Rondeaktual.com – Oleh Finon Manullang
Saya bertemu Armin Tan, 45 tahun, di saat juara WBC International light flyweight Tibo Monabesa menjalani latihan di tempat yang bersih dan wangi di Taman Palem Mutiara Boulevard, Cengkareng, Jakarta Barat, tiga hari yang lalu.
Tempat latihan mewah itu sengaja dikontrak untuk persiapan Tibo Monabesa mempertahankan gelar melawan Jayson Vayson, petinju Filipina muda berusia 23 tahun dari Manny Pacquiao Promotions.
Selesai latihan, kami –saya, Armin Tan, Siantarman Zulfrend Saragih, dan seorang pelatih fighter MMA—duduk di satu meja. Sementara, Tibo Monabesa dan kawan-kawan duduk di meja sebelah.
Saya order spageti dan menu favorit terdenloin versi BBQ. Tenderloin adalah daging sapi dari bagian tengah dan itu pula yang membuat tenderloin lebih mahal dari sirloin.
Sambil mengisap rokok –tumben malam itu saya merokok—Armin Tan bercerita tentang dirinya yang datang bukan dari petinju tetapi berhasil menempatkan dirinya sebagai pelatih.
“Saya bukan petinju, tetapi saya pelatih tinju,” Armin Tan menjelaskan.
Saya berhenti menatapnya dan setengah menunduk, saya mengisap sisa rokok yang masih ada di tangan.
“Orang bilang Armin Tan tidak bisa melatih. Mereka salah. Buktinya, tiga tahun saya melatih Tibo Monabesa, dia bisa menjadi juara dunia (IBO light flyweight, mengalahkan petinju Australia Omari Kimweri 12 ronde di GOR Flobamora, Kupang, 7 Juli 2019). Lihat John Ruba, petinju jelek. Di tangan saya bisa juara. Defry Palulu juga bisa merebut gelar juara WBC Asia. Semua petinju yang saya latih harus bisa menjadi juara.”
Itu membuat saya teringat dengan Simson Tambunan, yang datang bukan dari petinju tetapi berhasil menempatkan dirinya sebagai pelatih kelas dunia. Dari tangan Simbon Tambunan telah lahir seorang juara tinju dunia versi IBF super flyweight, yaitu southpaw Ellyas Pical.
Elly menjadi petinju Indonesia pertama merebut gelar juara dunia, setelah memukul roboh pada ronde ke delapan juara asal Korea Selatan, Ju Do Chun, di Istora Senayan, Jakarta, Jumat malam, 3 Mei 1985. Kejuaraan dunia yang sangat bersejarah itu ditangani oleh promotor Boy Bolang.
Selain pelatih, Armin Tan juga promotor, yang akan mempertemukan Tibo Monabesa dengan Jayson Vayson di Jakarta, Minggu, 27 Februari 2022.
Tibo terikat kontrak senilai Rp 100 juta dengan Armin Tan. Bila bisa mengalahkan Jayson Vayson, Tibo mendapat bonus Rp 100 juta. Hanya dalam semalam, jika menang, Tibo mendapat penghasilan Rp 200 juta.
“Untuk petinju saya (Armin Tan Boxing Camp), saya sengaja bayar mahal. Kalau main di luar, petinju saya tidak pernah dibayar dua ribu (dolar AS), apalagi seribu. Kalau seribu dolar, suruh dia datang ke sini melawan petinju saya. Saya yang bayar dia. John Ruba pernah mendapat kontrak sampai delapan ribu (dolar AS). Petinju saya, selain bertinju, mereka bekerja dengan saya. Mendapat gaji. Uang Tibo, ada dua ratus juta di tangan saya. Uangnnya saya simpan. Petinju saya percaya kepada saya.”
Sebagai promotor, khusus untuk pertandingan 27 Februari, Armin Tan memastikan sudah mengantongi keuntungan. Luar biasa.
“Saya ada perjanjian dengan Holywings (tempat pertandingan 27 Februari mendatang), 50-50. Kalau rugi bagi dua. Untung juga begitu, bagi dua. Fitty-fifty. Di pertandingan nanti saya mendapat sponsor dari Amerika masing-masing 50 ribu USD per sponsor. Orang Amerika kasih uang. Kali ini –setelah berkali-kali mengeluarkan uang sendiri—saya untung. Cuan besar.”
Pertandingan di Holywings merupakan gebrakan baru dari Armin Tan Promotion.
“Bila sukses, pertandingan berikutnya akan terjadi lagi di tempat yang sama. Kalau Tibo menang, saya dan tim sudah siap mendatangkan juara dunia ke Indonesia untuk mempertahankan gelarnya melawan Tibo Monabesa.”
Armin Tan sangat berharap bisa mendatangkan juara dunia WBC asal Jepang.
Itu tidak mungkin. Dalam sejarahnya, Jepang tidak pernah melepas juara dunianya bertanding di negara lawan. Masalahnya Jepang memiliki promotor dan sponsor.
Sekarang gelar juara dunia WBC kelas 49 kilogram –kelas Tibo bertanding—dipegang Masamichi Yabuki, yang merebutnya dari tangan juara yang sebelumnya tidak terkalahkan Kenshiro Teraji. Serangan bertubi-tubi tanpa balas mendorong wasit menghentikan pertandingan pada ronde kesembilan, di Kyoto City Gymnasium, Kyoto, Jepang, Rabu, 22 September 2021. Pertandingan ulang Yabuki-Teraji segera berlangsung.
“Itu tidak bagus. Dia (Teraji) tumbang KO, seharusnya peringkatnya turun dan peringkat Tibo naik. Tibo yang harus menghadapi Yabuki. Tapi itulah tinju, Jepang punya pengaruh besar di WBC.”
Armin Tan bisa dipastikan, setidaknya untuk sementara waktu, melupakan WBC, yang sangat diimpikannya selama ini.
“Kalau Tibo berhasil mempertahankan gelar WBC International light flyweight, kami akan mendatangkan juara dunia lainnya. Sudah ada tim yang akan menghubungi mereka. Kita harus menggelar kejuaraan dunia di Indonesia.”
DAFTAR JUARA DUNIA
KELAS TERBANG RINGAN
WBA Super: Hiroto Kyoguchi (Jepang).
WBA: Esteban Bermudez (Meksiko).
WBC: Masamichi Yabuki (Jepang).
IBF: Felix Alvarado (Niragua).
WBO: Jonathan Gonzales (Puerto Rico).
IBO: Kosong, Tibo melepas gelar tanpa bertanding.
Bila Tibo sukses, sudah ada televisi swasta yang akan mengontrak Armin Tan untuk pertandingan siaran langsung. Selama setahun tinju internasional di televisi.
“Nanti semua petinju luar negeri yang bertanding di Indonesia. Kalau ada petinju Indonesia yang pantas ditampilkan, dia akan menghadapi petinju luar negeri. Ini akan menjadi awal kebangkitan tinju pro di Indonesia.”
Rencana bagus Armin Tan bisa mendapat benturan dari kualitas wasit/hakim tinju pro yang ada di Indonesia.
Sekarang ada lima badan tinju di Indonesia (KTI, ATI, KTPI, FTI, FTPI), yang membuat kekuatan wasit-hakim menjadi terpisah-pisah. Rata-rata sudah kepala lima bahkan banyak yang sudah berusia enam puluhan. Ada beberapa saja yang bagus tapi sudah tua. Ada pula yang merangkap pelatih dan matchmaker dan ini pelanggaran.
Menurut Armin Tan, ke depan jika kerja samanya bisa langgeng dengan Probellum, maka tidak tertutup kemungkinan untuk mendatangkan wasit/hakim luar negeri dan itu sudah pasti high cost.
Tinju, dalam hidup Armin Tan, begitu penting saat ini. Tetapi, pekerjaan juga tidak kalah pentingnya. Sehari atau dua hari setelah pertandingan Minggu, 27 Februari 2022, Armin Tan harus pergi ke Timor Leste. Ada kontrak pekerjaan di luar tinju yang harus ditandatanganinya. (finon manullang)