Rondeaktual.com
Dalam sejarah tinju, Ellyas Pical merupakan juara Pekan Olahraga Nasional (PON) satu-satunya paling sukses di dunia tinju profesional Tanah Air.
Elly –panggilan akrab Ellyas Pical—mengawalinya dari yang paling bawah di Garuda Jakarta. Elly bertanding di partai eliminasi enam ronde dan menang TKO ronde keempat atas contender`s junior featherweight Eddy Rafael dari Scorpio Jakarta.
Elly merebut gelar juara Indonesia kelas bantam yunior dari tangan juara Wongso Indrajit (Sawunggaling Malang) di Gedung Go Skate, Surabaya, merebut gelar juara OPBF (Asia dan Pasifik) kelas bantam yunior mengalahkan Hee-Yun Jung di Korea Selatan, dan puncaknya merebut gelar juara dunia IBF kelas bantam yunior, setelah memukul KO ronde 8 juara asal Korea Selatan, Joo-Do Chun di Jakarta.
Tidak Ellyas Pical saja yang masuk tinju pro. Masih ada juara PON lainnya, yang menjadikan tinju pro sebagai jalan terakhir. Siapa saja mereka? Saya mulai dari Kadoor Singh.
KADOOR SINGH
Kadoor Singh (Jawa Timur) adalah peraih medali emas kelas berat ringan 81 kilogram PON VII/1969 Surabaya.
Kadoor Singh merupakan juara PON yang pertama terjun ke tinju pro. Ia harus menekan beratnya, karena tinju pro Indonesia hanya sampai kelas menengah 72,5 kilogram.
Karirnya tidak lama. Tidak ada lawan, Kadoor Singh berdarah India dari Sepanjang, Kecamatan Taman, Sidoarjo, mendalami olahraga kick boxing dan menjadi bintang filem laga era Barry Prima dan Advent Bangun.
WONGSO SUSENO
Juara PON menjadi modal besar bagi Wongso Suseno (Sawunggaling Malang) untuk menekuni tinju pro.
Wongso berlatih di bawah bimbingan juara kelas berat PON VII/1969 Surabaya, Setijadi Laksono, dan berhasil mencatat sejarah sebagai petinju Indonesia pertama yang merebut gelar OBF (Asia) kelas welter yunior. OBF kemudian menjadi OPBF (Asia dan Pasifik), menyusulnya masuknya Australia.
Wongso merebut gelar OBF kelas welter yunior di Istora Senayan, Jakarta, 28 Juli 1975, menang angka 12 ronde atas juara asal Korea Selatan, Chang-Kil Lee.
BOY BOLANG
Boy Bolang (DKI Jakarta) memenang medali emas kelas menengah ringan 71 kilogram PON VIII/1973 Jakarta.
Bayak yang tidak tahu, Boy terjun ke tinju pro ketika sudah berusia 41 tahun. Boy bertanding empat ronde kelas berat ringan melawan Suwarno (Inra Surabaya) dan berakhir draw di Stadion Mattoangin, Ujungpandang, Sulawesi Selatan, Sabtu malam, 26 November 1988.
Enam bulan kemudian di Delta Plaza, Surabaya, Boy Bolang bertanding empat ronde dan berakhir draw melawan M. Solihin (Gajayana Malang).
Pertandingan di Ujungpandang dan di Surabaya sengaja diatur harus berakhir tanpa pemenang. Tidak boleh ada pukulan keras yang mendarat di kepala Boy Bolang dan tidak boleh ada pemenang.
Itu merupakan perjanjian tidak tertulis sebelum petinju naik ke atas ring.
JIMMY SINANTAN
Jimmy Sinantan (Jawa Barat) adalah peraih medali emas kelas ringan PON IX/1977 Jakarta.
Jimmy –kelahiran Bandung, Jawa Barat, 25 Januari 1955—sengaja pergi ke Surabaya dan bergabung dengan Taman Tirta Boxing Camp untuk memulai karir pronya.
Jimmy merebut sabuk juara Indonesia kelas ringan kemudian hilang direbut Kay Siong (Sawunggaling Surabaya).
Pada 16 Oktober 1984 di GOR Mojopanggung, Banyuwangi, Jawa Timur, Jimmy naik kelas dan gagal merebut sabuk juara kelas welter yunior dari tangan Thomas Americo (Marabunta Malang). Pada ronde 7, Jimmy merobek alis Thomas dan berdarah. Namun diumkan kalah angka 12 ronde.
Di kamar ganti dan dengan tangan kosong yang sudah melepas bandage, Jimmy mengamuk memukuli tembok, disaksikan oleh ayahnya, istrinya, dan kedua anaknya.
Tidak ada yang bisa menghentikan Jimmy. Sekitar 10 menit kemudian seorang dokter datang lalu menyuntik Jimmy kemudian perlahan-lahan lemas dan tertidur.
Malam itu Jimmy sengaja dibius.
ELLYAS PICAL
Southpaw Ellyas Pical adalah juara kelas terbang PON X/1981 Jakarta.
Pada hari Jumat malam, 3 Mei 1985, Istora Senayan, Jakarta, Ellyas Pical memukul knock out juara dunia IBF kelas bantam yunior asal Korea Selatan, Joo-do Chun pada ronde ke-8 dari 15 ronde yang direncanakan.
Itu sangat luar biasa. Ellyas Pical membuat sejarah menjadi juara dunia pertama dari Indonesia.
Dalam rekor tanding, Ellyas Pical ditulis lahir di Saparua, Maluku, 24 Juni 1960.
Itu salah. Menurut drg. Rina Siahaya, istri The Legend, suaminya lahir pada 24 Maret 1957. Elly sekarang berusia 64 tahun.
ALEXANDER WASSA
Alexander Wassa (Bali) adalah juara kelas bulu PON X/1981 Jakarta.
Lima tahun kemudian, melalui Cakti Boxing Camp Bali, Alexander masuk pro. Debutnya langsung delapan ronde dan menang angka atas Hengky Gun (Sawunggaling Surabaya).
Alexander adalah petinju hebat namun berkali-kali tertangkap over weight dan harus kehilangan gelar di atas timbangan.
POLLY PESIRERON
Polly Pesireron adalah juara kelas menengah ringan 71 kilogram PON X/1981 Jakarta.
Polly –kelahiran tahun 1957—harus meninggalkan tanah kelahirannya agar bisa memulai karir tinju pro melalui Garuda Jaya. Maluku tidak mengenal tinju pro.
Polly satu-satunya raja kelas menengah Indonesia dan Asia Pasifik. Polly sampai tiga kali merebut gelar juara Indonesia dan satu-satunya petinju Indonesia yang bisa mencetak rekor dua kali merebut gelar juara OPBF (Asia dan Pasifik).
Polly tiga kali pindah sasana –Garuda Jaya, Satria Kinayungan, Manahan BC—hampir saja menjadi juara dunia WBA kelas menengah super. Sayang tumbang ronde ke-5 di tangan KO King Chong-Pal Park, di Chonju, Korea Selatan, 1 Maret 1988.
ADRIANUS TAROREH
(Almarhum) Adrianus Taroreh (Sulawesi Utara) adalah juara kelas bantam PON XI/1985 Jakarta.
Lima tahun kemudian, Yoppy –panggilan akrabnya—terjun ke tinju pro bersama . pelatih (almarhum) Jootje Mada dan manajer (almarhum) Bian Sondkh.
Yoppy dengan cepat merebut sabuk juara Indonesia kelas ringan kemudian sabuk OPBF. Dia dan tim dari Nyiur Melambai berangkat ke Jepang untuk menantang juara dunia WBA kelas ringan asal Kyrgyzstan, Olzubek Nazarov.
Yoppy naik ring di Korakuen Hall, Tokyo, Senin malam, 15 April 1966, dan tumbang KO pada ronde-4 kena serangan kidal sang juara.
ILHAM LAHIA
Ilham Lahia (Sulawesi Utara) adalah peraih medali emas kelas bulu PON XII/1989 Jakarta.
Ilham diantar pelatih (almarhum) Carol Renwarin masuk pro dan kalah di pertandingan perdananya melawan M. Gofur dari Javanoea Malang, yang berlangsung di Gedung Go Skate Surabaya.
Southpaw itu dianggap salah manajemen. Salah memilih lawan, karena langsung bertanding delapan ronde melawan orang yang sudah masuk peringkat 5 besar.
Tak patah semangat, si kidal melakukan evaluasi dan pelan-pelan bangkit sampai akhirnya bisa merebut sabuk juara Indonesia dan sabuk juara PABA.
HERRY MAKAWIMBANG
Southpaw Herry Makawimbang (DKI Jakarta) dua kali merebut medali emas kelas bantam PON; PON XIII/1993 Jakarta dan PON XIV/1996 Jakarta.
Herry, membawa nama Benteng AMI/ASMI Jakarta, ketika tinju pro mulai marak dalam tayangan langsung di sejumlah televisi. Herry sempat menjadi juara Indonesia kelas bulu yunior. Bersama Willy Lasut pergi ke luar negeri dan kalah di Jepang, Cina Taipei, Honolulu, Thailand.
Di ujung karir pronya, Herry bergabung dengan Richard Engkeng di sasana Amphibi Jakarta, namun tidak lebih baik dari sebelumnya.
Herry memutuskan kembali ke Manado, yang memberinya pekerjaan di Satpol PP.
DENNY RIRIMASE
Daniel Ririnasse alias Denny Ririmasse (Jawa Barat) adalah pemenang medali emas kelas pin 45 kilogram PON XIV/ 1996 Jakarta.
Denny bergabung dengan tinju pro membawa nama Bogor. Denny menjadi juara Indonesia kelas terbang mini.
RAHMAN KILIKILI
Rahman Kilikili (DKI Jakarta) adalah peraih medali emas kelas terbang 51 kilogram PON XIV/1996 Jakarta.
Rahman terjun ke tinju pro dan merebut gelar juara Indonesia kelas bantam dan kelas bantam super.
Rahman paling banyak disebut sebagai calon juara dunia dan menjadi salah satu bintang paling komersial era tinju siaran langsung di televisi.
Sebelum menyudahi hidupnya dengan cara yang keliru di dapur rumah pamannya, Usman Tess, di Palembang, Rahman masih sempat bertanding non gelar kelas bulu super 10 ronde dan menang atas Eddy Comaro di Balikpapan, 5 Maret 2005.
SONNY RAMBING
Sonny Rambing (Jawa Tengah) adalah peraih medali emas kelas welter ringan PON XIV/1996 Jakarta.
Sonny terjun ke tinju pro di bawah asuhan Sutan Rambing dan menjadi juara Indonesia kelas welter yunior, kelas menengah yunior, dan kelas menengah.
Menjadi juara Indonesia di tiga kelas yang berbeda merupakan sebuah prestasi spesial. Tidak semua petinju bisa merebut gelar juara di tiga kelas.
Sejak kalah dari Bagong, Sonny Rambing Radja Dubu memutuskan setop tinju dan masuk wushu.
DIKSON THON
Dikson Thon (Nusa Tenggara Timur) meraih medali emas kelas terbang ringan 48 kilogram PON XV/2000 Surabaya.
Dikson Thon menekuni tinju pro di Jakarta. Ia bertanding di kelas terbang dan menjadi juara Indonesia.
Dikson mengalahkan Steven Maabuat dalam partai kejuaraan kelas terbang dan mengalahkan bintang tinju Sawunggaling Surabaya, Julio de la Bazes.
Dikson meninggal dunia di rumah sakit di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Jumat, 29 Maret 2019.
JUAN SAPARIPAN
Juan Saparipan (DKI Jakarta) merebut medali emas kelas bantam 54 kilogram PON XV/2000 Surabaya.
Lepas PON, Juan memilih tinju pro dan bertanding di kelas bulu yunior bersama pelatih Boy Kelung. Juan membawa nama Batam View Boxing Camp dan menetap di Batam sampai akhirnya kembali ke Jakarta setelah memutuskan keluar dari tinju pro.
SODIQ PAMUNGKAS
Sodiq Pamungkas (Jawa Timur) merebut medali emas kelas ringan 60 kilogram PON XV/2000 Surabaya.
Sodiq Pamungkas asal Lumajang, datang ke Jakarta untuk meneruskan karir tinju dan menjadi juara Indonesia kelas ringan.
Di usia mendekati kepala 5, Dickas Rollies dipromosikan untuk pertandingan kelas welter 10 ronde melawan Wilpare Jamhur di Lapangan Rowokole, Kebumen, Sabtu, 8 Januari 2022.
Kita tunggu saja bagaimana hasilnya.
SUNAN AMORAGAM
Sunan Amoragam (Maluku Utara) peraih medali emas terakhir yang terjun ke tinju pro. Sunan merebut emas kelas terbang PON XIX/2016 Jawa Barat, setelah mengalahkan Aldoms Sugoro (DKI Jakarta).
Sunan memulai debut pro di HS Boxing Camp Ciseeng, Sabtu, 28 Agustus 2021, menang TKO ronde kedua atas Konstantinus Matakur.
Sunan dijadwalkan naik ring 8 ronde kelas bulu melawan Zainul Hasan (Satpol PP Probolinggo), di Kabupaten Timor Tengah Selatan, 6 November 2021.