Rondeaktual.com
Untuk pertama kali dalam sejarah, petinju Timor Leste berhasil merebut medali perak SEA Games. Ini bisa menjadi kado berharga bagi Timor Leste National Boxing Federatioan (ETABOF).
“Tim tinju Timor Leste datang dengan empat orang saja. Saya pelatih dan tiga atlet tinju,” kata pelatih Gill Roberto Santos, 53 tahun, mantan juara Indonesia kelas ringan yunior tahun 1991. “Meski sempat kacau karena kesalahan mendaftarkan kelas petinju, akhirnya petinju Timor Leste berhasil merebut satu medali perak dan satu medali perunggu,” kata Gill di Hanoi, Vietnam, Senin malam, 23 Mei 2022.
Pertama kali Timor Leste merebut medali perak dari cabang olahraga tinju SEA Games. Pada SEA Games XXX/2019 Manila, Timor Leste membawa pulang dua medali perunggu.
“Sekarang menjadi lebih baik karena ada medali perak. Saya berharap ini awal kebangkitan tinju di seluruh wilayah Timor Leste. Semoga pemerintah Timor Leste mengerti akan kebutuhan tinju, seperti tempat latihan dan peralatan serta perlunya melakukan try out. Petinju Timor Leste harus banyak bertanding agar bisa meraih prestasi lebih tinggi,” ujar Gill Roberto Santos, yang dinegaranya dikenal sebagai Gil dos Santos Isaac. Nama tengah Roberto adalah pemberian dari seorang wartawan ketika Gill sekolah dan berlatih tinju di Jawa Timur. Roberto diambil dari nama depan legenda tinju Panama Roberto Duran juara dunia empat kelas.
Dua petinju Timor Leste yang merebut medali adalah Jose Barreto Quintas Da Silva (medali perunggu kelas bulu 57 kilogram) dan Delio Anzaqeci Mouzinho (medali perak kelas menengah).
Dalam final kelas 75 kilogram, Delio Anzaqeci Mouzinho kalah melawan bintang tinju amatir Filipina yang juga seorang petinju profesional, Eumir Marcial. Meski kalah, itu sejarah bagi tinju Timor Leste.
Pelatih bertangan kidal itu menjelaskan bahwa kekacauan sempat terjadi masalah berat badan.
Jose Barreto Quintas Da Silva adalah petinju kelas terbang 52 kilogram, tetapi terdaftar sebagai petinju kelas bulu 57 kilogram.
Delio Anzaqeci Mouzinho adalah petinju kelas welter 69 kilogram tetapi terdaftar sebagai petinju kelas menengah 75 kilogram.
Elisio Raimundo Gaio adalah petinju kelas bulu 57 kilogram tetapi terdaftar sebagai petinju kelas ringan 63 kilogram.
“Ini kesalahan tatal. Saya tidak mau terulang. Semoga ini menjadi yang pertama dan yang terakhir,” harap Gill.
Dia menjelaskan, bagaimana perasannya ketika petinjunya pergi dan meninggalkannya seorang diri di kamar hotel.
“Anak-akan tidak mau bertanding karena harus menaikkan berat badan sebanyak itu. Akhirnya mereka datang dan bilang mau bertanding. Ya sudah, saya tidak paksa. Kalian mau mau atau tidak mau terserah. Ternyata kejadian itu membuka jalan menuju medali perak.”
Gill lahir di Dili, 13 November 1968, dengan nama Gil dos Santos Isaac. Gill sekarang kuliah di Universiade da Paz, Dili, mata kuliah hukum konstitusional.
“Sekolah saya berantakan. Sambung menyambung. Waktu tinggal di rumah Pak Eddy di Batu, saya menyelesaikan SMP. Kemudian saya teruskan sampai selasai SMA di Bali, setelah pindah ke Cakti Bali bersama Pak Daniel Bahari,” Gill menjelaskan. (finon / foto: istimewa)