Rondeaktual.com
Akhir pekan lalu di Anggrek Ballroom, Nam Centre, Jakarta Pusat, Sabtu, 21 Mei 2022, pendiri Federasi Tinju Profesional Indonesia (FTPI), Yance Rahayaan, duduk sejajar dengan Ketua Umum FTPI, Neneng A Tuty.
Belum setengah jalan dan partai utama Indonesia versus Thailand belum ditampilkan, tiba-tiba Rahayaan dan Neneng A Tuty sudah meninggalkan tempat.
Ada apa?
Menurut Yance, waktu harus dibagi dengan acara lain. “Kehadiran kami, sebagai event safari dengan ketua umum empat badan tinju pro yang ada, yakni KTI, ATI, KTPI, FTI, untuk menjalin kerja sama membangun prestasi tinju profesional di tanah Air. Safari silaturahmi ini akan kami lanjutkan ketika ATI, KTPI, dan FTI menjadi pengawas pertandingan,” kata Rahayaan.
Rahayaan, mantan petinju kelas ringan yunior dan promotor berlisensi A, menjelaskan bahwa kelahiran FTPI lima tahun yang silam bukan karena ke luar dari salah satu badan tinju. FTPI berdiri atas keinginan dan aspirasi dari para tokoh tinju, unsur petinju, unsur pelatih. “FTPI tetap menjalin kerja sama dengan empat badan tinju yang sudah ada,” tegas Rahayaan.
Keempat badan tinju yang dimaksud Rahayaan adalah:
1. Komisi Tinju Indonesia (KTI), Ketua Umum Anthon Sihombing.
2. Asosiasi tinju Indonesia (ATI), Ketua Umum Manahan Situmornag.
3. Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI), Ketua Umum Ruhut Sitompul.
4. Federasi Tinju Indonesia (FTI), Ketua Umum Hasurungan Pakpahan.
Indonesia sekarang memiliki enam badan tinju pro. Satu lagi adalah Dewan Tinju Indonesia, Ketua Umum Milasari Anggraini.
Milasari sempat enam bulan Ketua Umum FTPI. Namun, Desember 2021, Milasari dan jajaran pengurus ramai-ramai meninggalkan Rahayaan.
Rahayaan menambahkan, FTPI setiap lima tahun mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk memiklik ketua umum.
FTPI, kata Rahayaan, adalah organisasi tinju pemecah rekor pertama sudah empat kali mengganti ketua umum hanya dalam satu perioide. (finon)
[youtube-feed]