Rondeaktual.com – Finon Manullang
Menyambut PON XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara, Rondeaktual.com telah menulis tentang Jabar, Sulsel, Sulut, Vinky Montolalu, Maluku, Welmi Pariama, DKI Jakarta, Tim Putri DKI, dan sekarang Matius Mandiangan, yang akan mengejar PON ke-4. Berikutnya adalah kisah empat pelatih DKI (Hugo Gosseling, Husni Ray, Erwin Tobing, dan David Kasidi alias Bayu Anggoro). Ikuti terus tanpa putus sampai PON 2024 berlangsung.
Pertandingan tinju PON XXI/2024 direncanakan di Pematang Siantar, kota terbesar kedua Sumatera Utara. Menandingkan 20 kelas (11 putra dan 9 putri).
PON XXI menjadi PON pertama diselenggarakan di dua provinsi, Aceh dan Sumatera Utara. PON XXI menjadi ajang bertambahnya kompetitor dengan 38 provinsi untuk pertama kalinya berpartisipasi. Semua berharap PON XXI 2024 dapat digelar tepat waktu.
Untuk menghadapi PON XXI/2024, Pertina DKI Jakarta telah meloloskan 10 petinju, melalui jatah Pelatnas dan dua kali mengikuti Pra PON I di Makassar dan Pra PON II di Kupang.
Dari 10 atlet tinju DKI, salah satunya adalah Matius Mandiangan, yang lahir di Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara, 9 Maret 1991. Pada PON Aceh-Sumut, ia sudah berusia 33 tahun, sekaligus paling senior.
Bisa jadi, PON Aceh-Sumut menjadi PON terakhir bagi Mandiangan. “Saya sudah tidak muda lagi. Ini yang harus dipikirkan,” kata Mandiangan di asrama tinju HS Boxing Camp, Gang H Noan, Kampung Parigi Mekar, RT 004 RW 03, Kelurahan Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. “Mungkin ini yang terakhir. Kita lihat nanti bagaimana situasinya, masih memungkinkan tidak. Sekarang banyak yang yunior. Mereka harus naik. Saya harus mundur. Memilih sebagai pelatih.”
Di usia yang sudah matang, Matius Mandiangan ingin menuju perkinahan. “Setelah PON, (berumah tangga) sudah ada dalam pikiran,” ia mengaku sudah memiliki calon pasangan hidup yang pas. Tidak disebut identitasnya. “Sekarang harus fokus latihan. PON sudah dekat. Saya ingin merebut emas ketiga. PON mendatang adalah PON keempat. Pertama ikut PON merebut medali emas kelas ringan. Kedua merebut medali perunggu kelas ringan. Ketiga merebut medali emas kelas ringan. Keempat, rencananya saya akan kerja lebih keras lagi agar bisa merebut medali emas kelas welter. Saya sudah resmi naik dua kelas.”
Naik kelas menjadi pilihan terakhir, setelah sempat kewalahan mempertahankan berat 60 kilogram (kelas ringan). Oleh tim pelatih, Mandiangan didorong ke kelas welter ringan (63,5 kilogram). Tiba-tiba kelas ini diisi oleh Fido Masoara (yang akhirnya juara Pra PON I Makasaar, Juli 2023). Tim pelatih kembali mendorong Mandiangan ke kelas welter (67 kilogram).
Perubahan bobot pukulan membuat Mandiangan lebih slow dan gagal medali kelas welter pada Pra PON I Makassar. Sebelum melangkah ke semifinal, Mandiangan dihentikan petinju Jawa Barat, Alfino Nanlohy.
Tiga bulan kemudian, melalui Pra PON II Kupang, Oktober 2023, Mandiangan berhasil merebut tiket PON Aceh-Sumut. Dalam final di GOR Flobamora, Kupang, Mandiangan merebut medali emas kelas welter, setelah mengalahkan Topaz Siregar dari Riau.
PON MATIUS MANDIANGAN
1. EMAS PON RIAU
Matius Mandiangan merebut medali emas kelas ringan PON XVIII, yang berlangsung di GOR Tengku Pangeran, Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, dari 10 September hingga 17 September 2012.
Dalam final yang terasa sesak akibat jumlah penonton melebihi kapasitas gedung, Mandiangan mewakili Sulawesi Utara, mengalahkan andalan Nusa Tenggara Timur, Abniel Daniel. Merebut medali emas, Mandiangan memperoleh bonus Rp 100 juta.
JUARA KELAS RINGAN PON RIAU: Matius Mandiangan (Sulawesi Utara), Abniel Daniel (Nusa Tenggara Timur), Arenaldo Moniaga (DKI Jakarta), dan Andreas Avenero (Kalimantan Tengah).
2. PERUNGGU PON JABAR
Hanya beberapa bulan setelah PON XVIII/2012 Riau selesai, Matius Mandiangan “dipindahkan” dari Pertina Sulawesi Utara ke Pertina DKI Jakarta. Semua surat kepindahan diselesaikan dalam waktu cepat.
Mandiangan menetap di Jakarta dan resmi bertanding untuk Provinsi DKI Jakarta. Namun, langkahnya secara kontroversial patah di tangan petinju tuan rumah Jawa Barat, Gresty Alfons, dalam pertandingan semifinal kelas ringan yang berlangsung di GOR Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, 26 September 2016.
Kalah, Mandiangan harus puas dengan medali perunggu kelas ringan dan mendapat bonus Rp 35 juta.
JUARA KELAS RINGAN PON JABAR: Gresty Alfons (Jawa Barat), Farrand Papendang (Papua Barat), Matius Mandiangan (DKI Jakarta), dan Gregorius (Bali).
3. EMAS PON PAPUA
PON XX berlangsung di GOR Cendrawasih, Kota Jayapura, Papua. Pembukaan Selasa, 5 Oktober, dan final Rabu, 13 Oktober 2021. Mandiangan sukses merebut medali emas kelas ringan, setelah dalam final kelas ringan mengalahkan Walmer Pasiale dari Jawa Barat.
JUARA KELAS RINGAN PON PAPUA: Matius Mandiangan (DKI Jakarta), Walmer Pasiale (Jawa Barat), Julius Babu Eha (Bali), dan Gresty Alfons (Papua). Juara PON, Mandiangan memperoleh bonus Rp 350 juta. Sebagian uang dari hasil tinju PON Papua dihabiskan untuk membeli rumah, kebun, dan tanah kosong di Bolaang Mongondow Timur. Investasi hari tua.
Berdasarkan pengakuannya sendiri, Matius Mandiangan mulai mengenal tinju pada umur 17. Berlatih di sasana RE Boxing, yang terletak di belakang bengkel Volvo, Desa Watutumou, Kalawat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Sasana itu milik Richard Engkeng, yang akhirnya ditutup pada tahun 2017.
Dari RE Boxing, Matius Mandiangan melangkah menuju Kejurnas Kadet & Junior (sekarang Junior & Youth) 2008 Bitung, merebut medali emas.
Lepas Kejurnas Bitung, Mandiangan masuk kategori dewasa (elite) dan merebut medali emas kelas ringan STE Tabanan 2008. Merebut medali emas kelas ringan STE Tomohon 2009, yang pembukaannya dihadiri Duta Tinju Tamara Bleszynski, era Ketua Umum PP Pertina Setya Novanto.
“Seingat saya, lebih 15 tahun main di kelas ringan. Penuh suka dan duka. Penuh tantangan dan perjuangan. Berjuang untuk mempertahankan berat badan (kelas ringan, 60 kilogram). Sekarang kita bermain di kelas welter (67 kilogram). Kita mau medali emas (PON Aceh-Sumut).”
Matius Mandiangan sangat keras hatinya untuk melengkapi cita-citanya merebut medali emas ketiga sepanjang mengikuti PON.
Sepanjang sejarah PON, petinju yang pernah merebut tiga medali emas adalah:
1. Alberth Papilaya (Maluku/DKI Jakarta), dengan empat medali emas dan satu medali perak).
2. Herry Maitimu (Maluku/Jamb), dengan empat medali emas.
3. Wiem Gommies (Maluku/DKI Jakarta), dengan tiga medali emas dan satu medali perak. Wiem merebut perak karena tim DKI memilih WO untuk menghindari keributan dengan penonton.
4. Liston Siregar (Sumatera Utara), dengan tga medali emas.
5. Pino Bahari (Bali), dengan tiuga medali emas.
6. Hermensen Ballo (Nusa Tenggara Timur), dengan tiga medali emas.
7. Dadan Amanda (Jawa Barat), dengan tga medali emas. (Finon Manullang)