Rondeaktual.com, Jakarta – Dilansir dari BoxingScene.com hari Senin (3/9/2018), Asosiasi Tinju Internasional (AIBA) akan memperkenalkan hak protes terhadap penilaian kontroversial “untuk memastikan permainan yang adil” dan mencegah terulangnya adegan buruk yang merusak Asian Games.
Seperti diketahui, pertandingan tinju Asian Games XVIII/2018 Jakarta-Palembang berlangsung di Hall C, Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakartaa, 24 Agustus hingga 1 September. Pertandingan menghasilkan keputusan merugikan bagi beberapa pihak.
Tinju Asian Games XVIII menghapus hak protes, sehingga keputusan yang sudah diumumkan tidak mungkin berubah. Setelah kejadian di Hall C, AIBA akan kembali menghidupkan hak protes.
Dua pelatih tinju Korea Utara harus diusir dari atas ring Asian Games, dalam final hari Sabtu. Mereka menolak untuk meninggalkan ring dan menghasut kerumunan setelah petinju mereka kehilangan emas pada keputusan split untuk petinju Cina.
Final women`s fly, Chang Yuan (Cina) mengalahkan Choi Mi Pang (Korea Utara), yang berakhir sangat menyakitkan bagi Korea Utara. Kemenangan Yuan dianggap telah merampok medali emas. Mereka tidak mau turun dari atas ring.
Polisi terus bergerak untuk mengawal kedua pelatih Korea Utara, yang kredibilitas Asian Games-nya segera dihapus, dari arena Jakarta International Expo. Mereka sekarang akan menghadapi tindakan disiplin oleh AIBA.
“AIBA memiliki tanggung jawab untuk memastikan permainan yang adil dan kami akan memastikan itu terjadi,” kata direktur eksekutif AIBA, Tom Virgets kepada AFP.
“Kami akan mengadakan komite protes karena bahkan di saat-saat terbaik akan ada keputusan (yang kontroversial), para pejabat menjadi lelah, itu seperti olahraga lain yang subjektif.”
Saat ini peraturan teknis AIBA Rule 5 menyatakan: “Tidak ada protes diizinkan dan keputusan wasit dalam pertarungan adalah final.”
“Bertahun-tahun lalu kami punya hak untuk protes,” kata Virgets. “Organisasi merasa itu disalahgunakan. Mereka menghapusnya dari aturan.”
“Saya pikir kami mengayunkan pendulum terlalu jauh. Kami seharusnya hanya mengoreksi proses untuk menyingkirkan pelanggaran, sebaliknya kami menyingkirkan protes itu.”
“Saya pikir itu meningkatkan masalah, karena meningkatkan frustrasi dengan tidak memiliki jalan untuk melihat apakah kesalahan yang dirasakan bisa diperbaiki.”
Tinju sedang berjuang untuk masa depan Olimpiade, di bawah ancaman dikeluarkan dari Tokyo 2020 setelah serangkaian kontroversi penjurian di Rio 2016 ketika beberapa wasit/hakim harus dipulangkan setelah tuduhan melakukan kecurangan.
Setelah Olimpiade Rio de Janairo, ada 36 hakim dan pejabat diskors dan ada gejolak di dalam AIBA sejak mantan presiden CK Wu dari Taiwan digulingkan dan Gafur Rahimov Uzbekistan dipercaya sebagai presiden sementara awal tahun ini.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) telah menuntut tinju memperbaiki kesalahan agar terhindar dari kepunahan. Tinju olimpiade telah menghasilkan legenda seperti Muhammad Ali, Joe Frazier, dan Sugar Ray Leonard.
“Sekarang komite eksekutif AIBA telah memilih untuk melakukan protes diperbolehkan dan sekarang kami sedang menyelidiki alat yang berbeda untuk digunakan dalam rangka untuk memiliki proses yang tepat,” kata Virgets.
“Komite aturan teknis bekerja pada itu dan dalam waktu dekat kami akan melihat aturan ini diimplementasikan di semua kompetisi.”
Ini bukan pertama kalinya tinju Asian Games dihantam kasus kontroversial. Empat tahun lalu di Incheon, Korea, ada adegan yang mengejutkan ketika Sarita Devi (India) yang memukuli lawan Korea-nya di semifinal putri, malah dinyatakan kalah dengan keputusan mutlak. Petinju India menolak untuk menerima medali perunggunya.
Finon | BoxingScene.com