Rondeaktual.com – Sedih mengabarkan berita duka yang mendalam atas kepergian salah satu tokoh tinju terbaik, terlama, dan paling setia, Oesman Hassan, 90 tahun.
Oesman Hassan adalah purnawirawan berpangkat Letnan muda, tidak melanjutkan karir militer.
Beliau asal Aceh dan sejak usia remaja menghabiskan seluruh hidupnya di Kota Bandung, Jawa Barat.
Selama bertahun-tahun, beliau telah memberikan hati dan pikirannya untuk tinju profesional Indonesia. Sebagai sesepuh tinju, dedikasinya untuk Komisi Tinju Indonesia (KTI) Jawa Barat sangat tinggi. Paling setia.
Berita duka atas kepergian Oesman Hassan pertama kali saya terima dari senior tinju Bandung, Subur Yanto Siregar dan pelatih tinju Tanjung Priok, Hendra Julio.
“Mohon maaf, terlambat menyampaikan,” kata Subur Yanto Siregar di Bandung, Senin, 15 Maret 2021. “Meninggal dunia hari Kamis (11 Maret) pagi. Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, karena dulunya adalah perwira.” Subur Yanto Siregar menjelaskan.
Saya segera menghubungi Letkol Cku M. Nazarudin Oesman, putra tertua almarhum.
“Orangtua kami, sebelumnya delapan hari dirawat di rumah sakit. Dua hari dirawat di rumah dan meninggal dunia pada hari Kamis pukul 03.00. Saya sebagai anak tertua harus mengurus dan meminta maaf tidak sempat mengabarkannya, kecuali hanya melalui facebook,” ujar Letkol Cku M Nazarudin Oesman.
Tentang Oesman Hassan, tidak banyak yang saya ketahui. Tetapi, saya telah mengenal almarhum selama bertahun-tahun. Setiap ada pertandingan tinju di Jawa Barat, Oesman Hassan selalu duduk di barisan paling pinggir dari ring. Duduk di sana sebagai ofisial ring bersama tokoh KTI Jawa Barat, Ebert Hutagalung. Ada Oesman Hassan pasti ada Ebert Hutagalung.
Dalam tiga tahun terakhir, saya pernah lima kali bertemu Oesman Hassan.
Pertama di GOR Bulutangkis Cendrawasih, Cengkareng, Jakarta Barat. Di sana ada pertandingan tinju Tibo Monabesa melawan petinju Thailand. Oesman Hassan menjalankan tugas ofisial ring bersama Ebert Hutagalung dan Sangap Sidauruk.
Tidak berapa lama, bertemu lagi di pinggir ring dalam partai petinju Indonesia versus petinju Thailand kelas lima.
Pertemuan ketiga di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Kelurahan Cikutra, Cibeunying Kidul, Bandung, Jawa Barat.
Saya di sana bersama Oesman Hassan, Subur Yanto Siregar, dan Rico Americo (putra legenda tinju Thomas Americo dari istri kedua di Dili, Timor Leste). Kami menghadiri upacara pemakaman promotor dan tokoh tinju Kol Chb (Purn) FK Sidabalok.
FK Sidabalok adalah orang yang menyelundupkan Thomas Americo agar bisa lolos dari pelabuhan laut Dili. Sidabalok membawa Thomas Americo ke Malang untuk dididik sebagai petinju profesional tanpa jenjang amatir. Ia ditangani pelatih Tjipto Moerti di Arema Malang kemudian pindah ke Gajayana Malang, sasana milik Pemda. Thomas Americo menjadi petinju Indonesia pertama bertarung dalam kejuaraan dunia. Thomas Americo gagal merebut gelar juara dunia WBC kelas welter yunior, setelah kalah angka melalui pertarungan 15 ronde melawan juara asal Amerika, Saoul Mamby, di Gelora Istora Senayan, Jakarta, 29 Agustus 1981. Thomas Americo berdiri sepanjang pertandingan. Tidak minum dan tidak duduk setiap interval ronde.
Pertemuan terakhir dengan Oesman Hassan sebanyak tiga kali di Bandung, dua tahun silam. Ia datang menghadiri pertemuan dengan panitia tinju Rindam Siliwangi, menghadiri pertemuan timbang badan petinju, dan duduk sebagai ofisial ring pertandingan tinju internasional di Aula Satata Sariksa Mako Rindam III/Siliwangi, Jalan Manado, Kota Bandung, Kamis, 24 Januari 2019.
Di pertemuan terakhir, saya mengetahui bila ke mana-mana Oesman Hassan menyetir sendiri dengan kecepatan paling rendah. Beliau juga mengatakan tidak bisa berhenti merokok.
“Ini (sambil memperlihatkan sebatang rokok) yang membuat saya senang,” kata Oesman Hassan. Saya ikut senang, tetapi saya tidak ikut merokok.
Pada hari pertandingan di pinggir ring, Oesman Hassan mengenalkan saya dengan putranya, seorang perwira menengah dengan pangkat Letnan Kolonel.
Pertemuan di Bandung adalah yang terakhir. Hari ini, Senin, 15 Maret 2021, datang berita duka bahwa Oesman Hassan telah meninggal dunia hari Kamis. Beliau menghembuskan napas terakhir setelah berjuang melawan sakit karena usia sudah lanjut.
Selamat jalan, Bapak Oesman Hassan. Nama dan karyamu akan selalu kami ingat. (Finon Manullang)