Rondeaktual.com – Finon Manullang
Melalui Kongres Luar Biasa Asosiasi Tinju Internasional (IBA, sebelumnya dikenal sebagai AIBA) di Istanbul, Turki, 13-14 Mei 2022, Indonesia secara resmi terpilih sebagai tuan rumah Kejuaraan Dunia Tinju Amatir Elite Men`s 2022.
Itu sesuatu yang luar biasa. Sejarah besar bagi Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina), yang umurnya sudah 62 tahun. Pertina lahir 30 Oktober 1959.
Kejuaraan dunia tinju amatir (AIBA) elite men`s terakhir diselenggarakan di Tark Arena, Boegrad, Serbia, 25 Oktober hingga 6 November 2021.
Tidak kurang dari 510 petinju dari 88 negara ikut bertanding dan untuk pertama kali dalam sejarah kejuaraan dunia tinju amatir, pemenang mendapat hadiah uang.
Bagaimana Indonesia bisa menjadi tuan rumah, berikut petikan wawancara Ketua Umum PP Pertina, Mayjen TNI (Purn) Komaruddin Simanjuntak, yang sekarang sedang berada di tengah perjuangan atlet tinju Indonesia dalam upaya memenangkan setiap pertandingan di arena tinju SEA Games XXXI, Hanoi, Vietnam.
Selamat, Pertina era baru. Indonesia terpilih tuan rumah Kejuaraan Dunia Tinju Amatir Elite Men`s, melalui lelang dalam Kongres Luar Biasa IBA di Istanbul, Turki. Bagaimana awalnya?
Waktu itu saya sedang berada di Thailand, ada open tournament. Pak (Raja Sapta) Oktohari (Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia) telepon saya.
Saya ditanya begini: “Bang, ini ada rencana kejuaraan dunia di beberapa negara. Kalau setuju biar saya daftarkan.”
Saya setuju. Saya minta supaya dibuatkan program pemerintah destinasi prioritas wisata dikaitkan dengan sumber dana.
Saat Kongres Luar Biasa IBA di Istanbul, saya berangkat bersama Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Mayjen TNI (Purn) Sunaryo, SE.
Sampai di sana, teman Pak Oktohari sudah ada yang menyambut kita. Gayung bersambut, pada akhirnya kita terpilih tuan rumah Kejuaraan Dunia Tinju Amatir IBA 2022.
Bagimana perasaan Anda, sebagai Ketua Umum PP Pertina.
Ini sejarah. Untuk pertama kali Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah melalui Kongres Luar Biasa. Ada 37 negara yang juga mengajukan diri sebagai calon tuan rumah. Persaingan cukup ketat.
Kita menang melalui bidding. Rasanya bukan main. Bangga dan ini semua karena usaha keras Pak Oktohari untuk dunia tinju Tanah Air.
Kita dipercaya dan harus kita jaga. Ini sejarah pertama kali dunia mempercayakan kejuaraan dunia amatir di Indonesia.
Siapa pun, saya kira pasti bangga. Ini sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Apalagi yang mendaftar 37 negara. Kita jauh di sini terpilih dan itu kebanggaan kita. Ini kejuarana dunia pertama di Indonesia. Saya kira sama dirasakan oleh kominitas tinju. Kita bangga sebagai tuan rumah.
Kejuaraan dunia tersebut dijadwalkan di Manado, Sulawesi Utara.
Iya. Itu bisa di Manado, mungkin bulan November tahun ini.
Pertina siapkan berapa tim, kalau boleh tahu.
Satu tim, saya kira sudah cukup. Saya sudah bicara dengan manajer tinju Indonesia di SEA Games Hanoi, Pak Hengky Silatang, bahwa tim yang ada sekarang supaya tetap dipertahankan untuk menghadapi Kejuaraan Dunia.
Sudah ada enam petinju (Kornelis Kwangu Langu, Farrand Papendang, Sarohatua Lumbantobing, Maikhel Muskita, Novita Sinadia putri, dan Huswatun Hasanah putri), ditambah satu lagi (Sandyarto Peroza, Kepulauan Riau) kelas berat. Sudah tujuh.
Saya mau tim untuk kejuaraan dunia nanti berdasarkan seleksi. Siapa yang terbaik dia yang akan mewakili Indonesia.
Sebentar lagi, Pertina akan menggelar pertandingan tinju Piala Kasad. Mungkin bulan Agustus, Piala Kasad akan menjadi ajang seleksi. Piala Kasad bisa di Bali, Jakarta, atau Danau Toba. Kita lihat nanti.
Kapan mulai bekerja untuk kejuaraan dunia, karena waktunya praktis enam bulan dari sekarang.
Saya masih di tengah-tengah SEA Games bersama atlet tinju Indonesia, yang berjuang untuk merebut medali emas. Pulang dari Vietnam, panitia yang kita rencanakan akan bekerja. Walapun saya masih di sini support atlet tinju SEA Games, kita sudah mulai bekerja. Saya mau, semua yang terlibat bisa taat aturan.
Sebelum kejuaraan dunia, barangkali ada uji coba, atau semacam test event.
Setelah Piala Kasad, kita bikin lagi pertandingan tambahan. Sosialisasi. Wasit/hakimnya bagaimana. Pendukungnya bagaimana, hotel, transportasi, media. Saya mau semua profesional.
Saya berharap, keputusan ini didukung oleh seluruh masyarakat olahraga, pusat dan daerah. Menunjukkan budaya ramah tamah, sopan santun, dan etika.
Kepercayaan itu datangnya hanya sekali.
Finon Manullang
Menulis dari Desa Tridaya Jawa Barat
[youtube-feed]