Rondeaktual.com – Coretan Finon Manullang
Hari ini, Minggu, 17 Juli 2022, mulai pukul 3 sore, di Sasana Tinju Bima Sarinah, Tanah Abang, Jakarta Pusat, merupakan bagian terakhir ujian calon wasit/hakim (Cawakim).
Semua peserta merupakan mantan petinju profesional era dekade 90-an. Sudah terlambat barangkali, kalau melihat tahun kehadiran mereka di atas ring. Sudah umur lima puluhan. Sudah tua. Tetapi, sekarang ini di Indonesia, masih banyak wasit/hakim yang bertugas meski umur sudah di atas enam puluh. Masih cerdas dan gagah.
Ujian terakhir Cawakim hari ini merupakan peristiwa pertama. Cawakim biasanya diikuti oleh para akademisi dan hanya sedikit dari mantan petinju. Peserta juga rata-rata usia 30 dan belum 40.
Kali ini beda. Non sarjana. Usia sudah limapuluhan dan sedikit usia mendekati 40. Sangat natural dan menarik, sekaligus mengangkat citra mantan petinju.
Ujian Cawakim tidak diselenggarakan oleh badan tinju pro. Sekarang Indonesia –tahu-tahu dan entah mengapa—sudah memiliki lima dan hampir enam organisasi sebagai pengawas tinju pro. Ada Komisi Tinju Indonesia (KTI), yang tertua disusul Asosiasi Tinju Indonesia (ATI), Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI), Federasi Tinju Indonesia (FTI), Federasi Tinju Profesional Indonesia (FTPI), dan Dewan Tinju Indonesia (WTI).
Cawakim yang akan menghadapi ujian terakhir ini adalah hasil karya mantan petinju, yang pesertanya antara lain:
1. Kris Wuritimur, mantan juara Indonesia kelas bulu yunior, yang pernah bertanding melawan southpow Herry Makawimbang dan berakhir rusuh di Studio RCTI Kebunjeruk, Jakarta. Empat supporter berani masuk ke dalam ring.
2. Hasan Boga, mantan petinju Garuda Jaya, yang pernah menjadi juara Indonesia kelas ringan yunior.
3. Hanny Manansang, mantan juara Indonesia kelas ringan.
4. Charles Herry, mantan petinju kelas bulu yang pernah memberikan sekali knockdown mantan juara dunia Ellyas Pical dan berakhir draw 10 ronde.
5. John Manusiwa, mantan juara Indonesia kelas bantam.
6. Sejumlah mantan peringkat Indonesia yang bertanding di berbagai kelas, seperti Daud Sanusi, Robert Pandiangan, Jack Medison, Hari Hutagalung, Izul, Jimmy Puaha, dan yang lain.
Hari ini peserta ujian mencapai 10 sampai 15. Sangat antusias dan petensial.
Jangan pernah meremehkan kemampuan para mantan petinju untuk menjadi seorang wasit/hakim yang baik.
Saya ingin menyampaikan terima kasih yang luar biasa kepada:
Dace Maigoda
Dace menjadi guru utama tanpa dibayar.
Memang, semua yang terlibat dalam pekerjaan ini memang tidak ada yang mendapat uang. Murni panggilan dari hati nurani paling dalam.
Pelajaran Wacakim sudah mulai sejak 7 Mei 2022. Setiap minggu berlangsung pelajaran, efektif selama lima jam, mulai pukul 11.00 hingga 17.00. Sebagian para Cawakim menyebutnya sebagai penataran.
Kehadiran Dace Maigoda sebagai pengajar memang pas. Dace, selama bertahun-tahun, telah menjadi Inspektur Pertandingan tinju pro Tanah Air. Beliau pernah mengantar Ippo Gala bertanding melawan Manny Pacquiao di Mandaluyong City, Filipina, Juli 1996.
Ricardo Simanungkalit
Ricardo adalah mantan juara tertua kelas menengah Indonesia dan seorang wasit/hakim. Ricardo terakhir menjalankan tugasnya di Holywings Club Gatot Subroto, Jakarta, Minggu, 12 Juni 2022.
Ricardo menjadi pendamping Dace Maigoda dalam memberikan pelajaran bagaimana menjadi seorang wasit yang baik. Ricardo juga mengajak istrinya, Maya Hutauruk, untuk ikut memberikan pengalamannya sebagai wasit/hakim.
Masih ada beberapa nama wasit/hakim yang dengan kerendahan hati bersedia datang memberikan pelajaran penting seperti; Oki Abibakrin, Hendra Julio, Chris Rotinsulu, Nixon Gabriel, Yanto Dhe Villa, Pice Namang.
Dua nama terakhir memberikan pelajaran bagi calon pencatat waktu (time keeper).
Apa-apa yang dipelajari para Wacakim, tidak datang dari organisasi tinju. Independen. Setiap minggu belajar. Kadang setiap orang harus patungan Rp 20.000 agar bisa membeli nasi bungkus, untuk makan siang bersama, seperti sudah beberapa kali terjadi.
Bila dianggap layak, maka akan diajukan kepada badan tinju pro yang ada seperti; KTI, FTPI, ATI, dan KTPI.
Bila badan tinju menerima Cawakim kemudian mendapat legalitas yang kuat, maka terbuka jalan bagi dia untuk menjadi wasit/hakim tinju pro Tanah Air, yang sebentar lagi padat dengan jadwal pertandingan.
Pelajaran Cawakim biasanya berlangsung di hotel, yang diselenggarakan oleh badan tinju. Panitia menyediakan gratis tiga kali makan (pagi kue dan kopi, siang makan, sore kue dan kopi). Bila badan tinjunya tidak pelit, maka disediakan ongkos pulang. Enak sekali.
Untuk menghadapi ujian terakhir hari ini, Minggu, 17 Juni 2022, dilakukan dengan cara patungan.
Setiap peserta Cawakim harus menyerahkan uang masing-masing Rp 50.000. Ada tim yang mengutip sekaligus mengurusnya.
Uang akan dipergunakan membayar ongkos kedatangan petinju yang akan melakukan latih tanding untuk dinilai para Cawakim.
Semangat patungan itu luar biasa. Tidak harus bergantung dari uang proposal. Ini baru pertama terjadi. Ini sejarah.
Kalau tidak begitu (urunan), barangkali gagasan melahirkan wasit/hakim melalui jalur independen tidak akan pernah terlaksana.
Boleh dicatat; ini murni karya Keluarga Besar Tinju Indonesia (KBTI).