Rondeaktual.com
Marvin Harsen Dokolamo, 57 tahun, adalah seorang mantan petinju amatir Gajayana Malang kemudian masuk Sawunggaling Surabaya untuk menjadi petinju profesional junior lightweight. Marvin pernah terikat kontrak seharga Rp 225.000 sebagai sparring partner juara dunia IBF kelas bantam yunior tahun 1985 Ellyas Pical.
Sekarang Marvin Harsen hidup seorang diri dalam kondisi sangat menyedihkan. Marvin, lelaki berdarah campuran Ambon-Madura, lahir di Malang, 28 April 1964. Marvin memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang berlaku seumur hidup dan tinggal di sebuah ruangan atau kamar di Perum Sarimadu II Blok E 1 Nomor 11 RT 012 RW 010, Desa Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.
Menurut seorang mantan juara Indonesia kelas bantam, Agus Ekajaya, Marvin hanya boleh menempati satu kamar. Selebihnya rumah itu menjadi milik Ratna, perempuan yang dinikahi Marvin ketika umur 17 tahun, 37 tahun yang lampau.
Rumah tangga Marvin-Ratna mulai retak sekitar 10 tahun silam. Sejak hidup masing-masing, Marvin tinggal sendiri dan dalam keadaan sakit tidak sembuh-sembuh.
Menurut Marvin, sakit yang dialaminya adalah asam urat yang terlalu tingga dan komplikasi.
“Aku ini sudah lama bahkan bertahun-tahun hidup menderita,” kata Marvin Harsen. “Mau mati tapi tidak mati-mati. Mau makan harus mengharap kiriman dari teman-teman. Mereka (istri dan anaknya) sudah tidak peduli lagi dengan aku dan itu sudah lama, sudah bertahun-tahun,” ujar Marvin Harsen, abang kandung mantan penantang juara dunia IBF kelas terbang ringan, Yani Hagler. Yani sekarang menetap di Desa Pujon, Kabupaten Malang.
Marvin menjelaskan, beberapa mantan petinju Malang dan Jawa Timur, masih ada yang memberikan perhatiannya. Mereka datang sambil membawa sebungkus nasi. Sebungkus rokok. Meletakkan uang di atas tempat tidurnya.
“Kalau arek-arek datang membawa nasi, rokok, atau obat, rasanya senang sekali. Aku hidup tak bisa jauh dari rokok. Aku suka rokok dan untung ini ada (HP). Ini yang membuat aku semangat. Ini yang bisa menghubungkan aku dengan teman-teman yang masih peduli dengan aku. Aku bisa mengikuti perkembangan di luar dari WhatsApp.”
Ketika Marvin Harsen memilih tinju pro, ia harus meninggalkan Kota Malang untuk bergabung dengan Sawunggaling Surabaya.
Di Sawunggaling Surabaya, Marvin Harsen berkumpul bersama Wongso Indrajit, Marthen Kasangke, Suwarno Perico, Agus Ekajaya, ditangani pelatih Setijadi Laksono dan Didik Mulyadi.
Marvin sempat dua kali tampil dalam kejuaraan Indonesia kelas ringan yunior melawan Tubi Lee (Taman Tirta Surabaya). Dua kali kejuaraan Indonesia, dua kali kalah berdarah-darah di tangan Tubi Lee. Itu tidak akan terlupakan.
Pada tahun 1986, Marvin memutuskan kembali ke Kota Malang dan mengambil Ratna, yang umurnya baru 17 tahun, sebagai istrinya. Marvin berhenti tinju dan bekerja sebagai satuan pengamanan (satpam).
Marvin Harsen Dokolamo sekarang hidup tanpa bisa melakukan apa-apa. Selalu menunggu kemurahan hati para mantan petinju yang ada di Malang dan sekitarnya, Marvin juga pernah beberapa kali menerima sumbangan uang melalui rekening seseorang.
“Sumbangannya beda-beda. Ada yang ngasih tiga ratus. Ada yang ngasih gocap. Berapa saja yang mau transfer silakan, itu akan sangat membantu hidupku,” kata Marvin Harsen.
Agus Ekajaya, teman Marvin satu camp di Sawunggaling Surabaya, menjelaskan baru saja menerima kiriman uang Rp 100 ribu ke nomor rekeningnya.
“Begitu masuk, uangnya langsung saya urus. Langsung diserahkan oleh istri saya ke tetangga Marvin di Perum Sarimadu, Kendalpayak, Pakisaji,” kata Agus Ekajaya, yang berdomisili di Pakisaji, Kabupaten Malang. Agus sekarang sudah tidak bekerja lagi di Kediri. Sudah pensiun, pekan lalu. Agus sekarang sedang mencari pekerjaan baru di Malang.
“Terima kasih, hari ini (Selasa, 23 Maret 2022) ada yang nyumbang seratus ribu. Uangnya bisa menyambung hidup beli beras,” ujar Marvin.
Marvin pernah disambangi teman lama satu SMA di Malang. Semua wanita dan salah satu di antaranya adalah mantan kekasih Marvin Harsen. Pertemuan itu sangat mengharukan.
Sekitar dua tahun yang silam, melalui rekening terbuka para mantan petinju di Jakarta dan sekitarnya, berhasil mengupulkan uang sekitar Rp 2 juta dan langsung diserahkan kepada Marvin Harsen di Malang. Ada yang menyumbang Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu. Sedikit, bila terkumpul, akan menjadi banyak.
Bagaimanapun sulitnya kehidupan di tengah pandemic COVID-19, mari kita sama-sama ringan tangan membantu Marvin Harsen di Malang. Besar atau kecil akan meringankan derita mantan petinju Marvin Harsen. Saatnya berbuat baik. (finon manullang / foto: dok/istimewa)
[youtube-feed]