Rondeaktual.com – Mantan juara Indonesia kelas terbang yang buta akibat ganasnya serangan tinju di atas ring, Mintohadi, 52 tahun, berkali-kali mengirim pesan tentang kabar gembira.
Penasaran, Rondeaktual.com menghubungi ponsel Mintohadi di Malang, Jawa Timur. Ternyata “kabar gembira” versi Mintohadi adalah bagian dari promosi usaha pijat tunanetra, yang ditekuninya selama bertahun-tahun.
Mintohadi lahir di Pesanggaran, Banyuwangi, 17 Agustus 1986. “Oyi sam (iya mas), aku lahir di sana tapi KTP-ku sekarang Malang. Waktu main tinju di Akas Probolinggo,” ujarnya.
Sejak buta akibat kerasnya pukulan tinju di atas ring, Mintohadi yang hobi menyanyi dan gitar, mengambil kursus pijat di Malang. Setelah lulus, Mintohadi membuka usaha Pijat Puspita, yang sekarang buka praktik di Jalan Mayjen Sungkono, Gang 2 Nomor 63, Buring, Kedung Kandang, Malang, Jawa Timur.
“Sekarang ada kabar gembira,” kata Mintohadi, mantan juara Indonesia kelas terbang 1991, yang bertanding di atas kontrak promotor A Seng. “Sekarang di Klinik Pijat Puspita sudah ada juru pijat atau terapis perempuan. Dulu tidak ada. Pasien pria atau wanita saya terapis sendiri. Lama-lama tidak sanggup. Pasien bertambah. Saya ambil asisten sampai dua orang, tapi laki. Sekarang pasien makin bertambah sehingga saya harus merekrut teman tunet adik kelas saya untuk memenuhi permintaan. Ini juga (terapis wanita) atas permintaan para langganan saya. Mereka bilang kalau bisa tambah dengan terapis perempuan,” Mintohadi menjelaskan.
Mintohadi juga membuat promosi ke teman-temannya di Malang dan sekitarnya. “Datang ke klinik saya. Nanti ditangani tenaga ahli, yang sudah lulus dan berijazah. Dijamin puas.”
Mintohadi dan timnya siap menerapi berbagai masalah hidup sehari-hari. “Insyah Allah dengan rido, maghfiroh dan rahmat-Nya, Anda akan menemukan kesembuhan. Terkilir, masalah urat, dan melancarkan peredaran darah, itu merupakan tugas kami untuk mengatasinya.”
Di klinik pijak milik Mintohadi, tersedia jamu hermal yang dipromosikan bisa mengatasi diabetes, asam lambung sesak napas, tekanan darah tinggi, kolesterol, pegal linu, menyehatkan jantung, ginjal, gatal-gatal.
“Jamu kuat lelaki juga ada. Peminatnya cukup tinggi. Ada yang minta diantar ke kantornya. Jaran goyang adalah herbalal ami yang terbukti tangguh tak tergoyahkan.”
Jamu vitalitas kaum pria yang dijual Mintohadi hanya titipan dari agen. “Saya tidak pernah memproduksi jamu. Mereka titip di sini dan saya hanya ambil untung 20% saja.”
Sebagai petinju profesional bersama Akas Boxing Camp Probolinggo, Mintohadi enam kali bertanding untuk perebutan gelar juara Indonesia.
6 KEJUARAAN MINTOHADI
1. Mintohadi merebut sabuk juara Indonesia kelas terbang dari tangan juara Ringgo Hasan Lobubun (Manggala Jakarta) melalui KO ronde 11 di Granada, Jakarta.
Seingat Mintohadi, berlangsung 7 Oktober 1991 dan mendapat bayaran Rp 500 ribu dari promotor Berty Kasenger.
2. Mintohadi bertanding 12 ronde melawan Robert Pandingan (Manggala Jakarta) di Pantai Carita, Pandeglang. Mintohadi menerima bayaran Rp 2,5 juta dari promotor Berty Kasenger.
Pertandingan berakhir draw, maka juara tetap juara. Mintohadi tetap menerima sabuk juara.
3. Mintohadi bertanding 12 ronde di Jakarta melawan Jack Siahaya (Tonso Jakarta). Mintohadi menerima Rp 3 juta dari promotor Henry Therik.
Pertandingan berakhir draw, maka juara tetap juara. Mintohadi tetap membawa pulang sabuk juara.
4. Mintohadi kehilangan gelar juara menyusul kalah angka 12 ronde atas Jack Siahaya di Gedung Go Skate, Surabaya. Promotor A Seng membayar Mintohadi Rp 3 juta.
5. Mintohadi merebut sabuk juara Indonesia kelas terbang dari tangan Jack Siahaya melalui kemenangan KO ronde 7, di Gedung Go Skate, Surabaya, 13 Juni 1993.
Karena status penantang, Mintohadi hanya mendapat bayaran Rp 500 ribu dari promotor A Seng.
6. Mintohadi kehilangan gelar di Ambon, Maluku, 17 Desember 1993, TKO ronde 6 atas Jack Siahaya. Mintohadi menerima bayaran Rp 3 juta dari promotor Tourino Tidar.
“Di Ambon (menghadapi Jack Siahaya) mata saya sudah parah. Manajer sudah larang jangan main, tapi saya tetap pergi ke Ambon. Itu yang membuat mata saya semakin rusak. Dunia gelap gulita.” (Finon Manullang)