Rondeaktual.com
Turut berduka cita yang mendalam atas kepergian salah satu tokoh tinju Indonesia terlama, Manahan Situmorang, SE, MM, 77 tahun.
Manahan meninggal dunia di Jakarta, Rabu malam, 8 Juni 2022.
Manahan Situmorang adalah contoh yang selama bertahun-tahun setia memberikan waktu dan pemikirannya untuk tinju pro Tanah Air. Suka dan duka telah dilewati lelaki asal Sumatera Utara ini. Kesetiaan untuk tinju dari seorang Manahan Situmorang tak terbantahkan.
Manahan Situmorang ikut merasakan masa emas tinju pro ketika Ellyas Pical menjadi juara dunia dan merasakan masa pahit seperti sekarang, di mana tinju pro nyaring sudah hilang. Hidup segan mati tak mau.
Manahan Situmorang termasuk salah satu orang paling lama dalam mengurus tinju. Selama bertahun-tahun secara langsung hadir di sekitar ring tinju.
Di masa hidup Manahan Situmorang, kami sering bertemu dan bicara enak tentang tinju.
Suatu hari selesai makan sore di Pramuka, Jakarta Timur, saya ditawari sebatang rokok. Tidak saya isap, karena saya memang tidak merokok dan Manahan tahu itu. Namun, dengan bergurau beliau menawarkan rokoknya dan bilang: “Cobain.”
“Saya pernah latihan tinju di Senayan, bersama Syamsul Anwar Harahap,” katanya ketika itu. “Guru tinju yang membimbing saya adalah Firman Pasaribu. Itu tahun 1966,” lanjutnya.
Manahan Situmorang mulai dikenal publik sebagai panitia tinju ketika promotor Herman Sares Soediro menggelar kejuaraan dunia WBC kelas welter yunior antara juara Saoul Mamby (Amerika Serikat) melawan penantang Thomas Americo (Indonesia), Istora Senayan, Jakarta, Sabtu, 29 Agustus 1981.
Mamby menang angka melalui pertarungan 15 ronde. Beberapa jam kemudian Mamby langsung menuju bandara meninggalkan Indonesia, karena ada perjanjian dia harus kalah angka untuk kemudian rematch di Amerika.
Itu merupakan kejuaraan dunia WBC satu-satunya yang pernah diselenggarakan di Indonesia. Sampai sekarang dan sudah 41 tahun berlalu, belum pernah ada kejuaraan dunia WBC yang kedua di Indonesia.
Di tahun itu, ketika Saoul Mamby datang ke Indonesia, Manahan Situmorang sudah sebagai manajer Garuda Jaya, yang tugasnya mengurus pertandingan sejumlah nama besar seperti Piet Gommies, Eddy Gommies, Ricky Tampubolon, Iwan Tubagus Jaya, Polly Pasireron. Sementara, Ellyas Pical sebagai new comers di Garuda Jaya, belum naik ring pro.
TINJU BULANAN
Pada awal dekade 80-an, Manahan Situmorang dengan cara patungan para manajer tinju, berhasil menyelenggarakan pertanding tinju eliminasi di Jakarta. Tinju bulanan berlangsung di Satria Kinayungan Mampang Prapatan, di dalam sasana tinju Garuda Jaya Pancoran, dan di Gelanggang Remaja Jakarta Timur.
Tinju bulanan dipromotori antara lain; Manahan Situmorang, Amar Singh, Anton Ojak Sihotang, Halim Susanto.
MANAHAN BOXING CAMP
Pada dekade 80-an, Manahan Situmorang –seorang ahli perpajakan—harus meninggalkan Garuda Jaya untuk bergabung dengan Satria Kinayungan, milik Herman Sarens Soediro.
Tak sampai dua tahun Manahan Situmorang meninggalkan Satria Kinayungan. Ia memutuskan “sayonara” kemudian membangun Manahan Boxing Camp di pekarangan rumahnya yang luas di Jakarta Timur.
Meski sudah mempunyai camp sendiri dan dimodalinya dari uang dapur, Manahan tidak pernah berambisi untuk maju sebagai pelatih. Ia tetap konsisten di bidangnya; manajer tinju yang dikenal ahli strategi dan sangat memahami aturan tinju.
Salah satu petinju yang ditanganinya sampai berhasil membuat sejarah satu-satunya dua kali juara OPBF kelas menengah adalah Polly Pasireron.
Di tangan Manahan Situmorang, Polly menjadi satu-satunya petinju yang berkali-kali merebut gelar juara kelas menengah Indonesia.
“Polly berkali-kali over weight. Lelah ngurusnya, tetapi dia berkali-kali menjadi juara Indonesia. Dia ada killing punch dan itulah kehebatan Polly,” puji Manahan.
Selain berkali-kali mengantar Polly Pasireron sebagai juara Indonesia, Manahan Situmorang pernah mengantar Polly Pasireron ke Chonju, Korea Selatan, 1 Maret 1988, menantang juara dunia IBF kelas menengah super Chong Pal Park, yang terkenal sebagai Raja KO.
Polly Pasireron yang terkenal dengan pukulan mematikan dan terkenal pula paling sering over weight, lagi-lagi over weight di Korea. Tidak tanggung-tanggung, kelebihan sampoai tiga kilogram dan dipaksa harus turun agar bisa bertarung untuk kejuaraan dunia WBA kelas menengah super melawan Raja KO yang hebat, Chong-Pal Park.
Polly maju dan menyerang tetapi akhirnya habis pada ronde kelima dari dua belas ronde yang dijadwalkan. Polly gagal menjadi juara dunia dan mengundurkan diri untuk selamanya.
Kekalahan Polly di Korea tidak berarti menutup langkah panjang Manahan Situmorang. Ia, melalui Jenderal Hendropriyono, masuk Komisi Tinju Indonesia, sebagai Ketua Harian bersama Cara taker Tritamtomo.
Pada tahun 1999, Manahan Situmorang mendirikan organisasi tinju profesional sebagai Badan Hukum bernama Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) dengan Akta Notaris Pendirian Nomor 20 tanggal 10 Februari 1999.
Itulah awal sejarah lahirnya ATI, yang dipimpin oleh Manahan Situmorang sampai akhir hayatnya.
Selamat jalan tokoh tinju Indonesia, Bapak Manahan Situmorang. Semoga mendapat tempat yang indah di sisi kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa. Amiiin.