Rondeaktual.com
Sepanjang sejarah olimpiade, sudah tiga wasit Indonesia yang pernah memimpin pertandingan tinju di olimpiade.
“Adik Boy (Muhammad Arista Putra Pohan) adalah putra bangsa ketiga yang diberikan kepercayaan bertugas sebagai R-J (Wasit dan Hakim) di olimpiade,” kata mantan Ketua Wasit/Hakim PP Pertina, Drs Agung Syamsul Hadi, 68 tahun, atau dikenal sebagai Agung SH. “Bapak almarhum Pieter Gedoan adalah wasit kita yang pertama bertugas di olimpiade, yaitu Olimpiade Seoul, kemudian bapak almarhum Ismayana bertugas di Olimpiade Atlanta. Sekarang adik Boy di Olimpiade Tokyo. Kita semua senang, bahwa ada wasit Indonesia di olimpiade. Itu prestasi,” tegas Agung SH, kelahiran Tuban, 28 Mei 1953, yang tinggal di Kertajaya, Surabaya.
Agung SH selaku merasa bersyukur bahwa selama menjadi wasit/hakim sudah pernah bertugas di berbagai Kejuaraan Nasional, Sarung Tinju Emas, dan puncaknya adalah Pekan Olahraga Nasional.
Di ring internasional, Agung SH sudah pernah bertugas untuk Piala Presiden, SEA Games, Kejuaraan antar benua di Nangning, Piala Raja Thailand.
OLIMPIADE SEOUL
Pieter Gedoan menjadi wasit Indonesia pertama terjun di olimpiade, tepatnya Olimpiade XXIV/1988 Seoul, Korea Selatan.
Selain Pieter Gedoan, Indonesia mengirim dua petinju terbaiknya; Ilham Lahia (Sulawesi Utara, kelas bulu 57 kilogram) dan Adrianus Taroreh (Sulawesi Utara, kelas ringan 60 koligram).
OLIMPIADE ATLANTA
Ismayana menjadi wasit Indonesia kedua yang tampil di olimpiade, tepatnya Olimpiade XXVI/1996 Atlanta, Amerika Serikat.
Selain Ismayana, Indonesia berhasil mengirim empat petinju mulai dari; La Paene Masara (DKI Jakarta, kelas terbang ringan 48 kilogram), Hermensen Ballo (Nusa Tenggara Timur, kelas terbang 51 kilogram), Nemo Bahari (Bali, kelas bulu 57 kilogram), Hendrik Simangunsong (Sumatera Utara, kelas menengah ringan 71 kilogram).
OLIMPIADE TOKYO
Muhammad Arista Putra Boy Pohan menjadi wasit ketiga Indonesia yang tampil di olimpiade, tepatnya Olimpiade XXXII Tokyo.
Di Tokyo tidak ada petinju Indonesia yang bertanding. Beberapa petinju yang dianggap terbaik di kelasnya seperti; Aldoms Suguro (DKI Jakarta, kelas terbang), Lucky Hari (Nusa Tenggara Timur, kelas bantam), Maikhel Muskita (Jawa Barat, kelas menengah), Silva Ratu Lau (Kalimantan Selatan, kelas bulu putri), gagal merebut tiket olimpiade.
Sampai sekarang belum ada petinju Indonesia yang berhasil merebut medali olimpiade. Selalu kandas di pertandingan pertama. Hanya tiga petinju yang berhasil menembus “8 Besar”; Ferry Moniaga kelas bantam, Alberth Papilaya kelas menengah, dan La Paene Masara kelas terbang ringan.
Pertina tidak pernah mau melakukan pelatnas panjang. (finon / foto dok / ist)