Rondeaktual.com – Sejak pandemic COVID-19 merebak tahun lalu, lagenda tinju Syamsul Anwar Harahap, 67 tahun, pergi dari Kota Tua, Jakarta. Syamsul dan keluarga barunya termasuk kedua akan mereka yang mulai masuk sekolah TK, memilih tinggal di Desa Lantosan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Syamsul, juara Piala Presiden kelas welter yunior dan Best Boxer 1976 dan juara Asia kelas welter yunior 1977, menikmati hidupnya sebagai petani. Waktunya cukup banyak dan mulai rajin menulis untuk Rondeaktual.com.
Akhir pekan lalu Syamsul menulis tentang kisah masa lalu di mana ia dan petinju Indonesia lainnya menjadi langganan penghuni pelatnas.
Nama-nama besar seperti Ferry Moniaga, Syamsul Anwar Harahap, Frans VB, Wiem Gommies, Benny Maniani, tercatat sebagai langganan penghuni pelatnas paling lama. Dikenal paling displin dan paling setia.
Kiriman tulisan Syamsul Anwar akhir pekan lalu untuk Rondeaktual.com bukan yang pertama. Syamsul sudah menulis tentang perjalanannya yang unik ketika naik taksi di Amerika.
Menulis bukan hal yang sulit bagi Syamsul Anwar. Lelaki kelahiran Kota Pematang Siantar ini telah memulainya jauh sebelum era kebangkitan tinju pro Indonesia yang pertama pada 1985, setelah Ellyas Pical merebut gelar juara dunia IBF kelas bantam yunior.
Selain menulis, apa saja yang dilakukan Syamsul Anwar?
“Telepon teman-teman,” katanya. “Sudah rindu, tapi belum bisa kembali ke Kota Tua. Mungkin September baru bisa mulai membuka usaha di Kota Tua.”
Ditanya soal tinju, Syamsul yang merupakan pensiunan Pemprov DKI Jakarta ini bilang lupakan dulu. Tetapi, ia tetap mengikuti dan berharap ada medali emas dari SEA Games Hanoi 2021.
PETINJU INDONESIA DI KEJUARAAN ASIA VIII/1977, JAKARTA:
1. Herry Maitimu (Maluku), kelas terbang ringan 48 kilogram, medali perak.
2. Johnny Riberu (Bali), kelas terbang 51 kilogram, medali perak.
3. Charles Thomas (Maluku), kelas bantam 54 kilogram, gagal medali.
4. Eddy Gommies (Maluku), kelas bulu 57 kilogram, gagal medali.
5. Jimmy Sinantan (Jawa Barat), kelas ringan 60 kilogram, gagal medali.
6. Syamsul Anwar Harahap (DKI Jakarta), kelas welter ringan 63,5 kilogram, medali emas.
7. Frans van Bronskhorst (DKI Jakarta), kelas welter 67 kilogram, gagal medali.
8. Frans Bonsapia (Irian Jaya / Papua), kelas menengah ringan 71 kilogram, medali perak.
9. Wiem Gommies (Maluku), kelas menengah 75 kilogram, medali perak.
10. Benny Maniani (Irian Jaya / Papua), kelas berat ringan 81 kilogram, medali emas.
11. Krismanto (Sumatera Utara), kelas berat 91 kilogram, medali perunggu.
Selain juara Asia 1977, Syamsul adalah juara dan petinju terbaik Piala Presiden yang pertama 1976. Dalam final kelas welter ringan, southpaw Syamsul Anwar mengalahkan si jangkung Thomas Hearns (Amerika Serikat).
Empat tahun kemudian dan berusia 22 tahun, Hearns menjadi juara dunia WBA kelas welter, setelah menjatuhkan juara dunia yang hebat asal Meksiko, Pipino Cuevas. (finon)