, Fitri, di daerah Bekasi, Jawa Barat.
Banyak kenangan tentang perjalanan Kairus Sahel di sekitar tinju Tanah Air. Kairus Sahel dikenal sebagai pelatih legendaris yang ikut menangani persiapan tanding kejuaraan dunia Ellyas Pical dan sejumlah petinju profesional lainnya.
Dalam catatan saya, Kairus Sahel memulai karir pelatih dalam usia muda dan itu pada awal decade 80-an.
Melalui Garuda Jaya, sasana tinju yang melahirkan Ellyas Pical sebagai petinju Indonesia pertama menjadi juara dunia, Kairus Sahel menjalani karir kepelatihannya dari bawah. Ia menjadi pelatih di Garuda Jaya mendampingi pelatih Simson Tambunan.
Sebelum memilih pensiun dari profesi pelatih, Kairus Sahel masih sempat menangani persiapan tanding Tibo Monabesa. Pada 2017 Kairus mundur dari Tibo Monabesa. Dua tahun kemudian Tibo menjadi juara dunia IBO kelas terbang ringan.
DAMPINGI ELLY DI SURABAYA
Pontas Simanjuntak adalah orang pertama yang menangani persiapan tanding Ellyas Pical. Pontas melengkapi teknik bertinju yang sudah dimiliki Ellyas ketika masih menjadi petinju amatir di Garuda Pattimura Maluku.
Pontas menjalankan program latihan yang diberikan Simson Tambunan. Tak sampai satu tahun, kubu Garuda Jaya mengambil keputusan keras untuk menghentikan Pontas Simanjuntak. Pengganti Pontas adalah Kairus Sahel.
Ketika Ellyas Pical bertanding melawan Wongso Indrajit (Sawunggaling Malang) di Gedung Go Skate Surabaya, 11 Desember 1983, Kairus Sahel sudah berdiri di sudut Elly. Kairus sebagi sekondan pertama, atau orang yang paling berhak mendampingi petinju di dalam ring selama pertandingan. Simson berada di bawah, tak jauh dari tiang ring. Simson bertugas mengawasi jalannya pertandingan kemudian memberikan komanda.
Pertandingan 12 ronde melawan Wongso Indrajit dimenangkan oleh Ellyas Pical dan menjadi juara Indonesia kelas bantam yunior.
Setelah mengalahkan Wongso Indrajit, Kairus Sahel semakin dekat bersama Ellyas Pical.
Sejarah tinju mencatat Ellyas Pical menjadi petinju Indonesia pertama yang berhasil merebut gelar juara dunia IBF kelas bantam yunior. Ellyas Pical merebut gelarnya di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat malam, 3 Mei 1985, setelah menang KO ronde 8 atas juara bertahan Ju-do Chun (Korea Selatan).
PELATIH ELLYAS PICAL
Ketika Ellyas Pical kalah angka 15 ronde melawan Cesar Polanco (Republik Dominika) dan kehilangan gelar IBF kelas bantam yunior, formasi tim Elly berubah total.
Ellyas Pical meninggalkan Garuda Jaya dan tidak lagi ditangani Simson Tambunan. Kairus Sahel maju sebagai pelatih dan mempersiapkan Ellyas Pical menghadapi tanding ulang melawan Cesar Polanco. Sementara, promotor Boy Bolang lepas dan masuk Anton Ojak Sihotang sebagai promotor baru bagi Ellyas Pical.
Tanding ulang di Istora Gelora Bung Karno, 6 Juli 1986, dimenangkan Ellyas Pical dengan KO ronde ketiga atas Cesar Polanco. Itu sukses pertama Kairus Sahel.
Kairus Sahel harus menerima kenyataan pahit ketika tangan kidal yang tangguh Kaosai Galaxy (Thailand) menjatuhkan Ellyas Pical di tengah ringan pada ronde 14, Stadion Utama Gelora Bung Karno, 28 Februari 1987.
Itu merupakan kejuaraan dunia WBA kelas bantam yunior, bersama promotor Kurnia Kartamuhari.
Kalah di tangan Galexy, Elly masih tetap bersama Kairus Sahel. Masih ada pertadingan gelar dunia IBF. Peran Kairus Sahel sangat penting.
Di luar Ellyas Pical, Kairus Sahel terus berkarya dan menjadi pelatih di sejumlah sasana. Kairus Sahel menjadi pelatih di Selapa Polri, Arseto, Satria Kinayungan, Pegangsaan Cakung. Hampir semua petinju yang ditanganinya maju sebagai juara Indonesia.
Kairus Sahel pernah memutuskan untuk keluar dari tinju. Ia bekerja di Jakarta dan menetap di Parung Kuda, Sukabumi.
Kairus Sahel dua kali menikah. Istri pertama di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, meninggal dunia. Istri kedua di Parung Kuda.
Pada 2015, entah mengapa tiba-tiba saja Kairus Sahel menerima tawaran dari Armin Tan. Kairus dikontrak untuk menangai Tibo Monabesa.
Kepelatihan itu hanya berumur satu tahun. Kairus berhenti dan jauh dari tinju.
Ketika Kairus Sahel masuk menangani Tibo, ia sudah dalam kondisi kurang baik. Kakinya mulai mengecil dan setengah diserat jika melangkah. Ia mengeluh sakit pengapuran.
“Aku kalau jalan sakit. Orang yang tidak tahu, bilang aku ini asam urat. Padahal bukan. Ini pengapuran,” kata Kairus Sahel di Tondano, Sulawesi Utara, 2015. Kami sama-sama ke Tondano, atas undangan promotor Laurens Tirajoh.
Suatu malam, 3 Juni 2016, di atas ring Total Boxing, Tangerang, milik promotor Vicky Permana Putra, Kairus Sahel terlihat di sekitar ring.
Saya memanggilnya naik ke atas ring. Kepada penonton, saya memperkenalkan Kairus Sahel sebagai pelatih yang pernah mengantar Ellyas Pical merebut gelar juara dunia tinju.
Malam itu Kairus Sahel berusia 60 tahun. Itu pertemuan yang sangat spesial. Tak semua orang bisa begitu. Bisa jadi Kairus Sahel satu-satunya yang mendapat kehormatan seperti itu, yang saya lengkapi dengan wawancara singkat di atas ring.
Di hari-hari berikutnya, saya masih sempat bertemu Kairus Sahel di sekitar ring. Tidak ada pembicaraan yang istimewa. Biasa-biasa saja.
Tetapi, beberapa bulan yang lalu, Kairus Sahel seperti menjadi tidak biasa. Ia menghubungi ponsel saya kemudian tumben curhat dan dan mengeluh sakit. Entah mengapa, ia ingin sekali menjumpai pengacara hebat Hotman Paris Hutapea.
Kepada Kairus Sahel, sejujurnya saya sampaikan bahwa saya tidak mengenal Hotman Paris Hutapea. Bahkan tidak mengetahui alamat kantornya.
Banyak pesan sedih yang disampaikan Kairus Sahel, termasuk masalah sertifikat.
Ternyata itulah kesedihan terakhir dari seorang Kairus Sahel.
Selamat jalan, Bang Kairus. Karya besarmu sebagai pelatih tinju tak akan lekang oleh waktu. Sekali lagi, selamat jalan. Semoga mendapat tempat yang indah. Amiiin. (Finon Manullang, dari Desa Tridayasakti, Jawa Barat)