Rondeaktual.com
Sore ini, Jumat, 26 Juli 2024, aku baru saja membaca tulisan tentang kepergian Suharto Olii untuk selama-lamanya. Suharto Olii, seorang kawan baik, telah meninggal dunia.
Ditulis singkat oleh Yon Moeis, seorang wartawan yang tahun lalu sengaja aku temui di ujung pangkalan ojek manual di daerah Kranji, Bekasi, Jawa Barat.
Suharto Olii, selama bertahun-tahun telah memberikan waktu dan pemikirannya untuk olahraga Tanah Air. Tubuhnya yang gempal ditambah bawaannya yang ramah, membuat almarhum sangat mudah untuk dikenali.
Tidak hanya menulis tentang tinju, amatir dan profesional, tetapi semua cabang olahraga yang dipertandingkan. Sangat produktif.
Aku pernah bertemu dengan Suharto Olii di tiga acara:
1. Bertemu dalam acara konferensi pers tinju, entah di mana tetapi di Jakarta. Pertemuan pertama sekitar tahun 1990, ketika aku masih bekerja untuk sebuah harian pagi di Surabaya.
Sejak pertemuan itu, aku menjadi sering menjumpai Suharto Olii di berbagai konferensi pers tinju, termasuk di berbagai pertandingan tinju, yang ada di Senayan dan sekitarnya.
Hampir semua pertandingan tinju di Jakarta tidak pernah lepas dari liputan Suharto Olii. Ini merupakan loyalitas tinggi untuk tinju. Kami tidak pernah ngerumpi tetapi bersalaman atau paling tidak saling melepas senyum itu pasti.
Kalau bertemu, aku selalu menyapa beliau dengan sebutan “Olii” dan menyebut aku sebagai “Non”.
Sejauh dalam ingatan, Suharto Olii sangat mengenal para legenda tinju Indonesia seperti; Frans van Bronckhorst (juara Asia amatir 1973), Ferry Moniaga (juara Asia amatir 1980), Ellyas Pical (juara dunia IBF kelas bantam yunior 1985), Nico Thomas (juara dunia IBF kelas terbang mini 1989), dan seterusnya.
2. Bertemu dalam acara senimar tinju pro yang digagas Menpora menjelang tutup tahun 2011. Suharto Olii hadir mewakili media. Aku diundang oleh panitia sebagai promotor. Ketika itu, aku baru saja menjadi promotor pertandingan tinju Kejuaraan Indonesia kelas terbang di atas kapal tongkat yang sangat bersejarah di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu, 9 Oktober 2011.
3. Bertemu dalam acara rapat Pertina DKI Jakarta di Hotel Atlet Century Park, Senayan, yang jaraknya hanya sekitar lima meter dari ruang kerja Ketua Pertina DKI Jakarta, Hengky Silatang.
Kami sama-sama duduk di Bidang Hubungan Masyarakat. Ketika diminta memperkenalkan diri, Suharto Olii menyempaikan pengalamannya selama lebih 30 tahun menjadi wartawan olahraga di sekitar Senayan. Pengabdian yang panjang.
Sebelum meninggal dunia, Suharto Olii hadir meliput pertandingan tinju amatir di Lapangan Tembak, Senayan, Februari 2021.
Seperti biasa, Suharto Olii duduk di belakang ring tinju, sambil mencatat kejadian yang terlihat. Suharto Olii bukan seorang wartawan yang suka menonjol. Beliau lebih suka duduk di bagian paling belakang.
Itu merupakan pertemuan terakhir secara langsung, sampai terdengar kabar duka atas meninggalnya Suharto Olii di Gorontalo.
Ketika beliau berada di Gorontalo atau katakanlah setelah memilih pulang ke kampung halamannya, aku masih sempat bertanya (melalui WhatsApp) tentang rencana pertandingan tinju pro di Gorontalo.
“Itu kita tunggu-tunggu, tapi akhirnya tidak jelas. Ya sudah, sabuk emas Gorontalo tidak jadi.”
Selamat jalan, Bapak Suharto Olii. Keramahan dan senyummu yang begitu kuat tak akan mudah lekang oleh waktu. (Finon Manullang)