Rondeaktual.com – Drs. Ibrahim Ishaka, MM, MBA, 76 tahuh, adalah seorang toko tinju panutan, yang memulai karirnya sebagai Ketua Komisi Tinju Indonesia (KTI) Provinsi DKI Jakarta.
Itu sekitar 22 tahun silam, ketika saya masih terikat sebagai wartawan koran harian di Harmoni, Jakarta Pusat.
Tak lama kemudian, Ibrahim Ishaka, mantan Camat Cempakaputih, masuk sebagai Ketua Harian KTI Pusat. Kemudian sebagai Ketua Harian Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI) Pusat. Terakhir Ibrahim tercatat Ketua 1 Federasi Tinju Profesional Indonesia (FTPI) Pusat.
H. Ibrahim Ishaka meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Ciluar, Selasa, 22 Juni 2021, sekitar pukul 20.00 WIB, akibat sakit sesak napas, komplikasi dan prostat.
Wasit/hakim FTPI domisili Jember, Jawa Timur, Dawam Ali adalah orang pertama yang mengirim berita duka atas kepergian Ibrahim Ishaka.
Ibrahim Ishaka lahir di Bima, Nusa Tenggara Barat, 14 Juli 1944. Selain aktif di organisasi tinju, Ibrahim Ishaka pernah bergabung dengan beberpa partai politik.
Almarhum Ibrahim Ishaka tinggal di Villa Pertiwi Blok S-2 Nomor 22 RT 009 RW 015, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Colodong, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
Sebelum meninggal dunia, Ibrahim Ishaka masih aktif dalam kegiatan tinju, terutama menyambut Federasi Tinju Profesional Indonesia (FTPI) versi baru di bawah pimpinan Ketua Umum Milasari Anggraini.
Ibrahim Ishaka adalah Ketua 1 FTPI Pusat dan bersama Ketua 2 FTPI Pusat, Gondolpus Borlak, S.Sos, MM, aktif mengikuti acara penataran calon wasit/hakim. Sebanyak 24 peserta, semua adalah sarjana olahraga.
Menjelang pertandingan di Balai Sarbini, Plaza Semanggi, Ibrahim Ishaka dua hari berturut-turut mengikuti kegiatan yang cukup melelahkan, seperti penimbangan badan sehari menjelang pertandingan dan sebagai Inspektur Pertandingan yang dipercayakan oleh FTPI Pusart pada Big Fight XIV bersama promotor Martin Daniel di Balai Sarbini, Plaza Semanggi, Jakarta, Sabtu, 29 Mei 2021.
Sepanjang malam menjalankan tugas di meja Dewa Juri dan di usianya yang sudah 76 tahun, Ibrahim Ishaka terlihat sangat semangat.
Sebagai IP, ia didampingi asisten IP Dace Maigoda, yang duduk persis di sebelah kirinya, dan dua dokter pertandingan yang duduk di sebelah kanannya, termasuk ring announcer terbaik Tanah Air Ary Sudharsono.
Ibrahim Ishaka adalah tokoh tinju yang hampir tidak pernah marah apalagi membentak. Suka mendengar pendapat lawan bicaranya.
Dua hari sebelum masuk rumah sakit, Ibrahim Ishaka masih sempat komunikasi melalui pesan singkat WhatsApp.
Saya sampaikan kepada beliau, bahwa pendiri FTPI, Yance Rahayaan, S.Sos, bermaksud untuk mendirikan badan tinju baru, atau badan tinju pro yang keeman.
Sekarang sudah ada lima badan tinju pro, yang dimulai dari tertua KTI, ATI, KTPI, FTI, FTPI. Bila Yance Rahayaan serius dan bukan lantaran tidak kebagian “kue”, maka akan lahir badan tinju pro yang baru bernama Federasi Tinju Profesional Perjuangan Mantan Petinju Indonesia Bersatu atau FTPPMPIB.
Gagasan Yance Rahayaan saya sampaikan kepada Ibrahim Ishaka.
“Baguslah, biar wartawan lebih banyak menulis tentang tinju,” tulis Ibrahim Ishaka.
Di hari-hari sebelumnya, sebelum direkrut FTPI Pusat di bulan yang lalu, beliau bertanya tentang siapa saya.
Rupanya data tentang saya sudah terhapus dari ponsel beliau. Saya membalas begini. “Ini aku Finon Manullang. Aku sudah mengenal Bapak sejak dulu dan sampai sekarang tetap mengenal Bapak Ibrahim Ishaka.”
“Saya juga cukup mengenal Pak Finon, seorang wartawan yang baik hati.”
Saya merasa tersanjung. Itu adalah sanjungan pertama dan satu-satunya dari beliau, sejak kami saling mengenal sekitar 22 tahun yang lampau.
Sanjungan versi Ibrahim Ishaka tak akan pernah terdengar lagi. Itu adalah sanjungan pertama dan yang terakhir.
Selamat jalan tokoh tinju panutan, Bapak H. Ibrahim Ishaka. Candaan dan karya besarmu dalam membesarkan tinju pro Tanah Air tak akan terhapus oleh waktu. (Finon Manullang)