Rondeaktual.com
Dunia tinju Tanah Air berduka atas meninggalnya petinju kelas ringan asal Malang, Jawa Timur, Hero Tito, 35 tahun, setelah menderita KO ronde ke-7 di tangan maut James Mokoginta, di atas ring Holywings Club, Gatot Subroto, Jakarta, Minggu malam, 27 Februari 2022.
Berikut penjelasan dokter ring, dr. Putu Agus Parta Wirawan, yang tercatat sebagai dokter ring tinju profesional Indonesia dengan lisensi BOPI dan pernah ikut Konvensi WBA yang diikuti oleh dokter ring dan wasit hakim dunia.
Kamis pagi, 3 Maret 2022, pukul 09.00, dokter spesialis bedah saraf yang menangani Hero Tito, menjelaskan kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien.
Saya ditanya, apakah ikut mendampingi? Saya langsung meluncur ke RS Mitra Keluarga di Kelapa Gading, Jakarta.
Tiba di sana sudah pukul 11.00, saya mendampingi kakak, istri, putri Hero Tito, mendengar penjelasan dokter tentang kondisi terakhir pasien. Dokter rumah sakit menjelaskan pembengkakan di otak sudah menekan batang otak. Sehingga menimbulkan kematian Batang Otak.
Kemudian kami diskusi dengan promotor Armin Tan, yang sejak dari awal sangat memperhatikan segala hal yang dibutuhkan pasien dan juga keluarganya selama perawatan di rumah sakit.
Saya juga sarankan agar keluarga berdikusi dengan keluarga besar di Malang untuk mengambil keputusan terbaik agar lebih siap sehubungan kondisi pasien.
Semua upaya medis sudah dilakukan. Semua sesuai prosedur. Saya di ruang ICU sampai tahapan penanganan terakhir, meninggal pukul 16.45.
Berpulangnya Hero Tito saya info ke promotor dan rekan-rekan yang berada di luar ruang ICU.
Promotor mengupayakan semua yang dibutuhkan dari ambulance dan yang lain, karena pihak keluarga meminta agar segera dibawa ke Malang. Semua pembayaran yang nominalnya mencapai ratusan juta, ditanggung promotor.
KRONOLOGI
Sabtu pagi, 26 Februari 2021, semua pertinju baik untuk kejuaraan WBC International dan partai tambahan termasuk partai sesama artis, menjalani periksa kesehatan sebelum timbang badan, sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku.
Kami dari tim dakter Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) menyatakan semua petinju layak tanding.
Khusus untuk Hero Tito, pertandingan terakhir pada Desember 2021 di India, hasil kalah angka. Sehingga kami izinkan bertanding. Kecuali kalah KO, harus istirahat 45 hari untuk KO pertama.
Bila KO kedua beruntun, harus istirahat 90 hari.
Bila tiga kali KO beruntun, harus istirahat 180 hari.
Bila empat kali KO beruntun, maka dia harus berhenti bertinju.
Minggu, 27 Februari 2022, pertandingan di Holywings versi Asosiasi Tinju Indonesia, seperti biasa, saya melakukan cek sebelum pertandingan dimulai.
Setelah memeriksa tangga darurat di sudut netral tempat naik-turun apabila wasit meminta dokter pertandingan naik cek kondisi petinju, saya cek kelengkapan medis dari ambulance.
Saya kaget, baru kali ini pihak promotor dan Holywings siapkan ambulance yang sangat lengkap; ada ventilator, monitor, alat kejut jantung , syringe pump dan lainnya, serta ada perawat dan dokter yang khusus menangani kegawatdaruratan.
Setelah semua saya cek siap, saya arahkan wasit memimpin pertandingan dengan baik dan benar mengikuti peraturan tinju baik nasional (Asosiasi Tinju Indonesia) dan peraturan badan tinju dunia (WBC). Keselamatan petinju harus diperhatikan.
Apabila ragu-ragu, saya sarankan agar melihat ke arah dokter ring untuk memperhatikan kartu yang saya akan tunjukan yaitu kartu kuning agar wasit hati-hati dan kartu merah agar wasit tdk melanjutkan pertandingan karena berbahaya.
Untuk partai Hero Tito versus James Mokoginta, berjalan seperti biasa. Jual-beli pukulan sampai ronde ke-7 (semua bisa meliat rekamannya).
Untuk kedua petinju ini saya sudah sering cek kesehatan mereka sebelum bertanding dan mengawasi pertandingannya sehingga saya hapal gaya main mereka berdua.
Pada ronde ke-3, saya liat Hero Tito agak kendor sedikit serangannya sehingga lebih saya perhatikan setiap rondenya, tetapi masih tetap prima untuk bertarung.
Pada ronde ke-7 pun pukulan-pukulan Hero Tito masih sering dan ada beberapa yang masuk. Sampai kena upper cut dari James. Hero terjatuh, dan saya sudah siap-siap naik sambil nunggu aba-aba, setelah wasit selesai menghitung.
Hero Tito saya liat setelah terjatuh masih berusaha bangkit dan duduk tetapi jatuh lagi.
Saya naik ring. Saya cek sambil saya ajak bicara untuk menilai kesadarannya. Saya bilang: “Mas, tarik napas.” Saya minta asisten pelatih longgarkan dan buka sarung tinju agar napas lebih baik.
Saya tanya lagi: “Bisa mas bernapas dengan baik?”
Hero Tito menjawab bisa.
“Oke. Kalo sudah nyaman bernapas lagi dan coba duduk.”
Setelah duduk di bawah, saya liat agak linglung. Matanya agak redup. Langsung saya perintah tim naikan oksigen dan tandu. Hero Tito segera evakuasi ke rumah sakit terdekat dan semua kelengkapan medis ke gawat darurat. Semua sesuai SOP.
Sampai di RS Tebet pukul 18.30. Setelah dilakukan CT Scan, ada perdarahan 80 cc dengan GCS 4.
Untuk tindakan lebih lanjut tidak bisa di sana. Saya lapor promotor dan langsung cari rumah sakit yang siap, juga spesialis bedah saraf. Kemudian kami bawa ke RS Mitra Keluarga Kelapa Gading. Di sana sudah pukul 20.07.
Setelah CT Scan, sayatan operasi pertama di kepala pukul 21.30.
Hasil saat di RS Mitra Keluarga adalah pasien laki-laki 35 tahun datang dengan penurunan kesadaran. Tingkat GCS saat datang di IGD Mitra Keluarga adalah 4 dan sudah menunjukkan tanda herniasi batang otak (pupil anisokor 2/5 mm). CT Scan dari RS sebelumnya menunjukan adanya perdarahan subdural hematom luas sisi kiri yang disertai perdarahan subarachnoid dan bengkak otak yang luas.
Pasien cepat dipersiapkan untuk operasi emergensi.
Pukul 21.30 operasi dilaksanakan. Temuan operasi adalah ditemukan perdarahan luas subdural sisi kiri, perdarahan subarachnoid, dan edema otak yang luas. Dilakukan dekompresi maksimal untuk menurunkan tekanan intrakranial. Tulang batok kepala tidak dipasang kembali.
Pasca operasi kondisi pasien sangat kritis disebabkan karena bengkak otak yang sangat masif dan sulit terkontrol.
Sehari setelah operasi (Senin, 28 Februari) GCS pasien naik 6. Saya selalu cek ke rumah sakit pagi, sore, malam.
Setelah itu GCS pasien turun 3 dan pembengkakan di otak sulit teratasi sampai pasien dinyatakan meninggal dunia pada hari Kamis, 3 Maret pukul 16.45. WIB. *