Rondeaktual.com
Wartawan hampit tidak pernah mengenal istilah libur. Itu pula yang terjadi pada diri Makawaru da Cunha, seorang wartawan senior asal Maumere, Sikka, Nusa Tenggara Timur, yang berkarya di Provinsi Papua.
Ketika mengambil libur dan pulang ke kampung halamannya, sang wartawan masih sempat menjumpai Ketua Pengurus Kabupaten Pertina Sikka, Marthen Luther Adji, SE.
Makawaru da Cunha banyak bertanya tentang kehidupan tinju di Sikka. Berikut tulisan yang secara spesial dikirim untuk Rondeaktual.com.
Perkembangan tinju di Kabupaten Sikka, secara perlahan-lahan mulai bangkit. Sejumlah atlet yang sangat terbatas, selalu diusahakan agar bisa mengikuti pertandingan.
“Dulu tinju Indonesia sangat terkenal, baik amatir dan profesional, tapi kini mulai redup, karena orang melihat tinju dengan sebelah mata dibandingkan cabor lain, terutama sepakbola,” tutur Ketua Pengurus Kabupaten Pertina Sikka, Marthen Luther Adji.
Oleh karena itu, jelasnya, Pertika Kabupaten Sikka kini mulai fokus pada program pembinaan petinju usia dini, untuk menimba pengalaman di sejumlah even, antara lain, Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) NTT, yang sudah berlangsung di Kupang pada November lalu.
Pertina Sikka menurunkan enam petinju dan meraih emas-perak-perunggu 1-2-3.
Kemudian Kejuaraan Tinju Piala Bupati Sikka se-Daratan Flores, yang sudah berlangsung di Maumere tahun yang lalu. Tuan rumah Sikka berhasil meraih gelar juara umum.
Lanjut Kejuaraan Daerah (Kejurda) di Kabupaten Malaka pada Agustus 2023. Pertina Sikka menurunkan tujuh petinju terbaiknya dan meraih prestasi emas-perak-perunggu 2-2-3.
Pada Pra PON 2023 di Kupang, Pertina Sikka berhasil meloloskan seorang petinju kelas 57 kilogram elite women`s menuju PON XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara. Petinju tersebut bernama Grensia Suryanti Boleng, 21 tahun, dari Satria Boxing Camp Maumere.
Kota Maumere juga beberapa kali menggelar tinju amatir dan profesional atau lebih top disebut tinju ampro. Partai utama menampilkan petinju profesional asal Nusa Tenggara Timur seperti Anis Roga dan Alexander Bajawa. Keduanya pernah sangat terkenal di bidang tinju profesioanl. Alexander Bajawa kini pelatih Pertina Kabupaten Nagekeo.
Hal itu menujukkan gairah tinju di Kabupaten Sikka mulai bangkit, walaupun dengan keterbatasan sarana dan prasarana.
Alhasil, Pertina Sikka membuat program kerja dan terus berupaya mendorong para pelatih tinju untuk mengikuti ujian lisensi Pertina, karena ada aturan seorang pelatih yang membawa petinju naik ke atas ring harus memiliki lisensi.
Marthen Lunther mengenal tinju sejak 1984, saat berusia 17 tahun. Marthen menjelaskan, ia awalnya menekuni dua cabor beladiri lain sampai sabuk biru dan sabuk merah.
“Berhenti. Saya melihat di sana tidak fight atau bukan full body contact. Akhirnya saya pilih tinju, yang full body contact dan ada seninya. Orang melihat tinju olahraga keras, tapi sebenarnya tinju perpaduan olahraga dan seni,” ucap Marthen Luther. (Rondeaktual.com, Makawaru da Cunha)