Rondeaktual.com
Saya sudah memasuki malam yang kedelapan tinggal di Balakop Angkasapura Indah, Jayapura, Papua. Jangan kaget, sudah biasa makan nasi basi.
Saya bergabung dengan wasit/hakim dan panitia Cabor Tinju PON Papua 2021. Semua tinggal di Balakop. Sementara, seluruh atlet dan ofisial Cabor Tinju PON Papua tinggal di Sekolah Polisi Negara (SPN) Dok 2 Jayapura.
Kami tinggal jauh dari pusat keramaian kota. Tidak ada warung indomie. Tidak ada restoran. Tidak ada kedai kopi. Tidak ada yang dijual di sekitar sini, kecuali pinang di tikungan masuk Balakop. Tidak ada transportasi. Tidak ke mana-mana.
Berhari-hari tidur di kamar yang sempit ber-AC. Pukul 04.00 WIT atau pukul 02.00 WIB, saya sudah bangun. Sudah minum air hangat dua gelas. Kemudian mandi dengan fasilitas hotel.
Semua tersedia. Sprei dan handuk yang masih baru, boleh diganti setiap tiga bulan. Ada loundry gratis setiap hari dua potong. Setiap pagi orang datang membersihkan kamar. Membuka kain jendela agar matahari pagi masuk. Itu aturan.
Ada televisi. Tetapi, entah mengapa sudah berhari-hari belum berfungsi. Tidak ada yang bisa ditonton.
Saat pembukaan PON akhir pekan, Sabtu, 2 Oktober 2021, teman saya pergi ke rumah wasit/hakim Alfred Kayoi. Kebetulan rumah beliau hanya beberapa langkah dari kamar kami tinggal.
Setiap hari penuh dengan makananan dan minum dalam kemasan kotak dan air mineral 330 ml. Ada jatah kue. Buah pisang atau jeruk manis.
Setiap hari ada makan pagi dalam versi kotak agak lebar. Bisa lima sampai tujuh rupa isinya. Jelang siang ada kue dan minuman kotak. Kemudian makan siang dan makan malam. Tiga jam kemudian boleh tidur.
Selama pertandingan tinju belum dimulai, kegiatan selalu ada. Setiap pagi bus jemputan datang mengantar wasit/hakim dan panitia lain ke GOR Cendrawasih maupun ke tempat lain.
NASI BASI
Barangkali sudah dongkol, akhirnya TD Cabor Tinju PON Papua, Hermanto Ginting secara resmi bicara di hapadan peserta pertemuan manajer dan panitia inti dan di hadapan Ketua Unum PP Pertina, bahwa pengiriman nasi terlambat datang.
“Makan siang datang jam empat sore. Kalau dimakan sudah basi,” kata Hermanto Ginting, asal Kalimantan Selatan.
Tidak hanya Hermanto Ginting yang kecewa. Wasit/hakim lainnya mengalami hal yang sama.
Wasit/hakim asal Lampung, Abdulgani Siregar mengalami sakit bagian pencernaan. Itu akibat makan terlambat. Rasa amis dan basi.
Keterlambatan dan makan nasi bukan sekali saja. Sudah dilaporkan, tetapi selalu saja datang terlambat. Makan malam bisa pukul sembilan, ketika orang-orang sudah mulai tidur.
Begitu terus. Entah sampai kapan.
LAMPU MATI
Selain sudah biasa makan nasi basi akibat terlambat datang, kami juga sudah terbiasa menghadapi lampu mati.
Hari ini, Senin, 4 Oktober 2021, pukul 18.04 WIT, tiba-tiba gelap gulita. Lampu mati hampir dua jam.
Teman saya mengumpat karena kesal: “Sialan. Belum mandi lagi.”
STEVI BINALAY DAN PIETER HARI MENANGIS
Mantan juara nasional AIPDA Stevi Binalay dan pelatih Lampung, Pieter Hari, tiba-tiba menagis setelah undian petinju kelas 45 kilogram putri.
Karena ingin tahu, Stevi Binalay saya colek, yang duduk di sebelah kiri.
“Mengapa menangis?”
“Terharu. Lampung tidak pernah dapat (medali PON),” kata Stevi.
Rupanya, melalui undian petinju Lampung tanpa bertanding langsung masuk semifinal.
Tahukan, kalau sudah masuk semifinal, berarti medali perunggu sudah di tangan. Target sudah tercapai.
Sukses ya. Lampung menjadi daerah pertama yang memperoleh medali perunggu cabor tinju.
BENNY MANIANI 70 TAHUN
Saya hari ini, Senin, 4 Oktober 2021, dua kali jumpa pemenang medali emas kelaS berat ringan Asia 1977, Benny Maniani.
Pertama, bertemu di halaman GOR Cendrawasih. Kedua, di Gedung KONI Mandala.
Benny Maniani posturnya tinggi gagah dan senang mendengar kata-kata saya.
“Masih keras,” kata saya lalu memegang tangan beliau yang kekar.
“Saya ini sudah tua,” katanya. “Sudah tujuh puluh.”
Karena tidak memakai masker, saya bilang begini: “Di sini tidak ada Corona ya.”
Sang legenda tinju Papua tersentak dan langsung meminta masker kepada seorang karyawati.
TAI GIGI
Senang bisa berjumpa dengan tim PON DKI.
Meski sering bertemu di Jakarta, saya menyempatkan diri menyapa Ketua Pengorov Pertina DKI, Hengky Silatang, SH.
Tidak menyalaminya (karena pandemi COVID-19), saya memujinya sebagai seorang pria yang tampan.
Beliau menangkisnya begini: “Tai gigi.”
Saya tertawa. Sampai sekarang saya belum pernah bertanya apa yang dimaksud dengan “tai gigi”.
Yang saya tahu, setiap mengucapkan “tai gigi”, saya dan siapa saja yang mendengar di sekelilingnya pasti tertawa. Saking girangnya.
WELMI PARIAMA
Pemegang medali emas kelas 64 putri PON Jabar 2016 Welmi Pariama (Maluku) sangat yakin bisa mengulang prestasinya pada PON Papua 2021.
“Saya targetnya medali emas. Saya tahu itu berat, tapi harus berjuang sampai dapat,” kata Welmi Pariama.
NORBERTHA KATONG PALING FAVORIT
Setiap ada Norbertha Katong, pasti heboh.
Norbertha, peraih medali perak kelas 54 putri PON Jabar 2016, dikenal paling favorit menyapa siapa saja yang dikenalnya.
Di ruang makan, petinju Papua itu mendatangi wasit/hakim Yuni Lubis asal Sumatera Utara.
Memuji entah tidak, Norbertha bilang kalau Yuni sekarang sudah langsing. Sudah bertambah cantiknya.