Rondeaktual.com, Jakarta – Pernah dengar nama Eric Archibald? Eric, 37 tahun, adalah salah satu mantan petinju andalan Sawunggaling Boxing Camp Surabaya. Bertanding di kelas bulu sampai kelas ringan. “Saya sudah lama keluar dari tinju. Sekarang hidup dari buka bengkel las dan jual nasi bebek,” kata Eric Archibald, kelahiraan Sidoarjo, Jawa Timur, 17 Mei 1981, dengan nama Alim Subandiyo.
Eric Archibald besar dan menetap di Kampung Dusun Putat Rt 06 Rw 02, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. “Rumah kami dekat tanggul lumpur Lapindo. Rumah dan tempat usaha bengkel ya di situ,” kata ayah dua anak ini, dari tiga wanita yang dinikahinya.
Eric mengawali karir tinju di Sawunggaling Surabaya, bersama pelatih Bagus Dwi Wijayanto. Ia naik ring pertama menang angka mutlak atas Aron dari Medan. Terakhir naik ring di Madura, draw melawan Arnold Sniper dari Yon Bek Ang Malang. Arnold adalah orang yang sama bernama Steven Zuki dari Mirah Bali.
Eric tidak hanya ikut Sawunggaling. Ia pernah gabung Delta Boxing Camp Sidoarjo bersama pelatih Andiono dan pelatih Agus Ekajaya. Kemudian pindah ke Pahlawan Surabaya dan pindah lagi ke Sidoarjo.
“Kenangan paling aku suka waktu main di Indosiar melawan Raja KO Parulian Tampubolon. Aku underdog, tetapi berhasil menang angka mutlak. Kenangan paling jelek waktu main di RCTI lawan Australia, namanya lupa,” Eric tertawa.
Ia pernah menolak tanding kejuaraan Indonesia melawan Victor Mausul dari Jaguan Boxing Camp Malang, milik Nurhuda. “Waktu itu mandatory fight di Indosiar. Aku lupa untuk alasan apa aku tolak. Sebelumnya aku pernah mengalahkan Victor di arena tinju tengah jalan, yang dipromotori Pak A Seng di Jalan Opak, Surabaya, pas ulang tahun Angkatan Darat.”
BUKA BENGKEL DAN JUAL NASI
Alim Subandiyo alias Eric Archibal termasuk beruntung memiliki kemahiran plus kemauan keras.
“Aku kerja di mesin bubut. Alhamdulillah, punya sendiri. Setiap hari di bengkel. Aku harus melayani langganan. Teman-teman tinju suka datang minta dibuatkan skiping. Aku bikin dari slang. Gratis. Tidak dijual,” ujar Eric, pernah mengalahkan mantan juara PABA Untung Ortega.
Tidak hanya pandai mengurus mesin bubut, Eric Archibald masih punya sumber uang dari jualan nasi.
“Selesai kerja mesin aku jualan nasi bebek, nasi ayam, pecel lele, dan tempe penyet. Bengkel biasanya tutup jam lima sore.”
Eric mengurus bisnisnya di Sidoarjo. Sejak 31 Januari 2006, di rumahnya sendiri di Dusun Putat, Tanggulangin, Sidoarjo, Eric buka bengkel bubut kolter JNY. “JNY itu nama bapak saya, Joni,” Eric menjelaskan.
Eric memperoleh ilmu mesin bubut tidak turun dari langit. “Saya ikut orang, di bengkel Subur, di Plampitan, Surabaya, dekat Siola. Belajar dari pagi (08.00) pulang siang (13.00). Tidak minta bayaran. Saya ambil ilmunya. Sore baru latihan tinju. Saya melakukannya sekitar 15 tahun yang lalu. Sedih kalau ingat.”
Sangat rajin, Eric memiliki berbagai talenta. Ia pernah sebagai pelatih untuk petinju top Sawunggaling Surabaya, Julio de la Bases. Tinju sangat menyenangkan, namun ia sudah tidak pernah lagi melatih.
Eric tinggal bersama istri ketiganya dan orangtua sambil menjaga bengkel di rumah. Eric tiga kali menikah dan tidak mau membuka lembaran buruk masa lalu.
“Anak saya dua. Anak pertama cewek umur 13 tahun, sudah SMP, dari istri pertama. Anak kedua laki-laki umur lima tahun dari istri kedua, ikut ibunya di Jombang. Dari istri ketiga belum punya anak.”
Anak Eric yang pertama seorang gadis remaja ikut olahraga renang dan sering mewakili sekolah. “Senang dengar anak mengikuti kejurnas renang kategori yunior. Dia dapat nomor dua gaya dada. Bangga juga.”
(Rondeaktual.com / Finon Manullang)