Rondeaktual.com
Dalam satu bulan terakhir, petinju tertua Indonesia asal Pacitan, Jawa Timur, Wonoroya, 53 tahun, mengalami dua peristiwa penting dalam hidupnya.
Pertama, sang veteran tinju tumbang KO mengerikan hanya dalam satu ronde, bahkan tak sampai dua menit, dihantam tangan tanggung Tomy Seran di Halaman Parkir Jembatan Merah Plaza 2, Surabaya, 1 Oktober 2023.
Kedua, sepekan setelah peristiwa pahit Jembatan Merah yang membuatnya rontok KO menyedihkan di atas ring, Wonoroya menyambut kabar gembira wisuda putri pertamanya.
“Anak pertama kami, Amelia Royani sudah lulus S1,” kata Wonoroya. “Anak kuliah di Jember. Dia lahir di Kebumen, bareng saat saya mengalahkan senior Azaddin Anhar di Malang,” jelas Wonoroya, yang bernama KTP Subandi dan istrinya bernama Kamiliyanti.
Dua minggu kemudian, Wonoroya mendapat kabar bahwa Amelia Royani sudah diterima bekerja, per tanggal 23 Oktober 2023. “Alhamdulillah, putri petinju tua itu akhirnya diterima kerja,” kata Wonoroya dengan nada sangat terharu, dihubungi Senin, 6 November 2023.
Wonoroya sangat memperhatikan pendidikan putrinya. Ia selalu bercita-cita akan mengantarnya sampai perguruan tinggi dan tercapai.
“Sebagian uang hasil tinju, saya pergunakan untuk keperluan pendidikan anak. Sebagian gaji saya sebagai satpam di Pacitan, juga saya sisihkan untuk pendidikan anak. Saya ingin anak saya tidak seperti saya, makanya saya support terus supaya menjadi sarjana.”
Wonoroya kerja keamanan di Museum Geopark UNESCO Pemda Pacitan. Keesokan harinya, ia juga harus kerja keamanan di Kantor Badan Pengelola Keuangan & Aset Daerah (BPKAD) Pacitan.
Wonoroya merintis karir tinjunya dari yang paling bawah. “Main pertama di Madiun, enam ronde melawan Hery Thompson. Saya menang KO pada ronde keempat dan menerima bayaran 30 ribu. Bayaran termahal saya terima ketika bertanding melawan petinju top Filipina, Andy Tabanas. Saya kalah dan menerima uang sampai 27 juta, sesuai dengan kontrak yang sudah disetujui oleh badan tinju. Itu hampir 25 tahun yang silam. Waktu itu saya masih 30-an.”
Hasil tinju, selain fokus untuk pendidikan anak, Wonoroya pakai untuk membeli rumah tinggal dan sepeda motor.
Setelah ambruk KO tak sampai satu ronde di tangan Tomy Seran di atas ring Jembatan Merah Plaza Surabaya, dan sudah berumur 53 tahun, Anda masih bandel ingin terus bertinju?
“Tidak. Saya kira sudah cukup,” tegas Wonoroya. “Berhenti dari pertandingan adalah keputusan terbaik. Sudah tidak muda lagi. Sudah tua, sudah 53 tahun. Tidak mau lagi. Setop untuk selamanya. Sudah cukup, apalagi saya sudah bertanding sampai 76 kali. Kasihan keluarga. Anak sudah mulai dewasa. Alhamdulillah, anak pertama sudah kerja. Anak kedua, Erfina Roya Ningrum, SMP kelas 3. Saya akan terus berjuang agar bisa mengantar anak sampai jenjang universitas.” (Finon Manullang / Foto: Istimewa)