Rondeaktual.com
Sedih mendengar cerita tentang kondisi pelatih Bernard Lahido, 51 tahun, yang sekarang mengalami buta. Meski tidak dapat melihat, Bernard Lahindo tetap setia mengantar anak-anaknya –Joshua Lahindo dan Owen lahindo—arena pertandingan.
Hari Sabtu, 3 September 2022, Bernard Lahindo berjanji akan mengantar Joshua dan Owen bertanding di Kemayoran, Jakarta Pusat.
“Saya sudah tidak bisa melihat apa yang terjadi di atas ring. Apa yang dialami Joshua dan Owen, apakah mereka dipukuli lawan atau mereka yang memukuli lawan, saya tidak tahu. Meski sudah buta, saya tetap mengantar Joshua dan Owen bertanding. Itu motivasi dan perlu. Saya harus bisa memacu semangat mereka.”
Tidak sekali saja Bernard Lahindo, yang sudah buta, mengantar Joshua dan Owen bertanding. Sebelumnya di Tanah Abang dan di Plaza Tenggara Piala Kapolda Metro Jaya, Bernard Lahindo hadir di sekitar ring.
“Untuk besok (Sabtu pagi, 3 September) saya akan hadir. Ada teman lama (David Simanjuntak) yang bersedia mengatar kami ke Kemayoran. Saya paling bayar bensinnya saja,” katanya. Ketika berita ini disusun, David Simanjuntak sedang bertamu ke rumah Bernard Lahindo di Jalan Tumbul, Kompleks DKI, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Menurut cerita Bernard Lahindo, ia sudah masuk satu tahun dan tujuh bulan tidak dapat melihat. Ia mengalami buta, setelah sakit muntah-mutah. Dokter mata seolah angkat tangan, tidak bisa mengatasi. Syaraf belakang sudah rusak. Tetapi, Bernard mempunyai keyakinan suatu saat nanti bisa sembuh.
“Jika Tuhan mengizinkan sembuh, maka saya akan sembuh,” ujarnya.
“Kalau ke mana-mana, saya selalu dituntun sama istri (Corry Ardiana Sitompul). Saya sudah tidak bisa melihat. Apa yang saya lihat di depan saya, hanya berupa bayangan saja. Kalau ada orang bicara, saya harus mengingat-ingat suaranya, baru saya tahu. Hanya dari mendengar suara, saya bisa mengenal. Selain itu tidak bisa. Gelap gulita,” nadanya lirih.
Ketika diawal buta, Bernard Lahindo pernah mendapat donasi dari para mantan petinju. Ketua Pertina DKI Jakarta, Hengky Silatang, diam-diam ikut mengisi rekening Bernard Lahindo.
Bernard Lahindo adalah mantan petinju amatir DKI, mantan pelatih Amphibi Jakarta, mantan pelatih DKI Jakarta PON XIX/2016 Jawa Barat.
Karir sebagai pelatih pernah mengantar Faris Nenggo dan Espinus Sabu sampai juara tinju profesional.
“Semua tinggal kenangan. Saya sudah tidak bisa melihat. Sasana tinju tempat mereka dulu berlatih juga sudah bubar. Sudah tidak tahu ke mana mereka. Tinggal Joshua dan Owen yang saya didik. Sekarang Joshua sedang dipinjam ke PPOP Ragunan.”
Bagaimana Bernard bisa melatih anak-anaknya dalam kondisi buta? Mari kita dengar cerita Bernard Lahindo.
“Saya sudah bilang (ke Joshua dan Owen), kalau saya sudah tidak bisa melihat. Dokter bilang syaraf di belakang kepala sudah rusak. Tidak bisa operasi. Tidak bisa lasik. Kalau bisa, sudah sejak awal saya lakukan. Saya bilang, Papa sekarang sudah tidak seperti dulu. Sekarang sudah buta. Kalian harus mau mendengar dan menjalankannya dengan jujur. Jangan berbohong.”
“Apakah anak-anak membohongi saya? Saya kira tidak. Mereka taat pada aturan yang saya berikan. Lagipula, saya bisa tahu dari pelatih Ricky Notty atau Bayu Anggoro. Kalau mereka datang (ke sasana RE Boxing, yang letaknya hanya 30 langkah dari pintu tempat tinggal Bernard), saya tanya bagaimana kemajuan Joshua dan Owen. Dari situ saya bisa tahu, kalau anak-anak setia menjalankan program yang saya berikan.”
“Pada saat pertandingan juga begitu, saya tanya apa saja yang dilakukan Joshua dan Owen. Apakah mereka menyerang atau kurang menyerang. Dari situ saya bisa melakukan perubahan dan memberikan program baru. Misalnya, lari putaran harus ditambah atau steadybox harus ditingkatkan. Ini memang berat, tetapi saya harus menghadapi kenyataan, bahwa sekarang hidup saya begini.”
“Sampai sekarang tidak ada masalah. Cuma, kalau ada pertandingan, berat bagi saya karena harus mengeluarkan uang untuk ongkos. Kalau pertandingan tiap bulan, itu malah tambah parah. Dari mana uang? Dulu masih bisa antar anak-anak dengan motor. Sekarang mana bisa naik motor.”
“Saya pernah suruh agar Joshua dan Owen berhenti tinju. Setop latihan, Sekolah yang baik. Mereka tidak mau. Katanya tetap tinju. Saya pikir itu bagus. Teruskan saja. Joshua sekarang masih empat belah tahun. Saya berharap lima tahun lagi dia sudah bisa masuk tim Pelatda DKI atau tim Pelatnas. Siapa tahu perjalanan karir tinjunya bagus. Sedangkan adiknya, Owen, masih dua belas tahun. Masih panjang karirnya.”
Ketika Bernard belum buta, Joshua pernah masuk Sekolah Khusus Olahraga (SKO) di Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Setiap bulan mendapat honor Rp 1 juta. Latihan pindah ke Cibubur, ditangani Olympian La Paene Masara.
“Sempat terima setahun. Tapi Pemerintah sepertinya frustasi, membubarkan SKO. Tinju dianggap tidak berprestasi. Sedangkan Owen pernah masuk Pendidikan Olahraga Pelajar Berkelanjutan (POPB), dengan honor setiap bulan Rp 500.000, bersama pelatih Eli Pangaribuan.
“Sekarang sudah nol. Sudah tidak ada bantuan uang latihan. Joshua dan Owen ditangani oleh papanya yang buta. Saya maunya hentikan saja, tetapi Joshua dan Owen bilang ke saya tinju tetap jalan. Sebagai orangtua, meski dalam kondisi yang tidak mungkin seperti sekarang, saya harus support semangat dan cita-cita anak. Itu saja, yang ada dalam pikiran saya.” (Finon Manullang)