Ditulis oleh Paulus Noor Mulia – Pertandingan tinju tak lepas dari dunia bisnis dan bukan hiburan semata. Orang boleh berkomentar apa saja tentang hasil duel tinju, promotor tinju tidak peduli. Yang penting bisnis tinju pro tetap menggelinding, terserah alurnya.
Baku hantam perebutan gelar dunia kelas menengah versi WBA Super, WBC dan IBO di T-Mobil Arena, Las Vegas(Amerika Serikat) Minggu pagi(16/9) WIB antara juara bertahan Gennady “GGG” Golovkin dari Kazakhstan, melawan musuh bebuyutan Saul Canelo Alvarez, dari Meksiko, berlangsung super ketat, seru dan menarik.
Kedua petinju sama-sama ngotot untuk memenangi pertandingan yang disaksikan banyak penonton, termasuk para selebriti, diantaranya Mike Tyson, mantan juara dunia kelas berat sejati dan juara dunia kelas berat termuda.
Berbeda dengan bentrok pertama, September tahun lalu, dimana kala itu Canelo tampil defensif, kali ini tampil garang dan sangat agresif. Sepanjang pertarungan sebanyak 12 ronde, keduanya terlibat jual beli pukulan keras.
Golovkin tampak lebih banyak mendaratkan pukulan jab, straight, hook kiri-kanan yang membuat kelopak mata kiri Alvarez terluka dan memuncratkan darah segar.
Sedangkan Alvarez juga tak kalah brutalnya melemparkan bom straight kanan, jab kiri, hook kiri-kanan kerasnya, yang membuat muka Golovkin babak belur. Untuk akumulasi Golovkin jelas lebih unggul, dengan lebih banyak mendaratkan pukulan. Namun untuk bobot pukulan, Alvarez menurut saya lebih baik dibanding Golovkin. Dua juri memenangkan Alvarez 115-113 dan satu juri memberikan angka seri, dan Alvarez memenangi duel dengan menang angka mayoritas(majority decesion).
Jadi mengapa para juri memberikan penilaian yang berbeda, itu menurut saya, karena tergantung selera juri. Kalau saja, para juri yang bertugas kemarin yang berselera petinju yang lebih banyak mendaratkan pukulan, Golovkin pasti akan dinyatakan menang angka mutlak. Namun karena para juri memiliki selera petinju yang mendaratkan pukulan lebih dahsyat, maka duel kemarin dimenangi Alvarez dengan selisih tipis.
Di clash pertama, duel berakhir seri, dan sesuai peraturan Golovkin masih menyandang sabuk juara dunia. Banyak yang menilai keputusan draw ini, berbau kontrovorsial dan memicu duel ulang. Di super fight kedua, Golovkin dinyatakan kalah angka mayoritas 0-2, ini pun juga dinilai banyak pengamat juga berbau kontrovorsial.
Tak pelak untuk menjawab penasaran banyak orang, maka big fight III Golovkin-Alvarez perlu digelar. Bayaran tinggi akan kembali diterima kedua petinju. Bukan itu saja, promotor Osca De La Hoya(Golden Boy Promotions) juga pasti akan kebanjiran keuntungan. Inilah dunia tinju pro, yang sarat dengan intrik bisnis.
Jujur saja Golovkin telah kehabisan lawan tanggguh. Atlet bertinggi 180 sentimeter ini usai merebut gelar dunia WBA dengan menggebuk KO Milton Nunez di ronde pertama(2010) sudah mempertahankan gelar dunia 20 kali. Rekornya mentereng, 38 kali menang, termasuk 34 dirampungkan dengan KO, suatu prestasi yang spektakuler.
Orang sudah pada bosan dengan kemenangan KO Golovkin. Dan Golovkin perlu menderita kekalahan, untuk merangsang petinju lain ramai-ramai menantang mantan juara Asian Games ini. Golovkin-Alvarez jilid III dicaci, namun dinanti.
Paulus Noor Mulia, pengamat tinju tinggal di Semarang.