Rondeaktual.com
Mantan juara Indonesia kelas terbang ringan (sama dengan kelas terbang yunior) Paul Roger Bouway, 48 tahun, bangga dengan olahraga tinju, yang telah menghasilkan gelar juara dunia.
“Sayangnya kita tidak memiliki pusat latihan tinju bersama. Seharusnya pemerintah bisa membangun pusat latihan tinju amatir dan professional, karena kita sudah menghasilkan juara dunia. Latihan bersama bisa dipusatkan di Jakarta,” kata Paul Roger, kelahiran Jayapura, 20 Maret 1975. “Memang berat, tetapi kalau kita insan tinju mau secara bersama-sama mengajukannya kepada Presiden RI, Bapak Joko Widodo, saya kira beliau akan mengabulkannya,” tambah Paul Roger, yang dalam tahun terakhir bekerja di Bali.
Bila pusat latihan tinju sudah dibangun, manurut Paul Roger, semua atlet tinju amatir dan professional dari berbagai daerah, akan memanfaatkannya sebagai upaya untuk memajukan prestasi.
“Kita bangkit dari amatir. Tinju pro sudah melahirkan juara dunia. Tinju amatir sudah melahirkan juara Asian Games dan juara Asia. Itu prestasi besar,” katanya.
“Bila Indonesia memiliki pusat latihan tinju bersama, maka atlet tinju Papua yang hendak try out, tidak usaha pergi luar negeri. Daerah lain juga begitu. Kalau gagasan membangun pusat latihan tinju bersama bisa terwujud, saya kira Indonesia bisa melahirkan juara dunia baru. Ini mimpi, mimpi kita semua untuk melahirkan gelar juara dunia baru,” ujarnya.
“Kalau saya tidak salah hitung, Indonesia pernah memiliki sepuluh juara dunia. Data seperti ini harus kita sampaikan kepada Bapak Joko Widodo, Bapak Olahraga Indonesia. Data ini bisa menggugah hati beliau untuk membangun pusat latihan tinju.”
Paul Roger pertama naik ring professional di PRJ pada Juli 1996. “Waktu itu saya datang dari Makassar bersama Ewako Boxing Camp Makassar. Waktu itu, Pak Reza Ali masih Ketua Pertina Sulawesi Selatan. Di PRJ, saya menang KO ronde pertama. Menginap di Hotel Pharmin, Tanah Abang. Di sana jumpa Ahmad Fandi, petinju Papua yang berlatih di Dhory Gym Malang,” cerita Paul Roger.
Pada November 2002, Paul Roger menjadi juara Indonesia kelas terbang yunior versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI). Roger menghentikan perlawanan juara Rahwono dari Jawa Tengah pada ronde kesebelas, yang berlangsung di Jakarta.
“Ketika merebut gelar juara, saya sudah bersama Batam View Boxing Camp. Coach Bernard Lahindo mengantar saya ke atas ring.”
Paul Roger sedih mendengar kondisi pelatih Bernard Lahindo, yang sudah tidak dapat melihat. Setahun ini Bernard yang tinggal di Jalan Timbul, Jagakarsa, Jakarta Selatan, buta total akibat kerusakan syaraf belakang kepala.
Paul Roger terakhir naik ring dalam tayangan Sabuk Emas RCTI di Jakarta, November 2005. “Saya kalah melawan Ali Rohmad (Sawunggaling Surabaya) dalam kejuaraan Indonesia super flyweight. Saya naik sampai tiga kelas.”
Paul Roger sekarang berada di Canggu, sebuah Kecamatan di Kuta Utara, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. “Saya tinggal di Canggu, tak jauh dari Tanah Lot.” (Finon Manullang / Foto: Istimewa)