Rondeaktual.com
Sedih mengabarkan berita duka yang mendalam atas kepergian seorang sahabat tinju asal Jember, Jawa Tumur, Agus Zabara, 62 tahun.
Agus Zabara pernah dikenal sebagai salah satu lawan berat Thomas Americo. Agus meninggal di rumah istrinya di Jember, Kamis, 18 Agustus 2022, pukul 02.30 WIB.
“Jenazah telah dimakamkan di Jember, pukul sembilan pagi,” kata mantan petinju top Jember, Sambung. “Mohon maaf, saya tidak ikut antar. Masih tidur, karena kerja jaga malam. Tadi sudah telepon putra almarhum. Sudah saya jelaskan dan turun berduka cita. Semoga saudara kita Mas Agus Zabara husnul khotimah. Semoga diampuni segala dosa-dosanya dan diterima di sisi-Nya. Kepada keluarga yang ditinggal, semoga mendapat tabah atas ujian ini.”
Beberapa hari sebelum meninggal, Sambung yang pernah bertanding di Istora Senayan, Jakarta, bawah kontrak promotor Boy Bolang, masih pergi ke rumah Agus Zabara di Desa Jenggawa, sekitar 20 kilometer dari Jember.
Sambung asal Raung Boxing Camp Jember, meneruskan: “Saya ke sana, mengantar donasi dari teman-teman mantan petinju Jawa Timur, yang terkumpul melalui jaringan WhatsApp Group. Kurus sekali. Fisik beliau sudah habis digrogoti berbagai penyakit, termasuk penyakit gula.”
TENTANG AGUS ZABARA
Agus Zabara adalah salah satu petinju pro pertama di Jember, Jawa Timur. Ia memiliki pengalaman yang panjang sebagai petinju kemudian pelatih dan pernah menggali ilmu langsung dari legenda Australia, Jeff Fenech.
Tahun 1985 nama Agus Zabara mulai berkibar di tinju pro melalui Cipta Jasa Boxing Camp Jember bersama pelatih dan manajer Bambang Susilo. Sangat terkenal ketika itu, di era tinju belum disentuh televisi.
Agus Zabara pernah bertanding melawan juara Indonesia kelas welter yunior, Thomas Americo, non gelar 8 ronde.
Itu tahun 1986, di Stadion Notohadinegoro Jember. ”Saya habis di ronde ketujuh,” kisah Agus Zabara, kelahiran Jember, 14 Agustus 1960.
“Saya biarkan saja ketika wasit (mendiang) Rustam menghitung sampai habis dan saya tidak bangun. Fisik sudah tidak mungkin untuk meneruskan sisa ronde. Saya tidak ada persiapan untuk menghadapi Thomas Americo. Saya terima kontrak karena butuh uang. Waktu itu saya sedang menyusun skripsi. Saya kuliah di Unej. Waktu timbang badan, saya harus mengantongi batu timbangan agar berat bisa masuk di kelas welter yunior 63,5 kilogram.” Pertandingan diurus oleh dipromotor mendiang Kol CHB Purn Felix Kilim Sidabalok.
Sebagai petinju, Agus Zabara berhasil menyelesaikan kuliahnya di Universitas Negeri Jember. “Saya D3 ekonomi. Tapi saya lebih menyukai tinju, makanya saya tetap di tinju, sampai sekarang.”
Pada tahun 2020, Agus Zabara berstatus pelatih di Pusdik Brimob Watukosek. “Saya harus setiap hari di Pusdik Brimob, karena saya mendapat tempat tinggal. Saya ada kamar di Watukosek,” katanya.
Sementara, usaha kafe yang dirintisnya di Malang dihentikan. “Kafe sudah saya tutup, sejak pandemic coronavirus. Belum tahu kapan bisa buka lagi. Sekarang kembali sebagai pelatih tinju,” cerita Agus Zabara di masa hidupnya.
Agus mengaku banyak belajar tentang kepelatihan tinju dari dua nama besar; mendiang Setijadi Laksono (Sawungaling Boxing Surabaya) dan mendiang Sutan Rambing (Semarang).
Tahun 2004, Agus menerima Lisensi Pelatih Tinju Profesional, yang ditandatangani oleh Ketua Umum BPP-OPI, Prof. Drs. Toho Cholik Motohir, MA, Ph.D. BPP-OPI sekarang menjadi BOPI, dan sudah dibubarkan oleh Pemerintah.
Tentang Thomas Americo, Agus Zabara adalah lawan pengganti. “Thomas Americo seharusnya main lawan Supriyo dari Sawunggaling Surabaya. Supriyo tidak bisa, saya maju. Masuk ronde keempat mulai terasa jab Thomas Americo. Cepat dan keras. Saya akui jab Thomas Americo adalah jab terbaik.”
Agus Zabara lebih banyak menghabiskan waktu sebagai pelatih. Di Golden Hans Boxing Camp Jember. Ia menangani tiga legenda tinju Jember yang luar biasa; Rudy Haryanto, Sambung, Faisol Akbar.
Agus Zabara pernah dikontrak tiga tahun berbagung dengan Akas Probolinggo. Pernah direkrut tokoh tinju Bali Zainel Tayeb sebagai pelatih di Mirah Bali.
“Saya enam bulan mempelajari ilmu tinju di Melbourne, di tempat Jeff Fenech. Saya balik Indonesia karena dipanggilan Pak Zainel Tayeb.”
Itulah sedikit tentang perjalanan seorang sahabat tinju bernama Agus Zabara, yang memberikan hampir seluruh hidupnya untuk tinju.
Selamat jalan, sahabat Agus Zabara. Semoga mendapat tempat yang indah di sana. Amiiin.