Rondeaktual.com
Billy Pattiruhu, 42 tahun, adalah seorang mantan petinju amatir asal Provinsi Maluku. Billy sudah melewati perjalanan panjang keliling berbagai daerah. Di ujung perantauannya yang luar biasa, Billy berhenti di Kota Bitung, Sulawesi Utara.
Bitung terkenal sebagai kota pelabuhan, yang disinggahi kapal-kapal penumpang antarkota besar di Indonesia. Bitung juga terkenal karena pertanian dan perikanannya yang sukses menghasilkan uang. Olahraga tinju termasuk salah satu yang paling populer di sana.
“Di Pertina Bitung, beta hidup sebagai pelatih. Ini pilihan, sambil sedikit ada urus usaha kecil-kecilan,” kata Billy Pattiruhu, mantan petinju sasana Maluku Jaya, yang terletak di Lebak Bulus, Pondok Cabe, Jakarta Selatan.
Di masa mudanya ketika bergabung dengan Maluku Jaya, Billy Pattiruhu bersahabat baik dengan Ricky Notty (sekarang pelatih PPOP DKI Jakarta), Daniel Sahuleka, Arenaldo Moniaga, mendiang Dastesa Moniaga, dan yang lain.
“Setelah Pak Jenderal Pattiasina meninggal, sasana Maluku Jaya bubar. Terakhir kami masih sempat merebut gelar juara umum melalui Kejurnas tingkat yunior,” Billy Pattiruhu menjelaskan.
Setidaknya Billy Pattiruhu pernah tercatat sebagai atlet tinju Pertina Maluku, Pertina DKI Jakarta, Pertina Jawa Barat, Pertina Kalimantan Utara, dan Pertina Kalimantan Timur. Billy Pattiruhu pernah dijuluki “jago rantau”. Hidup dari kota ke kota. Belakangan hatinya terikat kuat di Kota Bitung, karena di sana ada Peegy Timbong, Daniel, dan Emmanuella. Billy hidup bahagia di Bitung, bersama istri dan dua anak.
Billy Pattiruhu pernah bertanding untuk kelas 51 kilogram dan tertinggi main di kelas 69 kilogram. Dari kelas terbang ringan sampai kelas welter, telah dijelajahinya.
Sekarang hati dan pikiran Billy Pattiruhu 100% untuk kemajuan Pertina Kota Bitung. Sangat setia. Setiap hari bersentuhan dengan banyak atlet muda yang dipersiapkan untuk menjadi kebanggaan bagi Kota Bitung.
“Itu tidak mudah. Mengangkat olahraga yang ditunjang fasilitas lengkap akan lebih cepat menghasilkan atlet bagus,” ujar Billy Pattiruhu. “Kita di Bitung harus berhadapan dengan kenyataan bahwa fasilitas itu jauh dari lengkap,” tambah Billy Pattiruhu, kelahiran Ambon, 24 November 1981. Sudah lebih lima tahun menetap di Bitung.
Profesi pelatih tinju adalah panggilan. Tidak boleh mengeluh dan itu tidak akan pernah terlihat. Jiwa dan raga Billy untuk tinju. Selalu dengan senang hati melayani adik-adik tinju.
“Setiap hari kita harus mempersiapkan atlet tinju sebanyak itu (lebih 20 atlet putra dan putri, kebanyakan pelajar). Saya sendiri dibantu kawan lainnya. Ada coach Jan Tumimomor dan coach Roy Nongka. Kita di Bitung setiap hari latihan. Semua semangat, meski kami berada di tengah peralatan yang kurang memadai.”
Di Bitung, Billy bersama mitranya yang mencintai olahraga tinju, mendirikan sasana bernama Virgo Boxing Camp, yang terletak di Kecamatan Wangurer.
“Sekarang kita ada latihan di Kantor Wali Kota Bitung. Kebetulan Pak Wali Kota (Waurits Mantiri) adalah bagian dari keluarga tinju. Beliau penasehat Pertina Kota Bitung.”
Virgo Boxing Camp Bitung dan petinju lainnya hasil seleksi telah mengikuti Porprov Sulut di Kabupaten Bolaang Mongondow pada 2022. Bitung merebut dua medali emas melalui Pernell Tahumil kelas 45 kilogram dan Ronly Mandag kelas 57 kilogram. Sementara Juan Abbas, andalan Bitung yang merebut medali emas PON Papua 2021, gagal medali. Pernell Tahumil sudah pindah dan akan mewakili Maluku Utara pada PON Aceh-Sumut 2024.
Ketika pertandingan antarsasana di Manado, Bitung hanya memperoleh dua medali perak dan satu medali perunggu.
“Di Wali Kota Cup Bitung, belum lama ini, kita cuma dapat dua perak dan dua perunggu.”
Memang tidak mudah untuk mempersiapkan sebuah tim yang kuat. Butuh akal dan pikiran. Tidak boleh putus asa. Ini pesan yang selalu melekat dalam pikiran. Memajukan tinju di tingkat derah perlu pengorbanan.
“Kami membutuhkan perhatian. Setiap sasana yang ada di daerah pasti minim fasilitas.”
Sebagai pelatih, Billy Pattiruhu berharap murid-muridnya kelak bisa menjadi juara di Indonesia dan juara di luar negeri. Setiap murid memiliki peluang sama untuk menjadi juara, asal tetap mempertahankan disiplin tinggi.
“Kalau bisa, ini saran saja, Pertina harus berani membuka kembali Sarung Tinju Emas, yang terkenal dengan sebutan STE. Sekarang sudah berapa tahun ini STE tidak ada.”
STE terakhir dipertandingkan di Gedung Kesenian dan Olahraga, Jalan Tegar Beriman, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Januari 2017.
Setelah menyelesaikan timbang badan, ternyata peserta STE XXXIV/2017 hanya 34 petinju (11 elite women`s dan 23 elite men`s). Jauh dari target, panitia dipaksa harus memotong dua hari jadwal pertandingan. (Finon Manullang)