Rondeaktual.com – Oleh Finon Manullang
Hari ini, Minggu, 23 Januari 2022, adalah jadwal tayang di Rondeaktual.com Wawancara Olympian Indonesia, Ilham Lahia.
Wawancara tahun lalu bersama 11 Olympian Indonesia lainnya, yang seharusnya mengisi buku tinju yang penerbitannya berakhir pending tanpa batas.
Sudah lima Wawancara Olympian Indonesia tayang di Rondeaktual.com, yang diawali Wiem Gommies, disusul Ferry Moniaga, Syamsul Anwar Harahap, Frans VB, Johni Asadoma, dan sekarang Ilham Lahia.
Wawancara Olympian Indonesia akan diteruskan Hendrik Simangunsong, La Paene Masara, Hermensen Ballo, Nemo Bahari, dan Bonyx Saweho, yang akan tayang setiap Minggu dan Rabu.
Sebelum Wawancara Olympian Ilham Lahia tayang, saya menghubungi Ilham melalui telepon selulernya. Saya sangat terkejut dan sedih ketika mendengar dengan suara terputus-putus dan setengah menangis, Ilham Lahia, 54 tahun, mengabarkan bahwa istri tercinta, Deysy Mawikere, 48 tahun, telah meninggal dunia.
“Hari ini saya sangat berduka. Istri saya, yang saya nikahi 34 tahun silam, telah meninggal dunia di Rumah Sakit Kandao, Manado. Meninggal hari Sabtu (22 Januari 2022) malam,” kata Ilham Lahia, Minggu sore, 23 Januari 2022. Ilham pernah juara PON dan petinju terbaik Piala Presiden RI ke-10 tahun 1987.
Ilham Lahia, SE, lahir di Manado, Sulawesi Utara, 29 Desember 1967. Pekerjaan Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Sulawesi Utara, Bidang Pembinaan Olahraga. Ilham Lahia tinggal di Lingkungan IV Jalan SEA, Kecamatan Malalayang, Kota Manado.
Ilham Lahia adalah petinju Indonesia yang bertanding di kelas bulu Olimpiade XXIV/1988 Seoul, Korea Selatan. Kalah dan katanya, menjadi turis di sana. Berikut 15 Wawancara Olympian Indonesia Ilham Lahia, tahun lalu.
1. Siapa orang pertama yang menyuruh berlatih tinju?
Itu datang dari hati nulari. Dari hati yang paling dalam.
Memang, saya ini anak yang bandel. Nakalnya itu suka bakalai. Suka berantam. Sekolah hampir tidak sampai, saking bandelnya.
Tapi puji Tuhan, sekolah jalan terus. Orangtua paksa. Kita harus sekolah. Tidak boleh tidak. Mau jadi apa nanti kalau sudah besar. Itu orangtua bilang dan itu yang mendorong kita harus pergi ke sekolah.
2. Siapa saja pelatih yang pernah membimbing sebagai petinju, barangkali masih ingat.
Coach Eddy Areros adalah orang yang membina saya, juga yang melatih Bonyx Saweho. Dari tangan coach Eddy Areros menorehkan dua atlet Sulut sampai ke olimpiade. Itu sejarah, silahkan dicatat.
Kita berlatih di Pertisar Sario. Kita dua –Ilham dan Bonyx—anak Sario. Ikut kejuaraan daerah bertanding tidak pernah kalah.
Sampai di tingkat Kejurnas, di Bandung 1986, masih dipegang coach Eddy Areros.
Masuk pelatnas, dari youth sampai Olimpiade Seoul 1988, dipegang oleh pelatih Carol Renwarin. Ikut Piala Presiden dan SEA Games, dari awal sampai juara, pelatih Carol Renwarin. Pelatih lain di pelatnas adalah Pak Zulkaryono Arifin.
3. Siapa lawan pertama, bertanding di mana, dan siapa pemenangnya.
Lawan pertama so lupa kita. Kalau di senior, di tingkat final, Herry Guntar dari Jawa Tengah. Saya menang di final Kejurnas Palembang 1986.
4. Ketika kalah dan ketika menang, bagaimana rasanya.
Kalah, rasanya jengkel. Hampir tidak bisa tidur. Itu terjadi di Piala Presiden Jakarta melawan Matheos Lewaherilla (Maluku). Agak sakit hati. Kok bisa kalah sama Matheos. Ini tidak mungkin.
Akhirnya kita sadar. Itu akibat diri ini tidak disiplin. Tidak bisa jaga diri. Pandang enteng lawan. Waktu itu saya memang benar-benar kalah. Bukan kalah karena hakim salah tulis. Dia memang sedang hebat-hebatnya dan itu saya akui. Dalam kondisi puncak kayaknya, makanya Matheos dapat mengalahkan Ilham Lahia.
Di pertandingan lain sudah saya balas. Saya akhirnya bisa mengalahkan Matheus Lewaherilla. Itu terjadi di PON.
Kalau saya menang, so pasti bangga. Juara pertama kali langsung pukul senior. Itu paling berkesan.
5. Siapa petinju Indonesia yang pernah menjadi lawan terberat?
Teko Matheus Lewaherilla. Dia dari Maluku. Dia yang pernah mengalahkan saya di President`s Cup Jakarta. Itu kemenangan besar buat saudaraku Matheus. Akhirnya saya balas mengalahkan dia di PON. Hancur-hancuran. Posisi satu buat dia satu buat kita.
Selain Teko masih ada Herry Guntar sebagai lawan terberat. Saya tiga kali jumpa Herry dan tiga kali menang.
Teko dan Herry, sepanjang pengalaman saya, keduanya petinju yang cerdas dan tangguh. Saya suka dan saya sangat menghormati mereka. Bung Teko dan Mas Herry, salam hormat. Kapan-kapan, entah di mana, suatu saat kita pasti berjumpa.
6. Ketika menjadi juara, bonus apa saja yang pernah diterima?
Dua kali juara SEA Games tahun 1987 dan tahun 1989, dua kali dapat sepuluh juta. Terima kasih. Kalau Pemerintah pusat atau daerah mau tambah lagi boleh. Saya menunggu, he hehe …..!
7. Bagaimana bisa menjadi wakil Indonesia di olimpiade?
Kita ini kan tahun 88 gagal babak penyisihan Piala Presiden. Main langsung kalah.
Pelatih dan pengurus kaget. Ada apa ini. Mereka selidiki itu kekalahan. Ternyata akibat tangan sakit. Tangan saya terkilir.
Mungkin itu yang membuat pertimbangan bagi tim pelatih. Kita kalah bukan lantaran ngelawan coach. Bukan. Memang tangan ini tidak bisa memukul dengan baik. Main dengan satu tangan mana ada ceritanya bisa menang.
Akhirnya kita dapat surat pemanggilan supaya segera bergabung dengan Jakarta. TC Olympic akan dimulai.
Di Filipina, pertandingan setingkat Asia, kita menang. Dapat medali emas featherweight.
Itu awal perjalanan saya ke Olimpiade Seoul. Bagi Ilham Lahia itu sangat bersejarah.
8. Ketika tiba di Olimpiade Seoul, bagaimana rasanya?
Kebanggaan seorang atlet puncaknya olimpiade.
Ada istilahnya, menjadi seorang olahragawan belum lengkap kalau belum injak olimpiade. Kalau dia sudah main di olimpiade, dia akan dipandang sebagai atlet yang sudah sempurna hidupnya di dunia olahraga.
Mau gagal atau suskes di olimpiade, kita harus tetap bangga. Pantang boleh kecil hati.
9. Ketika gagal meraih medali di olimpiade, bagaimana rasanya?
Tidak jadi masalah. Karena memang sudah maksimal perjuangan. Saya kalah melawan petinju asal Gabon. Pelatih (Carol Renwarin) protes keras. Tidak terima. Ribut di sekitar ring. Harusnya menang tapi kalah di babak penyisihan. Almarhum (Adrianus Taroreh) juga sudah kalah di babak penyisihan.
Kita menjadi turis di Olimpiade Seoul. Dalam dunia tinju ada istilah begitu. Kalau dia datang langsung kalah, maka dia akan dicap sebagai petinju turis. Kita jalan-jalan, jadi turis di Olimpiade Seoul.
10. Setelah tiba di Indonesia dari olimpiade, apa yang ada dalam pikiran Anda?
Walau tidak berhasil membawa pulang medali, tiba di Tanah Air tetap bangga. Putra daerah bisa tembus olimpiade tidak gampang. Itu presrtasi.
Saya tetap bangga walaupun gagal mewakili Indonesia di cabor tinju.
11. Untuk bisa menjadi petinju olimpiade, apa saja yang harus dilakukan?
Saya pikir, untuk bisa menjadi petinju olimpiade, itu bagaimana kita punya mental. Punya jiwa tangguh atau istilah Batujajar dulu mental baja. Kita harus punya mental yang kuat. Tidak gampang untuk menjadi atlet olimpiade. Itu harus diingat.
12. Mungkinkah petinju Indonesia bisa meraih medali di olimpiade mendatang?
(Tertawa, agak lama.) Kita tidak bisa terawang. Kita sekarang ketinggalan dengan Malaysia. Apalagi dengan Thailand, Filipina, bahkan Vietnam. Malaysia sudah bisa mengalahkan petinju kita. Sudah terbalik. Tinju kita turun drastis. Ini harus diakui. Prestasi tambah parah.
Ini harus ganti semuanya. Rombak total. Manajemen kepelatihan kita buruk. Skil pelatih belum mampu. Kita butuh pelatih luar. Butuh program luar. Butuh yang canggih. Pelatih kita jangan kasih sebagai pelatih kepala. Jadi asisten saja. Jangan sombong. Dia harus tahu kekurangannya.
13. Ketika memilih pensiun dari tinju, apa yang dipikirkan?
Saya kira sama seperti mantan petinju lainnya, ingin sebagai pelatih. Kita ini ingin menurunkan pengalaman yang panjang.
Kebetulan, sejak tahun 2016 sampai sekarang, saya dipercaya di PPLP (Pusat Pendidikan Latihan Pelajar). Cuma ada halangan akibat pandemic COVID-19.
14. Setelah pensiun dari tinju, apa saja yang dilakukan?
Pelatih dan Aparatur Sipil Negara, itu yang saya lakukan. Itu hidup saya.
Saya dipercaya sebagai pelatih PPLP, yang dipusatkan di Tondano. Sekarang latihan sedang dihentikan akibat wabah virus corona. Latihan virtual. Setiap hari bikin laporan. Honor tetap cair.
15. Pertanyaan terakhir. Mengapa Anda memilih masuk tinju pro.
Jujur, tidak pernah terpikir untuk masuk tinju pro. Di kepala ini isinya cuma tinju amatir, bukan tinju pro.
Tetapi, ini ada tetapinya, ada masalah yang terjadi di daerah, makanya hengkang ke pro. Saya lepas tinju amatir. Saya masuk tinju profesional.
Debut pro saya bersama coach Carol Renwarin dan saya kalah di Surabaya. Saya bangkit dan berusaha untuk bisa lebih baik. Akhirnya saya juara Indonesia dan beberapa kali menandatangani kontrak pertandingan internasional.
Terus terang, saya bicara jujur, waktu itu ada rasa kecewa. Sangat kecewa sekali. Tetapi, mohon maaf kita tidak bisa ungkap di sini. Biar sudah sampai tua begini, biar jo kita saja yang ingat. Cuma torang sandiri yang boleh tahu.
Ikuti terus Wawancara Olympian Indonesia berikutnya, Hendrik Simangunsong dari Rantauprapat, Sumatera Utara, yang akan tayang di Rondeaktual.com, Rabu, 26 Januari 2022.