Rondeaktual.com – Oleh Finon Manullang
Saya merasa bersyukur –di usia yang sudah pas-pasan seperti sekarang—bisa melakukan kunjungan yang pertama ke tempat Pelatnas Cabor Tinju SEA Games Hanoi 2022.
Seperti diberitakan sebelumnya, lima petinju dan tiga pelatih telah menjalani pelatnas di HS Boxing Camp Ciseeng.
Tempat latihan itu besar dan bersih, dilengkapi gambar sejumlah juara dunia ternama karya Non-M Promotion. Sayang, lokasinya jauh dari pusat keramaian Ibu Kota. Di sana, saya bertemu:
1. Kornelis Kwangu Langu (Bali), kelas 52 kilogram.
2. Farrand Papendang (Sulawesi Utara), kelas 63 kilogram.
3. Sarohatua Lumbantobing (Sumatera Utara), kelas 69 kilogram.
4. Maikel Muskita (Jawa Barat), kelas 81 kilogram.
5. Novita Sinadia (DKI Jakarta), kelas 57 kilogram putri.
6. Darman Hutauruk (Riau), pelatih.
7. Sertu TNI-AD Kusdiyono (Jawa Barat), pelatih.
8. Teko Matheos Lewaherilla (Maluku), pelatih.
9. Hengky Silatang (DKI Jakarta), manajer.
Saya tiba hari Jumat siang, 11 Februari 2022, dan kembali Sabtu siang, 12 Februari 2022. Berikut kisah 25 jam di Pelatnas SEA Games Hanoi 2022.
JUMAT 11.45: Tiba dan langsung menempati kamar 8. Di sebelah kiri kamar Mikael Muskita (Jawa Barat, kelas berat ringan). Sebelah kanan kamar Novita Sinadia (DKI Jakarta, kelas bulu putri).
JUMAT 12.30: Makan siang bersama atlet tinju SEA Games, dengan menu nasi bebek yang luar biasa, telur, bihun, tempe, sayur. Saya menutup makan siang dengan dua buah sawo.
JUMAT 14.00: Husni Ray (pelatih Pelatda DKI, yang juga tinggal di sana) bercerita tentang kisah cintanya di masa muda. Husni menyebut nama seorang petinju yang sudah tunangan, sampai hati membatalkan rencana pernikahannya setelah orang itu menjadi juara dunia.
JUMAT 15.45: Novita Sinadia (petinju putri kelas bulu 57 kilogram) meminpin baris persiapan latihan.
JUMAT. 15.55: Husni Ray dan Bayu Anggoro memberikan latihan kepada petinju Pelatda DKI, di halaman belakang. Tim Pelatnas berlatih di ring depan. Seluruh Tim Pelatda, kecuali Husni Ray, tinggal di asrama tinju di luar kompleks HS Boxing Camp.
JUMAT 17.55: Latihan ditutup dengan senam ring. Sepanjang dua jam, petinju pelatnas latihan fisik di luar sasana dan latihan teknik di atas ring utama.
JUMAT 18.15: Saya ke luar dari kamar mandi kemudian makan malam bersama petinju dan pelatih. Tidak dilengkapi meja khusus makan tetapi banyak tempat duduk kosong. Saya makan di samping pelatih Husni Ray. Di sebelah kanan ada Kornelis Kwangu Langu dan Sarohatua Lumbantobing. Saya tidak sempat memperhatikan apa saja yang ada di atas piring mereka.
Saya makan daging, sepotong ikan tongkol, semangkuk sup ayam, dan buah jeruk. Dari rasanya, saya pastikan jeruk medan.
JUMAT 20.00: Suara bola biar terdengar sangat nyaring. Saya keluar kemudian mengambil gambar orang-orang yang bermain biliar. Ada Kusdiyono, Kornelis Kwangu Langu, dan Maikel Muskita (menyusun bola terus).
JUMAT 21.00: Saya pergi ke luar sasana melihat suasana malam. Jalan gelap tetapi banyak sepeda motor yang lewat hendak pulang ke rumah masing-masing.
JUMAT 21.30: Saya masuk ke kamar dan mulai rebahan. Sementara, pertandingan biliar masih terus berlangsung.
JUMAT 21.45: Tidak ada lagi suara bola biliar. Sepi. Saya ke luar. Tidak ada orang. Semua atlet sudah berada di atas pembaring masing-masing. Pelatih Darman Hutauruk ke luar dan bertanya tentang diri saya. Saya bilang (dalam bahasa batak) kalau saya susah tidur. Darman balas begini: “Molo au, asal peak ittor modom do.” Artinya: Kalau aku, begitu rebahan langsung tidur.
JUMAT 22.30: Saya ke luar dan marah kepada diri sendiri. Di kamar saya banyak nyamuk. Kusdiyono menyarankan agar disemprot. Sudah saya lakukan sampai dua kali. Akhirnya Kusdiyono membuka rahasia ada lubang di bawah AC.
Saya ambil tangga dan naik. Darman Hutauruk memegangi tangga. “Asa unang madabu,” katanya. Artinya: Biar tidak jatuh.
Tidak sangka ya. Ternyata Darman Hutauruk sayang kepada saya. Dia pula yang pergi mengambil tisu agar saya bisa menutup jalan masuk nyamuk. Malam itu merupakan kerja sama yang bagus.
SABTU 05.50: Priiiiiiiit, priiit priiit priiit. Peluit panjang terdengar, ketika saya hampir saja selesai mandi pagi.
Itu merupakan tradisi yang tidak boleh dihapus di kalangan tinju amatir. Setiap hendak bangun pagi, bunyi peluit panjang wajib terdengar. Saya tidak tahu siapa orang yang membunyikan peluit panjang dan tidak pernah saya tanya.
SABTU 06.02: Saya lihat HP. Ada pesan begini: “Sori, ga sempat ketemu. Saya pulang kecapean.” Langsung saya balas: “Gampang. Mardappol (pijat) saja. Pasti hilang.”
SABTU 06.12: Hengky Silatang, manajer Pelatnas SEA Games, balas pesan begini: “Tai gigi.”
Saya tertawa dibuatnya. Tai gigi adalah ucapan khas dari seorang Hengky Silatang. Itu sejak 15 tahun silam. Sampai sekarang saya belum pernah bertanya apa arti atau maksud tai gigi.
SABTU 06.30: Dengan kendaraan putih, Tim Pelatnas SEA Games pergi latih fisik di pegunungan. Dua pelatih naik sepeda motor. Saya diajak tetapi saya tolak. Saya sudah lebih dulu janji akan bertemu dengan Hengky Silatang.
SABTU 06.45: Hengky Silatang menarik tangan saya turun ke bawah melihat empang miliknya, tak jauh dari sasana tinju. Jalannya licin dan kecil. Kaki saya bergetar karena tidak biasa berjalan di tengah pematang. ”Ini ikan gumare. Ini ikan koki,” katanya sambil menabur pakan ikan ke dalam kolam.
Itu hobi Hengky Silatang, selain piara burung dan isap cerutu.
SABTU 07.15: Kami mencari nasi uduk, persis di muka pagar rumah Hengky Silatang.
Saya makan di teras rumah. Hengky masuk dan membawa kerupuk nasi, kerupuk putih, roti, cakalang, kacang kulit, teh panas manis. Lebih dari lengkap.
Kemudian datang Erik van Ents (pelatih pro yang khusus menangani Sunan Amoragam, tetapi Sunan tidak ada ditempat). Menyusul Husni Ray (pelatih Tim Pelatda DKI). Ngerumpi sana-sini, yang didominasi kisah para pacar mereka di Treman dan era AMI/ASMI dulu.
Pagi itu, Hengky kembali sibuk melayani tamunya. Duren dari kulkas dikeluarkan. Puas makannya. Roti enak dan makanan lainnya ditumpuk di meja.
Soal melayani, Hengky jagonya. Dia memang kerja di hotel.
SABTU 12.25: Kami bertiga (saya, Erik, Husni) ke luar dari rumah Hengky Silatang dan masuk ke sasana tinju. Kami makan siang dengan menu daging gule, telur, sayur baso, ikan, buah semangka merah.
Di meja sebelah tersedia kopi, teh celup, gula, keju, roti, dan susu kotak super jumbo.
Sementara, petinju pelatnas baru saja selesai makan. Saya masih sempat melihat Novita Sinadia di dalam kamarnya. Darman Hutauruk duduk bersama seorang pria gagah muda tinggi besar. Darman memperkenalkan pria tampan itu sebagai putranya.
SABTU 12.45: Saya mengambil gambar masing-masing Farrand Papendang, Kornelis Kwangu Langu, Darman Hutauruk, Teko Matheos Lewaherilla. Terakhir mengambil gambar Darman Hutauruk bersama anaknya dan Darman Hutauruk bersama Husni Ray dan Erik van Ents.
SABTU 12.55: Saya kembali membersihkan kamar. Melipat sprei merah dan meletakkannya di atas bantal. Saya ke luar dan permisi pulang. Siang itu, tidak seorang pun yang tahu kalau saya mandi tanpa handuk.