Rondeaktual.com
Roy Bima adalah seorang mantan petinju profesional asal Arseto Boxing Camp Jakarta, yang kemudian bergabung dengan Porodisa Boxing Camp Manado. Setelah pensiun dari tinju, ia kembali ke kampung halamannya dan memilih hidup sebagai petani.
“Saya sudah lama pensiun dari tinju. Saya sudah kembali ke kampung halaman. Sekarang tinggal di Dompo (Kabupaten Dompo, Provinsi Nusa Tenggara Barat). Saya ini hidup pengangguran, meski ada sedikit kerjaan sebagai petani kecil-kecilan. Dulu memang tidak ada sekolah, jadi saya nikmati saja,” kata Roy Bima.
Sepanjang karir tinju pronya, Roy Bima teringat dengan satu peristiwa penyerangan di dalam Gedung Olahraga (GOR) Arie Lasut, Manado, Sulawesi Utara. Gaduh dan menakutkan.
“Waktu tu saya bertanding untuk partai Kejuaraan (Indonesia kelas terbang mini),” kenang Roy Bima. “Saya naik ring membawa nama Porodisa Boxing Camp Manado. Lawan saya datang dari Jakarta. Dia adalah mantan juara dunia IBF Nico Thomas. Kami fight. Habis-habisan menyerang dan saya kalah pada ronde keenam. Saya sangat ingat pertandingan itu,” kenang Roy Bima.
Pertandingan ditangan promotor Tourino Tidar dari TT Promotion Tanah Abang, Jakarta. Berlangsung dalam paket “Anker Bir Super Fight” di GOR Arie Lasut, Manado, Sabtu, 2 April 1995.
Ada lima partai Kejuaraan Indonesia. Sangat disayangkan, dari lima petinju tuan rumah yang turun, tidak ada yang memenangkan pertandingan.
HASIL KEJUARAAN INDONESIA
1. Kelas bantam yunior 12 ronde: Boy Aruan (Sawunggaling Surabaya) menang angka atas Daniel Liwutang (Satal Manado). Sampai lima ronde selesai, Liwutang masih dapat menekan pertahanan lawan. Setelah itu, pertandingan didominasi kidal Boy Aruan.
2. Kelas terbang mini 12 ronde: Nico Thomas (Tonsco Jakarta) menang KO ronde 6 atas Roy Bima (Porodisa Manado). Sampai ronde ketiga selesai, Roy Bima masih tangguh. Masih bisa melayangkan tangannya dan mengenai muka lawan. Setelah itu menjadi tidak berimbang dan tumbang KO.
3. Kelas bulu yunior 12 ronde: Bugiarso (Akas Probolinggo) menang KO ronde pertama atas Dickson Lawonggo (Porodisa Manado). Bugiarso terlalu cepat menghabisi lawan, yang kalah mental dan kalah sebelum bertanding.
4. Kelas ringan 12 ronde: Mudafar Dano (Pirih Surabaya) menang angka tidak mutlak atas Max Karamoy (Satria Bahu Manado). Kalah, puluhan lelaki besar mendatangi meja ofisial ring. Mereka menuntun kemenangan segera diberikan kepada Karamoy. Jenderal Purnawirawan Herman Saraens Soediro masuk ke dalam ring untuk menenangkan penonton yang marah. Keputusan tetap alias tidak mengubah hasil pertandingan yang sudah diumumkan. Sepertinya ada dua hakim yang sengaja memotong jalan petinju tuan rumah untuk menjadi juara.
5. Kelas ringan yunior 12 ronde: Cheppy Holman (Red Cobra Bandung) menang TKO ronde kedelapan atas Run Tangkilisan (Mahatidana Manado). Meski kalah bobot pukulan, Run Tangkilisan tidak pernah berhenti melakukan serangan sampai akhirnya TKO. Dihentikan wasit.
Dikutip dari buku “Perjalanan Tinju Indonesia” karya Finon Manullang, gaduh GOR Arie Lasut Manado terjadi ketika Mudafar Dano diumumkan sebagai pemenang. Penonton marah. Kursi rotan dibanding ke dalam ring. Pertandingan berhenti hampir satu jam.
“Banyak penonton mengira pemenangnya adalah Max Karamoy. Pendukung Max mengamuk membuat GOR Arie Lasut (terletak di daerah Mapanget) menjadi sangat menakutkan. Ring tinju diserang. Dilempari dengan apa saja,” kenang Roy Bima.
Satu hal yang masih kuat dalam ingatan Roy Bima, ketika diadakan konferensi pers. “Wartawan bertanya kepada saya, bagaimana Anda menghadapi pertandingan melawan Nico Thomas? Saya jawab, kita lihat nanti di atas ring. Dia atau saya yang tumbang. Ternyata saya yang tumbang, ha ha ha…..!” Roy Bima tertawa di ujung ponselnya.
Selain bertarung dengan Nico Thomas, Roy Bima juga pernah berhadapan dengan Agus Ray, salah satu yang terkuat dalam kelas terbang mini Indonesia.
“Di Gedung Sario Manado, tahun 1995, saya mengalahkan Agus Ray dengan angka mutlak. Di situlah saya merebut peringkat pertama Nasional kelas terbang mini. Pertandingan terakhir saya di Jakarta, melawan Wonoroya,” kata Roy Bima.
“Banyak foto dan catatan pertandingan saya yang sudah rusak akibat banjir di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, sekitar dua puluh tahun yang lampau. Semua dokumentasi sudah tidak tersisa.”
Dalam catatan Roy Bima, jumlah pertandingan keseluruhan mencapai menang-kalah-draw 33-9-2. Itu termasuk tiga pertandingan kickboxing dalam Gebyar Tinju Indosiar.
Di amatir, Roy Bima pernah naik ring di Bandar Lampung dan gagal dalam seleksi untuk mengikuti Kejuaraan Sarung Tinju Emas di Padang, Sumatera Barat 1988.
TENTANG ROY BIMA
Nama: Iswan, nama asli pemberian dari orangtua.
Nama ring: Roy Bima.
Lahir: Desa O`O Dompu, Nusa Tenggara Barat, 31 Desember 1970.
Usia: 53 tahun.
Domisili: Desa O`O Dompu.
Pekerjaan: Petani.
Pertama naik ring: PRJ Monas tahun 1989, melawan Benson dari Sasana ARH Jakarta.
Pertandingan terakhir: Gelar Tinju Profesional Indosiar, Jakarta, melawan Wonoroya, tahun 1989.
Rekor: Menang-kalah-draw 33-9-2, 6 KO.
Finon Manullang
Foto milik Roy Bima