Rondeaktual.com
Sepanjang penyelenggaraan pertandingan tinju PON Papua di GOR Cendrawasih, Kota Jayapura, 5-13 Oktober 2021, Ketua Umum PP Pertina, Mayjen TNI (Purn) Komaruddin Simanjuntak tak pernah bergeser dari duduknya, yang berada di belakang meja ofisial ring. Komaruddin di sana mulai dari bel pertama sampai bel terakhir.
Pertandingan ditutup partai final kelas berat antara sudut merah Willis Riripoy (Jawa Tengah) melawan sudut biru Erico Amanupunjo (Papua).
Ada protes panjang dan harus mendapat pengawalan ketat pihak keamanan TNI-Polri. Ada tekanan agar kemenangan Willis dibatalkan.
Tetapi, keputusan tidak berubah. Medali emas kelas berat tetap milik Willis Riripoy.
Pada malam final, Rabu, 13 Oktober 2021, Komaruddin Simanjuntak terlihat di depan memimpin kepulangan pelatih Jawa Tengah Rivo Rengkung dan Husni Ray dan wasit/hakim, dari GOR Cendrawasih ke tempat penginapan,
Di ujung malam yang nyaris gelap di penginapan wasit/hakim di Balatkop Indah, Jayapura, Komaruddin Simanjuntak, bersama dua jenderal purnawiran, masih sempat mengantar nasi kuning.
Banyak kesan selama PON Papua, termasuk ring tinju yang disebut-sebut paling megah sepanjang sejarah PON. Berikut petikan wawancara Komaruddin Simanjuntak di Jakarta, Selasa, 19 Oktober 2021.
Semua orang yang melihat ring tinju PON Papua angkat jempol. Semua orang bilang luar biasa.
Itu merupakan venue tinju terbaik. Mengapa saya katakan venue terbaik, karena bertaraf internasional. Penataan lampu yang hebat. Ring terlihat kokoh dan mewah.
Saya kira venue tinju terbaik itu merupakan kebanggaan kita semua. Kebanggaan Pertina.
Pertina mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Pusat Kemenpora, Pemerintah Daerah, KONI dan PB PON, yang memperhatikan cabor tinju.
Venue pertandingan terbilang cukup penting karena berhubungan dengan beberapa aspek perizinan keamanan, target penonton dan kaitannya dengan protocol kesehatan yang dibatasi dengan 25% daya tampung, broadcast televisi, dan akses menuju ke venue pertandingannya. Lighting, sound system, hingga kamera untuk kebutuhan media dan televisi, terpenuhi.
Saya bangga. Saya merasakan kerja keras panitia daerah sangat maksimal. Sangat membantu dan selalu memberikan solusi. Bila dianggap ada beberapa kendala yang perlu diperbaiki, saya kira wajar karena saat ini tingkat kesulitan sangat tinggi. Negara dan tuan rumah serius menghadapi sekaligus memutus mata rantai penularan pandemic COVID-19. Itu sangat penting.
Bagaimana pelaksanaan pengamanan?
Pengamanan dilaksanakan dengan melibatkan personil gabungan TNI Polri dan Satpol PP, dengan kekuatan 2 SSK lebih terdiri dari Brimob Nusantara, Brimob Kotaraja, Polri, TNI dan Satpol PP, yang ditempatkan di berbagai titik rawan di dalam dan di luar GOR Cendrawasih dan pengamanan petinju masuk dan keluar ring serta pengamanan panitia dan wasit/hakim.
Secara umum pelaksanaan pengamanan berjalan dengan lancar, tertib aman sesuai rencana. Kondusif serta terkendali walaupun terdapat beberapa provinsi yang tidak puas terhadap keputusan wasit/hakim.
Itu menjadi catatan. Namun, secara keseluruhan dapat diatasi. Hasil keputusan wasit/hakim dapat diterima.
Sebagai Ketua Umum PP Pertina, saya menilai, Polda berhasil mewujudkan kondisi aman. Kehadiran TNI Polri dan Satpol PP sangat bagus.
Saya atas nama Keluarga Besar Pertina mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya dan penghargaan yang luar biasa kepada Polda, Kodam Cendrawasih dan jajaran serta Satpol PP.
Mudah-mudahan pengalaman PON XX ini menjadi pelajaran berharga bagi kita dalam menyelenggarakan event tinju pada masa mendatang.
Apa makna TORANG BISA!!!
TORANG BISA bermakna bahwa semua orang Papua bisa sejajar dengan 10 provinsi lain yang pernah menjadi tuan rumah PON.
Dukungan masyarakat yang luar biasa menyambut keputusan Presiden RI, Bapak Djoko Widodo dengan melakukan langkah persiapan bersama TNI Polri melaksanakan gebyar vaksinasi COVID-19 di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, Merauke. Dengan rasa bangga adalah bukti kesiapan Papua menyambut pelaksanaan pesta olahraga empat tahunan ini.
Wasit/hakim menjadi salah satu yang paling banyak mendapat sorotan. Padahal, mereka adalah yang terbaik di daerahnya.
Semua wasit/hakim yang bertugas di PON Papua sudah mengikuti standar AIBA. Sudah sesuai dengan lisensi referee and judge yang dipersyaratkan.
Wasit/hakim telah berusaha menunjukkan dan mempertahankan standar tinggi dalam memimpin pertandingan. Berani mengambil keputusan yang tepat di tengah banyaknya tekanan. Berani menjelaskan dan mempertangung jawabkan keputusan yang diambilnya pada saat muncul ketidakpuasan yang berujung protes panjang.
Sekarang Pertina sedang menuju kebangkitannya dan menuju perubahan global.
Jujur saja, kita masih menemukan beberapa wasit yang belum bisa move on. Pertina telah mengambil tindakan tegas dengan cara menonaktifkan (diparkirkan) dari penugasannya selama bertugas di PON XX Papua dengan cara menskor.
Itu tujuannya untuk maksud memberikan pelajaran dan efek jera.
Skorsing itu hanya berlaku selama penyelenggaraan PON Papua. Putusan itu bukan skorsing berkepanjangan.
Banyak sekali wasit/hakim yang diparkirkan.
Memang. Dari 29 wasit/hakim yang bertugas, ada 11 wasit/hakim yang bermasalah. Terpaksa kita parkirkan. Ini berarti sama dengan 37% wasit/hakim terbukti tidak sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya sebagai wasit/hakim standar AIBA.
Saya pikir ke depan akan menjadi cacatan penting bagi setiap personil yang mendapat kepercayaan bertugas pada event berikutnya.
Bagaimana konsep wasit/hakim Pertina ke depan?
Konsep wasit/hakim ke depan, Pertina akan merancang pendidikan sebagai dampak dari pelaksanaan PON XX Papua. Pertina akan melakukan peremajaan karena di antara wasit/hakim yang bertugas sudah memasuki usia lanjut. Saatnya istirahat sebagai wasit/hakim, baik penugasan skala daerah, nasional, regional, maupun internasional.
Program peremajaan wasit/hakim Pertina sangat penting. Ini harus dilaksanakan mengingat ke depan akan banyak event dalam dan luar.
Pertina baru memiliki dua wasit/hakim predikat Bintang 3 AIBA (Hermanto Ginting, Kalimantan Selatan, dan Boy Pohan, Banten). Selebihnya Bintang 2 AIBA dan Bintang 1 AIBA, dalam jumlah yang terbatas.
Keputusan wasit/hakim sering dianggap salah.
Itu akibat dari cara pandang pelatih dan pendamping petinju serta pengaruh penonton, yang dapat mempengaruhi cara berpikir sehingga lebih cenderung menyalahkan keputusan wasit/hakim. Tidak sedikit keputusan wasit/hakim yang baik tetapi masih saja dianggap buruk.
Padahal, sebelum pertandingan berlangsung, semua pihak sudah sepakat bagaimana penilaian yang benar sesuai AIBA, yaitu jumlah pukulan yang berkualitas pada area sasaran, dominasi pertandingan, persaingan atau daya saing.
Namun ketika petinjunya dinyatakan kalah, menjadi tidak peduli dan membabibuta. Dia menganggap petinjunya yang terbaik. Petinjunya yang lebih banyak memukul. Lebih agresif dan sebagainya.
Itu yang menimbulkan kisruh. Protes berkepanjangan, tanpa mengikuti mekanisme protes yang telah disepakati.
Banyak di antara pelatih yang mengerti aturan namun ada di antaranya yang harus tampil ke panggung melaksanakan protes untuk memberi kesan kepada petinjunya bahwa pelatihnya bertanggung jawab dan berani memprotes walaupun sesungguhnya protesnya tidak merubah keputusan yang sudah diumumkan.
Protes bisa berdampak kepada wasit/hakim, bila terbukti tidak profesional dan tidak disiplin dalam menjalankan tugasnya.
Terakhir, mengapa Ketua Umum begitu setia duduk sepanjang pertandingan tinju di GOR Cendrawasih?
Saya duduk di sana karena saya ingin membuat sejarah sebagai Ketua Umum Pertina pertama yang duduk di sana, menyaksikan seluruh pertandingan.
Itu sudah saya lakukan. Saya duduk melihat jalannya pertandingan dari awal sampai akhir. Banyak yang menjadi catatan penting.
Saya juga mendatangi tempat tinggal wasit/hakim. Kami duduk bersama-sama dan sepakat untuk memajukan Pertina.
Kalau ada wasit/hakim yang masih bermasalah, saya kira itu harus diperbaiki.