Rondeaktual.com
Mantan juara Indonesia kelas welter yunior Suwarno Perico, 60 tahun, kini dalam kondisi menyedihkan di RSI Malang, Jawa Timur.
Suwarno Perico adalah sparring partner Irjen Pol Johni Asadoma, ketika mempersiapkan diri menuju Olimpiade Los Angeles 1984. Suwarno Perico mencatat rekor buruk empat kali bertanding dalam kejuaraan Indonesia melawan mendiang Bongguk Kendy. Bongguk tiga kali menang dan sekali kalah. Di Istora Senayan, Suwarno Perico menghentikan perlawanan Ricardo Simanungkalit.
Sampai berita ini turun, belum ada yang mengetahui sakit yang dialami Suwarno Perico, mantan petinju Sawunggaling Surabaya tahun 1980-an, bersama Yani Hagler Dokolamo.
“Kami belum tahu apa yang terjadi dengan Mas Suwarno Perico,” kata mantan juara PABA Roy Mukhlis di Surabaya, Minggu tengah malam, 14 Agustus 2022. “Beliau orang baik,” tambah Roy Mukhlis, mantan petinju asuhan mendiang pelatih top Sutan Rambing. “Besok (Senin pagi, 15 Agustus 2022) ada rencana urunan sewa mobil. Para legenda tinju Surabaya pergi ke Malang untuk melihat Mas Suwarno,” tambah Roy Mukhlis.
Mantan petinju Sawunggaling Surabaya lainnya seperti Agus Ekajaya dan Eric Archibald, yang dihubungi melalui ponselnya, tidak pernah tahu tentang penyakit Suwarno Perico.
“Saya sudah coba kontak ke nomornya tidak bisa. Sudah putus komunikasi,” kata Eric Archibald.
Menurut Agus Ekajaya, Suwarno Perico mengalami sakit aneh. “Kalau ditelepon, jawabnya selalu siapa ya? Kalau ditanya sakitnya, selalu bilang tidak tahu,” ujar Agus Ekajaya, yang baru beberapa bulan pensiun dari pekerjaannya di Kediri dan sekarang mencoba hidup baru sebagai pelatih member di Surabaya dan sekitarnya. “Kasihan, Mas No hidup seorang diri.”
Belum lama, Rondeaktual.com masih sempat berkomunikasi dengan Suwarno Perico dan bercerita tentang sakitnya yang setengah aneh.
“Aku ini tidak sakit, tapi aku baik-baik saja,” katanya. Ia pun mengaku sedang membangun rumah di kampung halamannya sendiri, Desa Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur.
Suwarno Perico, duda hampir sepanjang hidupnya, membangun rumah sederhana setelah mendapat pinjaman yang dari saudara perempuannya. Selian itu, katanya, sejumlah orang yang bersimpati mengirim bata, pasir semen, dan bahan bangunan lainnya.
“Kalau duit, dari mana duit. Aku tidak kerja, tapi ada saja orang yang membantu,” katanya.
Suwarno Perico pernah mencoba sebagai juru pijat. Ia ke Malang dan belajar di rumah mantan petinju Mintohadi, yang menyandang status tunanetra akibat ganasnya tinju. (Finon Manullang)