Rondeaktual.com
Saya sengaja menyusun tulisan ini untuk menyambut pertarungan ulang kelas berat antara juara WBA Super, IBF, IBO, WBO, Oleksandr Usyk (Ukraina) melawan Anthony Joshua (Inggris). Laga dijadwalkan 12 ronde siaran DAZN langsung dari Jeddah, Arab Saudi, Sabtu malam, 20 Agustus 2022.
Siapa pemenang pertarungan ulang, itu yang sangat ditunggu penggemar. Pertarungan Sabtu ini membuat gengsi kelas berat kembali naik daun.
Sejarah kelas berat sangat panjang. Saya akan memulainya dari Muhammad Ali, meski Ali bukanlah juara dunia kelas berat pertama. Tetapi, sampai akhir hayatnya, Ali dihormati sebagai juara dunia paling popular sepanjang sejarah tinju. Tak tersanggah.
Berdasarkan buku Guinness Boxing karya Ian Morrison edisi kedua 1993, Ali pertama kali menjadi juara dunia kelas berat di Miami, 25 Februari 1964, setelah menang KO pada ronde keenam atas 6 Sonny Liston.
Ali menjadi petinju pertama yang berhasil menjadi juara dunia kelas berat sampai tiga kali.
Setelah mengalahkan Liston, Ali sembilan kali sukses mempertahankan gelar juara dunia kelas berat. Ali, sekali lagi, mengalahkan Liston dengan KO ronde pertama di Lewiston, kemudian menghentikan Floyd Patterson pada ronde 12 di Las Vegas. Sementara, lima lawan lainnya yang merupakan penantang kelas berat tidak ternama, dihabisinya dengan cepat. Dua lagi George Chuvalo dan Ernie Terrell kalah angka. Keduanya bertahan sampai ronde terakhir, ronde ke-15.
Ali kehilangan gelar di New York, 8 Maret 1971, menyusul kekalahan angka 15 ronde atas lawan yang luar biasa Joe Frazier.
Frazier dua kali mempertahankan gelar kemudian habis di tangan KO King George Foreman, yang menghantam sang juara hanya dalam dua ronde.
Foreman mempertahankan gelarnya dua kali, memukul KO Joe Roman hanya setengah ronde di Tokyo, Jepang, 1 September 1973, dan menghabisi Ken Norton pada ronde kedua di Caracas, 26 Maret 1974.
Tujuh bulan kemudian di Kinshasa, Zaire, 30 Oktober 1974, Ali datang melucuti gelar juara dunia kelas berat milik Foreman. Ali melepaskan straight tunggal mendarat telak di kepala Foreman dan jatuh mencium kanvas ring. Tragedi Kinshasa persis di tengah-tengah ring.
Pertarungan itu sangat bersejarah, karya agung promotor Don King. Sampai sekarang orang mengenangnya sebagai The Rumble in the Jungle.
Foreman-Ali disiarkan langsung di TVRI. Para toke Pasar Senin dan Pasar Glodok bermurah hati membawa televisi mereka dari rumah. Orang-orang di sekitar pasar dapat menyaksikan pertandingan. Tak terlupakan sampai sekarang.
Ali menguasai kelas berat sepanjang tiga tahun dengan rekor sepuluh kali mempertahankan gelar. Ali mengalahkan setidaknya tiga nama yang mampu menyita perhatian penggemar di Tanah Air. Barangkali dalam pikiran Anda masih tersisa kehebatan Ali, menyerang bagaikan kupu-kupu menyengat bagaikan tawon. Ali bertarung sampai 15 ronde melawan penantang asal Australia, Joe Bugner, yang terjadi di Kuala Lumpur, Malaysia, 1 Juli 1975.
Berikutnya, pertarungan ulang melawan Frazier di Manila, Filipina, 1 Oktober 1975. Ali memaksa Frazier menyerah pada ronde ke-14, ketika Ali sudah hampir habis di sudut merah.
Itu merupakan trilogy mereka yang luar biasa. Sebagian di antara kita mungkin masih mengenang pertarungan itu sebagai The Thrilla in Manila.
Ali kehilangan gelar di tangan underdog Leon Spinks, menyusul kekalahan angka 15 ronde yang tidak disangka-sangka di Las Vegas, 15 Februari 1978.
Banyak orang tidak percaya, mengapa Ali bisa kalah di tangan petinju yang rekornya baru tujuh kali naik ring pro. Itulah tinju.
Tujuh bulan kemudian di New Orleans, 15 September 1975, promotor mengatur pertarungan ulang. Ali mengalahkan Spinks melalui pertarungan 15 ronde dan menjadi juara dunia untuk ketiga kalinya. Ali merebut gelar juara dunia WBA kelas berat.
Pada usia 38 tahun, Ali mencoba bangkit untuk merebut masa emasnya. Sayangnya, ia harus menyerah di tangan anak buahnya sendiri, yaitu mantan sparring partner Larry Holmes, yang berlangsung di Las Vegas, 2 Oktober 1980.
Holmes, pemegang sabuk juara dunia WBC kelas berat, memaksa Ali menyerah pada ronde kesepuluh. Didampingi pelatih setia Angelo Dundee, Ali tetap berdiri di sudutnya dan menolak meneruskan ronde kesebelas.
Sama halnya dengan pertarungan Foreman-Ali, Holmes-Ali juga membuat jalan-jalan besar di Ibu Kota sepi. Semua pengendara menepi, menyaksikan pertarungan siaran langsung melalui TVRI.
Setelah Ali mundur, kelas berat menjadi tidak enak ditonton. Tidak ada bintang. Larry Holmes yang berkuasa dan disebut-sebut sebagai juara kelas berat terbaik, tetap tidak bisa mengangkat gengsi pertarungan kelas berat.
Kelas berat kehilangan roh, sampai akhirnya muncul Mike Tyson, yang menjadi juara dunia kelas berat termuda sepanjang sejarah tinju. Pada ronde kedua, Tyson tiga kali menjatuhkan juara dunia WBC kelas berat Trevor Berbick (Kanada), Las Vegas, 22 November 1986.
Era Tyson, yang dijuluki Iron Man, bertahan selama tiga tahun. Tyson menghabisi sembilan lawan mulai dari; James Smith, Pinklon Thomas, Tony Tucker, Tyrrell Biggs, Larry Holmes, Tony Tubs, Michael Spinks (hanya bertahan 91 detik dan tubuhnya nyangkut di tali ring paling bawah), Frank Bruno, dan Carl Willimas.
Pada era Tyson, dunia tinju mulai mengenal tiga gelar juara dunia; WBA, WBC, IBF. Tyson kehilangan gelar ketika underdog besar James “Buster” Dougles memukulnya knock out pada ronde kesepuluh di Tokyo Dome, Tokyo, 11 Februari 1990.
Itu merupakan peristiwa besar, bukan saja bagi Tokyo Dome yang berhasil mendatangkan Tyson, tetapi juga bagi seluruh penjuru dunia. Tidak pernah terbayangkan Tyson tumbang KO di tangan Douglas.
Douglas mabuk kemenangan dan tidak pernah menikmati gelar juara dunianya. Evander Holyfield datang melucuti gelar WBA, WBC, IBF melalui KO pada ronde ketiga di Las Vegas, 25 Oktober 1990.
Pada era Holyfield, gelar juara dunia mulai terpisah-pisah. Tidak ada juara sejati. Sekarang, sabuk juara dunia bukan lagi tiga tetapi sudah lima, mulai yang tertua WBA, WBC, IBF, WBO, IBO.
Saya mencatat, tiga nama sedang berkuasa sebagai juara dunia kelas berat.
1. Oleksandr Usyk (Ukraina), merebut gelar WBA Super, IBF, WBO, IBO, melalui unanimous decision 12 ronde atas Anthony Joshua (Inggris), yang terjadi di Totthenham Hotspur Stadium, London, 25 September 2021.
2. Tyson Fury (Inggris), merebut gelar WBC dari tangan Deontay Wilder (Amerika Serikat) melalui TKO pada ronde ketujuh yang heboh di MGM Grand Garden Arena, 22 Februari 2020.
3. Daniel Dubois (Inggris), merebut gelar WBA Reguler melalui KO pada ronde keempat atas juara Trevor Bryan (Amerika Serikat) di Casino Miami, Florida, 11 Juni 2022.
Akhir pekan ini di Jeddah, Arab Saudi, Sabtu, 20 Agustus 2022, dunia menunggu hasil pertandingan ulang antara juara Oleksandr Usyk dengan Anthony Joshua.
Pasar taruhan menempatkan Usyk favorit 2-1 untuk mengalahkan Joshua. Hati-hati, jangan gampang terjebak, yang bisa membuat uang Anda habis terkuras taruhan.
Mungkinkah, sekali lagi, Usyk menyingkirkan Joshua? Seperti dulu Michael Spinks, dua kali berturut-turut mengalahkan Larry Holmes dalam perebutan gelar kelas berat IBF.
Sebaliknya, mungkinkah Joshua berhasil mengulang peristiwa lama? Pada pertemuan pertama melawan underdog besar Andy Ruiz di Madison Square Garden, New York City, 1 Juni 2019, Joshua lima kali knockdown di tiga ronde yang berbeda. Wasit datang menghentikan pertandingan pada ronde ketujuh yang sudah berjalan 1 menit dan 33 detik.
Kalah dan kehilangan semua gelar juara dunia kelas beratnya, Joshua melakukan pembalasan di Diriyah Arena, Diriyah, Arab Saudi, 7 Desember 2019. Joshua menang melalui unanimous decision 12 ronde.
Semua tahu, di Medison Square Garden, Joshua tampil brutal sebagai fighter sejati, yang berambisi menyudahi lawan secepat mungkin. Tetapi, orang sering lupa bahwa dengan satu pukulan segalanya bisa berubah dan itulah yang dilakukan Ruiz. Tidak ada yang menduga, Joshua lima kali jatuh-bangun di tangan Ruiz, yang jauh lebih pendek.
Di Diriyah, Joshua tampil beda. Selama 12 ronde defensive dan mengalahkan Ruiz sekaligus kembali menjadi juara dunia.
Joshua menang angka tetapi pertarungan ulang itu menjadi antiklimaks. Tidak menarik. Tidak ada kesan untuk diingat. Tidak ada pukulan mematikan. Orang malas membicarakan pertarungan itu.