Rondeaktual.com – Hari ini, Rabu, 14 April 2021, merupakan hari yang sangat bersejarah dalam hidup Maya Hutauruk, 59 tahun.
Maya, kelahiran Tarutung, Sumatera Utara, akan duduk di meja Hakim C, untuk Kejuaraan WBC International light flyweight 12 ronde antara Tibo Monabesa (Indonesia) dengan Toto Landero (Filipina).
Pertandingan akan berlangsung di Gedung Balai Sarbini, Plaza Semanggi, Jakarta, Rabu, 14 April 2021.
Maya Hutauruk menempati meja Hakim C, menggantikan posisi Jerrold Tomendon (Filipina). Tomendon tidak datang ke Indonesia karena pandemic COVID-19.
“Ketika saya mengajukan nama Maya Hutauruk ke WBC di Meksiko, untuk menggantikan Tomendon, surat saya ditahan beberapa hari.,” kata Ketua Umum Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) Pusat, Manahan Situmorang. SE, MM. “Setelah diproses dan Presiden WBC Mauricio Sulaiman tahu bahwa saya bersahabat dengan ayahnya (almarhum Jose Sulaiman), permohonan dikabulkan. Artinya, Mauricio tahu kalau saya tidak akan menjerumuskan WBC.”
Itu bukan pekerjaan mudah. Sekarang Maya Hutauruk menjadi wanita Indonesia pertama yang bertugas sebagai hakim kejuaraan WBC International.
Selain Maya Hutaruk, ada dua hakim tinju lainnya yang akan memberikan nilai untuk pertandingan Monabesa-Landero. Pertandingan dipimpin wasit Philipus Elungan.
Hakim A, Rocky Joe, yang di masa mudanya dikenal sebagai juara Indonesia kelas menengah, mengalahkan Rudy Siregar, salah satu legenda kelas menengah Indonesia. Hakim B, Ricardo Simanungkalit, yang tercatat sebagai mantan juara Indonesia kelas menengah tertua. Pada usia 40 tahun, Ricardo, murid guru tinju Kid Francis, masih bisa memenangkan kejuaraan Indonesia kelas menengah. Hakim C, Maya Hutauruk, yang sejak 2001 telah tercatat sebagai wasit/hakim ATI.
Rabu malam benar-benar sangat bersejarah dalam hidup Maya Hutauruk. Ia akan tercatat sebagai wanita Indonesia pertama yang menjadi hakim kejuaraan WBC International. Ia juga akan tercatat dalam sejarah tinju sebagai suami-istri pertama mendapat tugas hakim Kejuaraan WBC International dalam waktu yang bersamaan. Maya Hutauruk dan Ricardo Simanungkalit setiap hari tinggal serumah di Bekasi, Jawa Barat. Keduanya adalah suami-istri.
Sepanjang sejarah tinju Indonesia, baru sekarang ada suami-istri duduk sejajar sebagai hakim tinju.
Maya Hutauruk mengenal Ricardo Simanungkalit ketika belum menyandang gelar juara Indonesia dan itu sudah terjadi sejak 1981. Ricardo adalah anggota Scorpio Boxing Camp Jakarta, milik Kid Francis.
Beberapa tahun kemudian, Kid Francis menjadi guru bagi Maya Hutauruk ketika ia mengikuti penataran wasit/hakim yang diselenggarakan oleh ATI di Harmoni, Jakarta, pada 2001.
Maya Hutauruk membutuhkan seribu akal untuk bisa menaklukkan hati sang arjuna Ricardo Simanungkalit, pria asal Tarutung, Sumatera Utara. Maya membutuhkan waktu yang panjang dan harus mengikuti sang kekasih bertanding sampai jauh malam.
Setelah berhasil menaklukkan hati pria gagah dan halus pribadinya, Maya tetap setia mendampingi Ricardo Simanungkalit.
“Kalau dia mau main, yang menyiapkan menunya sudah pasti aku,” sergah Maya Hutauruk.
Tidak ada kata bosan, Maya terus mendampingi Ricardo bertanding dari satu kota ke kota lain. Ketika suaminya pertama kali merebut sabuk juara Indonesia kelas menengah, Maya tetap berada di samping.
Bila ada pertemuan mantan petinju versi Keluarga Besar Tinju Indonesia (KBTI), Maya selalu hadir memeriahkan suasanya temu kangen.
Berdasarkan data dari buku Memoar Tinju Profesional, Ricardo Simanungkalit merebut sabuk juara Indonesia kelas menengah di atas lapangan sepakbola yang besar Stadion Kridosono Yogyakarta, 3 Juni 1989, mengalahkan juara bertahan Ketut Udiyana dari Cakti Bali, murid pelatih kesohor Daniel Bahari.
Pertandingan disaksikan ribuan penonton (mungkin mencapai 8.500 orang) termasuk Sri Sultan Hamengkubuwono X. Sri Sultan menyaksikan pertandingan sampai penonton bubar, di bawah gerimis deras dan angin kencang.
Malam itu, masih data dari buku Memoar Tinju Profesional yang diterbitkan oleh Non-M Promotion pada 1995, ada lima partai kejuaraan Indonesia, yang dipromotori oleh Agus Mulyantono dari Malang.
1. Kelas terbang, Akri Surya (Surya Malang) mempertahankan gelar setelah mengalahkan Ippo Gala (Garuda Jaya Jakarta).
2. Kelas welter yunior, Bongguk Kendy (Garuda Jaya Jakarta) merebut gelar setelah menang angka atas juara Suwarno Perico (Sawunggaling Surabaya).
3. Kelas bulu yunior, Robby Rahangmetan (Pirih Surabaya) mempertahankan gelar dengan menang KO ronde 4 atas Mario (Widjaja Bandung).
4. Kelas bulu, Noce Lukman (Cakti Jakarta) mempertahankan gelar setelah menang angka atas Sambung (Golden Hands Jember).
5. Kelas menengah, Ricardo Simanungkalit (Scorpio Jakarta) merebut gelar melalui kemenangan 2-1 atas juara Ketut Udiyana (Cakti Bali).
TENTANG MAYA HUTAURUK
Nama: Maya Rusty Hutauruk.
Lahir: Tarutung, Sumatera Utara, 12 Februari 1962.
Usia: 59 tahun.
Suami: Ricardo Simanungkait, 64 tahun.
Menikah: Jakarta, 15 Agustus 1982.
Anak: Juwitasari dan Rocky Bollboa.
Pernah bekerja: Koordinator kasir PT Matahari Putra Prima.
Tahun 2001: Bergabung dengan Asosiasi Tinju Indonesia dan mulai menjalankan tugas wasit/hakim. Maya juga menjadi wanita pertama sebagai wasit dalam tinju profesional Indonesia.
Komentar Maya Hutauruk tentang syarat menjadi hakim tinju: “ Syaratnya antara lain, harus sehat jasmani dan rohani. Tidak boleh ada keberpihakan. Harus jujur sejujur-jujurnya. Syarat lain adalah bisa menjawab pertanyaan waktu mengikuti tes wasit/hakim. Wajib menjalani interview dan harus bisa menjawab dengan baik.” (finon manullang / foto istimewa)