Rondeaktual.com, Bekasi – Masih ingat dengan nama Nico Thomas?
Nico Thomas, 52 tahun, adalah petinju Indonesia kedua yang berhasil menjadi juara dunia tinju, setelah lebih dahulu diawali Ellyas Pical.
Nico tiga kali bertarung dalam kejuaraan dunia IBF kelas terbang mini.
Pertama, Nico bertarung 12 ronde di Senayan dan berakhir draw melawan juara asal Thailand, Mahasamuth Sithnaruepol (pernah memukul KO ronde 11 Little Pono dalam kejuaraan OPBF di Bengkulu).
Kedua, dalam tanding ulang 12 ronde di Senayan, Nico berhasil merebut sabuk juara dunia.
Ketiga, Nico kehilangan gelar di Gedung Basket, Taman Hiburan Rakyat, Tamansari, Jakarta Barat, akibat KO ronde 6 di tangan petinju kidal asal Filipina, Erick Chavez.
Beberapa jam setelah Nico mengalahkan Mahasamuth Sithnaruepol untuk menjadi juara dunia, ia mendapat kenangan-kenangan yang tak terlupakan dua kali ditampar polisi.
“Kejadian itu tidak bisa saya lupakan,” kata Nico Thomas, kelahiran Ambon, Maluku, 10 Juni 1966. Nico berbicara saat menghadiri acara HUT KBTI di kediaman Tobias Pattiasina, Jalan Kiara, Jatirasa, Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (10/11/2018).
“Saya dua kali kena tampar polisi. Waktu itu saya baru saja merebut gelar juara dunia IBF di Istora Senayan. Saya tidak pulang ke rumah, tapi pergi ke Tanjung Priok (Jakarta Utara). Ceritanya saya ini mau menjumpai pacar. Pas di tengah jalan, omprengan (angkot gelap di Ibu Kota) yang saya tumpangi dihentikan polisi.”
Nico meneruskan ceritanya. “Ada pemeriksaan KTP. Pak Polisi bertanya siapa nama dan saya jawab baik-baik bahwa saya adalah Nico Thomas. Pak Polisi tidak percaya dan menampar saya. Mungkin dikira saya berbohong. Ini muka masih bengkak karena habis bertanding kejuaraan dunia. Saya bilang kalau saya adalah Nico Thomas. Pak Polisi tetap tidak percaya dan saya ditampar untuk kedua kalinya. Pak Polisi bilang dia baru saja melihat Nico Thomas bertanding di televisi. Waktu itu siaran langsung TVRI. Saya bilang, itu saya. Kalau tidak percaya telepon Hotel Indonesia, manajer saya Pak Tinton Soeprapto sekarang ada di sana. Dulu belum ada hape. Untung Pak Tinton masih di Hotel Indonesia. Kalau tidak, bisa tiga kali kena tampar.”
Semua orang yang mendengar tertawa terbahak-bahak.
Finon Manullang