Rondeaktual.com
Inspektur Polisi Satu (Iptu) Garuda Tua Sihombing, 56 tahun, adalah salah satu legenda tinju amatir kelas menengah Sumatera Utara. Sihombing dua kali merebut medali emas kelas menengah Pekan Olahraga Nasional (PON).
“Saya iri melihat provinsi lain yang memberikan perhatian kepada mantan atletnya yang berprestasi,” kata Sihombing, dihubungi di Medan, Sumatera Utara. “Kalau cuma piagam ucapan terima kasih dari gubernur sebelumnya, memang ada. Hanya itu yang pernah saya terima.”
Sihombing bertutur tentang mula karir tinjunya yang panjang. “Saya mulai main tinju dari kelas 69 (kelas welter), terus naik ke kelas 71 (kelas menengah ringan), dan terakhir kelas 75 (kelas menengah). Sekarang sudah tidak pernah lagi ikut tinju. Tugas kantor saja, di Polda Sumut,” kata Sihombing.
Sihombing adalah kelahiran Tarutung, Sumatera Utara, 11 Februari 1967. Karir tinjunya sangat gemilang dan menjadi salah satu dari sedikit petinju amatir Indonesia yang tidak pernah kalah melawan petinju Indonesia.
Berdasarkan pengakuannya sendiri, Sihombing tidak pernah kalah melawan petinju dalam negeri, baik pertandingan tingkat Daerah dan Nasional.
“Saya sudah main Open Tournament, Sarung Tinju Emas, Kejurnas, PON Jakarta, dan entah di mana lagi. Sudah lupa, tapi seingat saya, tidak pernah kalah.”
Sihombing adalah pemegang medali emas kelas menengah PON XI/1985 Jakarta dan pemegang medali emas kelas menengah PON XII/1989 Jakarta. Namanya tercatat dalam sejarah tinju amatir Indonesia sebagai seorang spesialisasi kelas menengah.
Sihombing merebut medali emas PON pertamanya melalui kemenangan atas Yonas Giay (DKI Jakarta). Emas PON keduanya direbut setelah mengalahkan Ricky Soares (DKI Jakarta).
Selain dua medali emas kelas menengah PON, Sihombing memiliki medali perunggu kelas menengah ringan SEA Games 1987 Jakarta. Pada pertandingan semifinal, Sihombing kalah di tangan petinju Thailand, Narong Khahan. Medali emas direbut Khahan, setelah dalam final menang 4-1 atas petinju Filipina, Alfredo Trazona.
Prestasi dua medali emas PON mengantar Sihombing sebagai petinju kelas menengah terbaik setelah Wiem Gommies dari Maluku. Sihombing mengakui Wiem Gommies sebagai legenda besar kelas menengah.
“Kami beda generasi. Beliau duluan main tinju baru saya,” katanya.
Bisa mencapai karir yang tinggi, menurut Sihombing, karena latihan keras. Disiplin itu sangat perlu dijalankan dengan baik. Untuk apa latihan hebat kalau tidur sampai tengah malam. Tidak bagus.
Setelah menggantungkan sarung tinju, Sihombing mencoba meneruskan karirnya sebagai pelatih.
“Tapi tidak untuk Pertina Sumut ya, hanya pelatih biasa saja. Pernah melatih Pernades dari Binjai dan Martin Sihombing. Tidak serius terjun sebagai pelatih. Menjalankan dinas kepolisian saja,” Sihombing tertawa.
Dari penikahan Garuda Tua Sihombing dengan Doriyati Sinaga, keluarga ini dikarunia dua anak.
Anak pertama putri, Catrin Ria Disi Sihombing, 23 tahun. Anak kedua putra, Calvin Rai Dison Sihombing, 22 tahun.
WASIT/HAKIM
Tidak menjadi pelatih tinju, tetapi Sihombing tercatat sebagai Wasit/hakim Pertina Sumut. Kalau ada pertandingan tinju tingkat Sumatera Utara, Sihombing selalu hadir menjalankan tugas.
Entah mengapa, Sihombing belum terpanggil untuk meningkatkan status Wasit/hakim Daerah menjadi Nasional. “Belum sampai ke situ. Nantilah kalau ada ujian Nasional, mungkin bisa ikut,” katanya.
Garuda Tua Sihombing dan keluarga menetap di Perumnas Mandala Medan, Kota Medan, Sumatera Utara. (Finon Manullang / Foto: Istimewa)