Rondeaktual.com, Jakarta – Tinju pro Tanah Air pernah berjaya ketika organisasinya masih satu. Tidak terpisah-pisah seperti sekarang, sampai lima badan tinju; KTI, ATI, KTPI, FTI, FTPI.
Di masa lalu ketika tinju pro masih bersatu, Muhrodi, sekarang 44 tahun, pernah merasakan era emas sebagai salah satu juara termahal.
“Saya merebut sabuk juara Indonesia kelas welter dari tangan juara Haris Pujono. Itu kejadiannya di Studio Indosiar (tahun 1999) . Saya menang KO ronde keempat. Saya sempat juga pertahankan gelar dengan bayaran termahal. Saat itu pasaran juara Indonesia lima juta tapi saya dibayar sepuluh juta melawan Usman Zakaria dari Jawa Timur,” kata Muhrodi, kelahiran Ciranjang, Cianjur, Jawa Barat, 16 September 1974. Sekarang masih banyak juara Indonesia yang dibayar hanya Rp 5 juta.
Karir tinjunya terbilang lama. Menghasilkan sejumlah kemenangan. “Saya menang KO ronde kesebelas melawan Hendrik Aritongan.,” kenang Muhrodi. Ia menyebut beberapa nama petinju yang pernah ditaklukkannya seperti; Rojak, Ren Sopahelawakan, Agran Sianresi, Tosiro Ortega, Surya Kelana, Alex Mamuaya, Erwin Sihotang, Hendrik Aritonang, Franky Polii, Aswin Cabuy, Hery Setiono, Haris Pujono, Usman Zakaria.
“Petinju dari Thailand, Simpalet dan Chawalit, saya bikin kalah sampai tak bangun. Knock out,” jelas Muhrodi.
Ditanya kapan mulai tinju, Muhrodi bilang panjang ceritanya. “Awal saya latihan dan mengenal tinju sama Piter Gommies tahun 1989. Saya dibawa ke sasana Cakti, Jalan Kaimun Jaya, Lebak Bulus. Dikasih ilmu tinju sama almarhum Piter Gommies, Bung Kairus Sahel dan Bung Pujianto.”
“Dari sana saya pindah ke sasana Arwin di Cipanas dilatih sama John Malessy, tahun 1992-1995. Di Arwin sempat juara Jabotabek.
“Tahun 1995 hingga 1997 saya pindah ke Golden Hands Bandung, dilatih sama Dedi Kumis.”
“Dari Bandung saya pindah ke Cempaka 252, dilatih Pak Herman Muis. Prestasi mulai agak bagus, karena didukung oleh manajer Pak Ibrahim Ishaka, yang mensupor dan memberi segala kebutuhan tinju.”
“Di Cempaka 252 saya sekali gagal kejuaraan Indonesia melawan Joseph Vennedy (Sawunggaling Surabaya) dan sekali berhasil jadi juara Indonesia mengalahkan Haris Pujono (Banteng Jakarta).”
Muhori sampaikan terima kasih kepada promotor Tourino Tidar. “Karir tinju saya diorbitkan sama promotor Tourino Tidar. Beliau kasih saya kesempatan bertanding.”
Muhrodi juga menyampaikan terima kasih kepada almarhum John Jaya dan almarhum Willy Lasut, yang mengantarnya bertanding di luar negeri.
Setelah juara Indonesia, Muhrodi tiga kali mendapat kesempatan tanding kejuaraan IBF Asia. Semua gagal.
Tahun 2001 Muhrodi memutuskan menikah dan pindah ke Parongpong, buka sasana sendiri. “Saya pelatih dan istri (Lina Karlina) manajer.”
Muhrodi bekerja di Lembang dan bersama keluarganya menetap di Kampung Ciburial, Desa Cibogo, Lembang. (Rondeaktual.com /finon)
Terimakasih beritanya Bang