BUKU PERJALANAN TINJU INDONESIA – Pada tulisan ketiga ini, para penggemar tinju Tanah Air akan mengenang tinju masa lalu. Barangkali sudah terlupakan, bagaimana Ellyas Pical datang ke Surabaya dengan cara all-in transport.
Tulisan “Melihat Kemenangan Ellyas Pical di Surabaya” dikutip dari buku “Perjalanan Tinju Indonesia” pada halaman 9 dan 10.
Tulisan berikut berjudul “Pertandingan Perpisahan Legenda Tinju Jawa Timur Wongso Suseno”. Semoga bermanfaat.
Melihat Kemenangan Ellyas Pical di Surabaya
Southpaw Ellyas Pical bernaung di Garuda Jaya Jakarta, datang ke Surabaya sebagai penantang bagi juara Indonesia kelas bantam yunior, Wongso Indrajit dari Sawunggaling Malang.
Wongso Indrajit adalah keponakan dari legenda tinju Malang, Wongso Suseno. Bedanya, Wongso Suseno bertanding di kelas welter yunior, 63.503 kilogram, dan Wongso Indrajit bertanding di kelas bantam yunior, 52.163 kilogram.
Ellyas Pical dikontrak oleh promotor Handoyo Laksono seharga Rp 270.000 all in transport.
Era itu terkenal dengan istilah all in transport. Ini merupakan taktik seorang promotor yang sangat menomorsatukan efesiensi. Berlaku bagi hampir semua promotor di Jawa Timur.
Itu artinya, promotor hanya menyediakan penginapan untuk dua malam. Urusan transportasi atau urus makan menjadi tanggung jawab sendiri. Segala kekurangan seperti belanja perban, plester, vaselin, vitamin, dan seterusnya, biasanya menjadi tanggung jawab manajer. Seorang manajer tinju hampir 80% tidak boleh pelit. Sisa 20% lagi ada manajer yang bukan saja pelit tetapi suka mengorupsi honor petinju. Manajer nakal suka menghapus nilai kontrak dengan cara membeli tip ex di toko buku. Kemudian menulis ulang nilai kontrak di atas mesin tik manual lalu foto kopi. Akhirnya, pada era medsos seperti sekarang, kontrak palsu sudah selesai. Sudah tutup buku.
Ketika Ellyas Pical disuruh datang ke Surabaya, kubu Garuda Jaya tidak masalah dengan uang. Apalagi, dibayar murah memang sudah bagian dari status seorang penantang yang tidak bisa dipisahkan. Bagi Garuda Jaya, kesempatan bertanding adalah yang paling penting. Manajemen tinju pro memang harus begitu. Terima saja dibayar murah ketika belum menjadi juara.
Seharusnya Elly dan pelatihnya bermalam di losmen, yang berlokasi hanya beberapa langkah dari Pasar Genteng. Kalau pagi, pasar itu ramai sekali. Orang-orang berjualan sayur di pinggir jalan, persis di mulut pintu masuk ke dalam losmen.
Losmen itu bangunan kuno. Tanpa AC. Dilengkapi kipas angin baling-baling yang digantung tinggi di atas. Luas bersih dan berlokasi di tengah kota. Banyak saudagar dari Sulawesi dan Kalimantan sengaja menginap di sana. Selain murah dan bersih, dekat jika ingin belanja ke Pasar Turi.
Entah mengapa, kubu Garuda Jaya memilih tidak tidur di losmen dan bergeser ke hotel di Jalan Panglima Sudirman. Lebih modern dengan fasilitas AC, televisi, termos dan sudah pasti kamar mandi di dalam. Bayar sendiri.
Malam itu, Minggu, 11 Desember 1983, kidal Ellyas Pical naik ring dari sudut biru. Secara komprehensif mengalahkan sang juara Wongso Indrajit melalui pertarungan dua belas ronde tanpa knock down, yang diimpin oleh wasit Bobby Njoo dari Jakarta. Berlangsung di Gedung Go Skate Surabaya, satu-satunya tempat pertandingan tinju yang memakai AC.
Sekitar 2.000 penonton datang dengan cara membeli tiket. Tidak ada yang gratis. Termahal dijual Rp 25.000, boleh duduk di kursi lipat dekat ring, atau sering diartikan sebagai ring side. Termurah Rp 5.000, duduk di ujung tribun. Jauh dari ring tinju.
Ketika itu bisnis tinju pro ada di tangan Setijadi Laksono-Handoyo Laksono-Eddy Pirih.. Setijadi Laksono bergerak menyusun partai termasuk mengatur berita untuk wartawan. Handolo Laksono mengurus izin keramaian dan izin dari Komisi Tinju. Eddy Pirih mendistribusikan tiket ke para penggemar dan pengusaha, termasuk kepada A Seng, yang membeli tiket lima sampai sepuluh lembar. Tidak ada yang gratis. Bahkan tiket undangan laku dijual, yang harganya di atas ringside. Itulah hebatnya Jawa Timur.
Ketika partai Wongso Indrajit versus Ellyas Pical dibuka, para penonton Go Skate lebih suka membeli tiket yang paling ujung. Bukan lantaran murah, melainkan supaya bisa bebas berteriak ketika petinju melakukan kecurangan atau wasit bertindak salah.
Setiap orang yang berada di dalam ring harus kuat mental. Teror penonton terkenal mematikan. Sekali saja bermain curang, baik petinju tuan rumah maupun petinju tamu, tak akan lepas dari caci-maki. Penonton di sana paling suka teror wasit. Salah sedikit, penonton bisa serentak berteriak: “Wasit boblok. Wasit goblok. Wasit goblok.”
Partai Wongso Indrajit versus Ellyas Pical menyisahkan banyak kepuasan di hati penggemar tinju Jawa Timur. Sang juara Wongso Indrajit bermain rapat dengan jab-jab disusul hook, long hook, upper cut, dan sedikit straight. Hampir semua petinju Sawunggaling asuhan pelatih Setijadi Laksono diperintahkan sebanyak mungkin melepaskan jab, sebagai taktik untuk merusak pertahanan lawan.
Hampir semua petinju Sawunggaling memiliki dasar jab-straight yang kuat, kecuali Ajib Albarado, yang memang sejak lahir sudah tercipta sebagai seorang fighter sejati. Ajib lebih cenderung menyerang lawan dengan hook dan upper cut sampai patah rusuk maupun rahang bergeser.
Wongso Indrajit terkenal dengan spesialisasi jab yang cepat dan long hook. Gaya menghindar Wongso Indrajit enak dilihat dan menjadi salah satu bintang di Gedung Go Skate, yang terletak di Jalan Embong Malang, Surabaya.
Sementara, Ellyas Pical terkenal disiplin mengatur jarak dan setengah defensive. Tetapi, bila lawan masuk, Elly dengan cepat melepaskan serangan balik. Tidak butuh jab, Elly melancarkan hook kanan menghantam rusuk kemudian naik menghantam rahang. Serangan balik versi Ellyas Pical diartikan sebagai counter terbaik Tanah Air. Gaya bertanding Ellyas Pical memang sedap ditonton. Jarang orang dapat melihat gaya bertinju Ellyas Pical pada petinju Indonesia lainnya. Gaya bertinju Ellyas Pical sulit ditiru. Dia satu-satunya petinju kidal bergaya defensive yang paling berbahaya. Sampai sekarang. Tidak ada duanya.
Taktik bertanding Ellyas Pical murni datang dari pelatih Simson Tambunan, seorang insinyur dari ITB Bandung. Simson, meski tidak pernah bertinju, tetapi terkenal dengan strategi tempur yang hebat. Simson hampir tidak pernah salah dalam memprediksi permainan lawan. Ia menjadi pelopor mempelajari rekaman pertandingan lawan.
Elly tidak memiliki jab yang baik. Tetapi, Elly terkenal karena pandai mendorong tangan kanannya ke depan kemudian seperti di putar-putar membuat lawan bingung sendiri. Ketika mulai hilang konsentrasi, Elly segera melepaskan tangan kiri yang mematikan. Biasa membentur rahang atau bagian dagu. Sering tiba-tiba saja bergeser.
Taktik semi bertahan yang diperlihatkan Ellyas Pical selama dua belas ronde saat berhadapan dengan sang juara Wongso Indrajit sangat menyenangkan orang-orang yang terus memberikan support. Elly selalu memancing lawan masuk kemudian melepaskan pukulan membentur sasaran.
Taktik itu mengantar Ellyas Pical sebagai juara Indonesia kelas bantam yunior yang baru. Wongso Indrajit kehilangan gelar di hadapan penggemarnya sendiri.
Ketika itu, KTI sebagai badan tinju pro satu-satunya, dengan system peringkat yang terkenal terbit dan terhormat. Tetapi sekarang, organisasi tinju pro sudah tumbuh menjadi enam. KTI merupakan badan tinju tertua, disusul ATI, KTPI, FTI, FTPI, dan terakhir yang lahir tahun 2023 adalah DTI. Bingung. Saking banyaknya.
Ketika lonceng terakhir terdengar panjang tanda berakhirnya pertandingan, orang-orang yang berdiri di sudut Ellyas Pical langsung bergembira. Sangat percaya bahwa kemenangan itu sudah di tangan.
Pelatih Simson Tambunan dibantu Kairus Sahel dan Slamet Mukmin dari Taman Tirta Surabaya, manajer Anton Sihotang dan sahabatnya Ruben Sianipar, satu-satu masuk ke dalam ring. Ellyas Pical terlihat mendatangi sudut Wongso Indrajit. Bertatap muka dan tanpa bicara mereka saling berpelukan.
Malam tinju pro Gedung Go Skate Surabaya juga menampilkan kelas menengah sepuluh ronde, Albert Bapaimo (Pirih Surabaya) menang TKO-4 atas Rocky Joe (New Waringin Jakarta.
Kejuaraan Indonesia kelas welter yunior 12 ronde, Thomas Americo (Gajayana Malang) menang angka atas Kai Siong (Sawunggaling Surabaya).
Kelas terbang 8 ronde, Kaslan (Pirih Surabaya) mengalahkan Munadi (Banteng Bandung).
Seluruh pertandingan berakhir tengah malam. Rombongan tinju dari Jakarta, termasuk Kid Francis (pelatih Scorpio Jakarta), Rocky Joe, pelatih Sutan Rambing dari Semarang, pergi ke Jalan Kedungdoro, yang terkenal dengan makanan malamnya.
Rombongan tinju makan malam bersama. Kebanyakan tamu dari Jakarta pesan nasi rawon dan tidak ketinggalan kerupuk udang khas Sidoarjo. Itu sudah sepaket, sebab rawon tanpa kerupuk kurang mantap.
Beberapa orang dari rombongan kami, termasuk penulis, ramai-ramai tambah semangkuk rawon lengkap cambah dan jeruk nipis. Bukan main rasanya. Bikin ketagihan.