Rondeaktual.com
Di masa hidup Bristol Simangunsong, penulis pernah bertanya tentang kehadiran Ellyas Pical di Garuda Jaya.
“Siapa dia?” tanya penulis tentang Ellyas Pical, yang sedang menggulung tali ring yang rusak.
“Itu Ellyas Pical, dari Ambon. Katanya dia mau masuk pro,” Bristol Simangunsong menjelaskan, sambil terus berlatih jab-straight di bawah pengawasan pelatih Pontas Simanjuntak.
Simson Tambunan, pelatih yang menemukan Ellyas Pical dan mengantarnya sampai juara dunia, ada sana, tetapi belum menjadi pelatih. Simson masih Ketua Pertina DKI Jakarta.
Bristol Simangunsong dan Ellyas Pical satu guru di Garuda Jaya, dilatih Pontas Simanjutak. Petinju lain seperti Polly Pasireron, Piet Gommies, Eddy Gommies, Tubagus Jaya, Ricky Tampubolon, semua masih ditangani pelatih Pontas Simanjuntak, didampingi asisten Kairus Sahel.
Percakapan singkat tadi –antara penulis dengan Bristol Simangunsong—terjadi pada awal Oktober 1982. Penulis berada di sasana Garuda Jaya untuk melihat latihan petinju yang akan bertanding di Hailai Jaya Ancol, Jakarta Utara, 16 Oktober 1982, bersama promotor Halim Susanto yang merupakan saudara dekat dari promotor Herman Sarens Soediro. Tubagus Jaya mengalahkan M Yusuf dari Bandung. Ricky Tampubolon mengalahkan juara Indonesia kelas bantam Agus Suyanto dari Semarang. Polly Pasireron menang TKO ronde keempat melawan Rocky Joe. Ini debut pro Polly Pasireron dalam kelas menengah.
Sore itu, latihan petinju Garuda Jaya juga dikunjungi oleh Boy Bolang, Djafar, Jimmy Chiu, dan Kid Francis.
Ketika itu, Ellyas Pical belum naik ring. Tetapi, sudah resmi meninggalkan Pertina Maluku.
Bristol Simangunson memulai karir tinju pro bersama Ellyas Pical. Bristol Simangunsong tidak pernah menjadi juara. Sedangkan Ellyas Pical sukses menjadi juara Indonesia, juara OPBF, dan puncaknya adalah juara dunia IBF kelas bantam yunior.
Meski tidak pernah juara, Bristol Simangunsong sangat terkenal di Garuda Jaya. Gaya gaulnya enak dan itulah yang membuatnya banyak sahabat di kalangan tinju. Ia juga setia kawan, ketika upper cut Bristol mampir ke perut seorang pria, yang kemudian diketahui copet. Di era itu, aparat keamanan terkesan membiarkan copet merajalela di atas bus kota.
Hampir semua mantan petinju yang sekarang menjadi pelatih member atau mantan petinju yang sekarang menjadi wasit/hakim atau menjadi pengurus tinju di Jakarta dan sekitarnya, pasti mengenal Bristol Simangunsong, seorang fighter sejati yang bertarung dengan cara mengejar lawan dari sudut ke sudut.
Bristol Simangunsong dikenal karena keberaniannya melakukan pertarungan “jual-beli” pukulan. Mengejar Yani Hagler di Istora Senayan Jakarta sepanjang delapan ronde. Bristol kalah di tangan Yani Hagler (petinju Sawunggaling Surabaya yang pernah kejuaraan dunia IBF melawan Dodie Penalosa di Jakarta). Di atas ring, Bristol Simangunsong tidak pernah kalah hati.
Tidak mengenal rasa takut adalah gaya bertinju Bristol Simangunsong. Semua lawan dipukulnya dan dia juga harus menerima pukulan. Naik ring sampai berdarah-darah adalah ciri khas yang sulit lepas dari gaya bertinju seorang Bristol Simangunsong. Fighter sejati.
Namanya, meski tidak pernah menjadi juara Indonesia, sangat dikenal kuat di kalangan petinju era awal dekade 80-an. Ia nyaris membuat sejarah sebagai juara Indonesia pertama untuk kelas terbang mini. Ia kalah angka 12 ronde melawan Julius Leojan dalam partai tambahan kejuaraan dunia IBF kelas bantam yunior antara juara Cesar Polanco (Republik Dominika) melawan Ellyas Pical (Indonesia), Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu, 6 Juli 1986.
Bristol Simangunsong salah satu fighter terpanas Indonesia dan salah satu paling setia menjaga rumah peninggalan Rio Tambunan (ayahanda artis Denada Tambunan dan putri penyanyi top Emilia Contessa). Wajah Bristol Simangunsong menghiasi hampir semua layar kaca televisi ketika ia menjaga rumah peninggalan Rio Tambunan di Kompleks BI, Pancoran, Tebet, Jakarta Selatan.
Kesetiaan itu tinggal kenangan. Bristol Simangunsong telah tiada, Rabu, 22 Mei 2024.
Penulis mendapat kabar duka meninggalnya Bristol Simangunsong ketika berada dalam perjalanan menuju Mall Central Park, Jakarta. Penulis sudah ditunggu oleh Marco Tampubolon dan Humas HSS Ferry Christian dan timnya. Kami janjian untuk bicara tentang masa depan tinju yang lebih gemilang.
Penulis menjadi tidak bisa menikmati pertemuan, karena terus terbayang atas kematian Bristol Simangunsong.
Itu kematian yang sangat menyedihkan. Kematiannya diketahui setelah empat hari, berdasarkan berita duka yang dikirim kepada penulis. Para pengirim berita juga sampai hati mengirim gambar menyedihkan tentang kondisi Bristol Simangunsong di atas tempat tidur (mohon maaf tidak dapat penulis sampaikan di sini).
Kabar duka yang beredar luas menyebutkan, telah meninggal dunia Bristol Simangunsong kira-kira empat hari yang lalu di rumah atau di sasana tinju Wiem Sapulette Boxing Camp, Binong Karawachi, Tangerang. Bristol Simangunsong meninggal sekitar umur 60.
Kematian Bristol Simangunsong tanpa keluarga. Bristol tidak mempunyai keturunan karena tidak pernah menikah.
Bristol Simangunsong hidup seorang diri. Ia mendapat kamar di sebuah sasana tinju milik mendiang seorang perwira polisi. Jenazahnya telah dikebumikan di TPU Mekarsari, Jalan Tanah Pasir, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Tangerang, Provinsi Banten, Rabu, 22 Mei 2024, pukul 16.00 WIB.
Selamat jalan kawan. Sejak hari ini, Rabu, 22 Mei 2024, derita hidupmu telah selesai. Semoga Bapak Bristol Simangunsong mendapat tempat yang indah di sana. (Finon Manullang)