Rondeaktual.com
Olimpiade Munich berlangsung di Boxing Hall, Munich, 28 Agustus hingga 10 September 1972.
Pada Olimpiade yang ke-20 ini diikuti 354 petinju dari 80 negara. Indonesia mengirim dua petinju terbaiknya; Ferry Moniaga kelas bantam dan Wiem Gommies kelas menengah. Kedua petinju kita pulang tanpa medali.
FERRY MONIAGA
Ferry Moniaga, seperti beberapa kali diceritakannya, kepergian mengikuti Olimpiade 1972 tidak sendiri.
“Sebelum masuk pelatnas, kita mengikuti seleksi. Dipilih gitulah, yang pilih Pertina dan oleh negara. Siapa yang dianggap bisa lolos dipanggil. Saya terpilih untuk kelas bantam dan Wiem Gomies dari Maluku kelas menengah. Kita masuk pelatnas. Enam bulan latihan di Berlin Barat. Waktu itu masih Jerman Barat. Kalau ke Jerman Timur, harus ada izin.”
“Pada pertandingan Olimpiade Munich, saya kalah dari juara pertamanya. Dia orang Kuba (Orlando Martinez merebut medali emas.”
“Aku kalah taktik. Pelatih tidak ada, setelah mendadak meninggal di Jerman jelang olimpiade. Pertina kirim pelatih ganti, tapi suasana hati sudah beda. Bawaannya sedih.”
“Pas main pertama dapat bye. Naik ring kedua mengalahkan Nikaragua (menang 5-0 atas Rene Silva). Main ketiga mengalahkan Ghana (menang 4-1 atas Joe Destimo). Main keempat perdelapan final, eh gagal. Lawan orang Kuba (kalah 0-5 atas Orlando Martinez). Dia memang hebat. Saya ingin balas di olimpiade berikutnya (Olimpiade XXI/1976 Montreal, Kanada). Ternyata yang berangkat Syamsul (Anwar Harahap, kelas welter ringan) dan Frans (VB, kelas welter). Dibatasi hanya dua jatah. Saya tidak berangkat karena katanya sudah pernah ke olimpiade. Oh gitu rupanya. Sudah latihan tapi tidak berangkat. Kecewa sekali dan sakit hati. Saya lari ke Surabaya.”
Ferry Moniaga, pekan lalu, memberikan penataran pelatihan di Sukabumi, Jawa Barat. Selesai penataran, Ferry Moniaga, kelahiran Tanjung Pinang, 4 September 1949, kembali ke Desa Tateli, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Sebelumnya, Ferry Moniaga cukup lama menetap di daerah Bekasi, Jawa Barat.
WIEM GOMMIES
Cerita dari Wiem Gommies beda lagi. “Beta ini pertama kali ditangani oleh pelatih Om Buce (Teddy van Room) di Ambon. Waktu masuk pelatnas, pelatih sudah ganti. Ada Pak Sudharto, Pak Amin dan Pak Lucas Manuputty. Waktu di Olimpiade (Munich 1972) Pak Lucas datang ke Jerman untuk menggantikan pelatih Amin, yang wafat jelang pertandingan olimpiade. Beliau wafat di Jerman, sebelum olimpiade dibuka.”
Menurut Weim Gommies, namanya masuk Pelatnas Olimpiade karena sebelumnya sudah memiliki prestasi besar. “Pertina ambil yang juara Asia. Makanya olimpiade itu petinju pilihan,” katanya, kelahiran Ambon, Maluku, 1946.
“Sebelum ikut olimpiade 1972 di Jerman, beta sudah juara di Bangkok (merebut medali emas kelas menengah Asian Games VI/1970 Bangkok) dan juara Asia (merebut medali emas kelas menengah Asia V/1971 Teheran).”
“Ikut olimpiade merupakan kebanggaan terbesar sebagai petinju. Setiap petinju haruslah bercita-cita ingin melihat olimpiade. Sesuatu yang belum pernah kita lihat menjadi pernah melihatnya. Di sana serba mewah. Orang kalau sudah pernah injak olimpiade, pasti sulit untuk melupakannya. Itu yang beta rasa.”
Pertadingan di Jerman (Boxing Hall, Munich, 29 Agustus – 10 September 1972) sangat cepat. Beta main (second round) langsung berhadapan dengan batu (Raja KO). Beta KO ronde pertama melawan petinju Uni Soviet (Vyacheslav Lemeshev). Dia hebat. Semua lawan dibabat habis. Semua KO. Mulai dari pertama lawan beta sampai final (lawan Reima Virtanen, Finlandia) semua tumbang. Di final dia menang KO ronde pertama. Tidak ada yang selamat (kecuali Hans-Joachim Brauke, Jerman, kalah 0-5 di kuarter final).”
“Beta bertanding di Olimpiade Munich umur sudah 26. Anak sudah tiga. Di sana sadis. Beta melihat satu pengalaman di mana satu regu anak-anak olimpide untuk senam dari Israel mati semua kena bom. Beta lihat karena katong tinggal di atas penginapan. Mereka jalan di bawah lalu teroris ada dua lalu datang satu lagi yang bawa bom. Meledak. Mereka bunuh diri. Mati semua.”
“Itu pengalaman sangat sadis selama ikut olimpiade. Beta sempat ditahan sampai tiga jam. Pihak keamanan pikir saya ini kelompok teroris. Padahal beta ini dari Asia. Orang Indonesia.”
DAFTAR JUARA
OLIMPIADE MUNICH 1972
1. Light flyweight, 48 kilogram
Emas: Gyorgy Gedo (Hongaria).
Perak: Kim U-gil (Korea Utara).
Perunggu: Ralph Evans (Britania Raya) dan Enrique Rodriguez (Spanyol).
2. Flyweight, 51 kilogram
Emas: Georgi Kostadinov (Bulgaria).
Perak: Leo Rwabwogo (Uganda).
Perunggu: Leszek Blazynski (Polandia) dan Douglas Rodríguez (Kuba).
3. Bantamweight, 54 kilogram
Emas: Orlando Martínez (Kuba).
Perak: Alfonso Zamora (Meksiko).
Perunggu: Ricardo Carreras (Amerika Serikat) dan George Turpin (Britania Raya).
4. Featherweight, 57 kilogram
Emas: Boris Kuznetsov (Uni Soviet).
Perak: Philip Waruinge (Kenya).
Perunggu: Andras Botos (Hungaria) dan Clemente Rojas (Kolumbia).
5. Lightweight, 60 kilogram
Emas: Jan Szczepanski (Polandia).
Perak: Laszlo Orban (Hungaria).
Perunggu: Samuel Mbugua (Kenya) dan Alfonso Perez (Kolumbia).
6. Light welterweight, 63,5 kilogram
Emas: Ray Seales (Amerika Serikat).
Perak: Angel Angelov (Bulgaria).
Perunggu: Issaka Daborg (Niger) dan Zvonimir Vujin (Yugoslavia).
7. Welterweight, 67 kilogram
Emas: Emilio Correa (Kuba).
Perak: Janos Kajdi (Hongaria).
Perunggu: Dick Murunga (Kenya) dan Jesse Valdez (Amerika Serikat).
8. Light middleweight, 71 kilogram
Emas: Dieter Kottysch (Jerman Barat).
Perak: Wiesław Rudkowski (Polandia).
Perunggu: Alan Minter (Britania Raya) dan Peter Tiepold (Jerman Timur).
9. Middleweight, 75 kilogram
Emas: Vyacheslav Lemeshev (Uni Soviet).
Perak: Reima Virtanen (Finlandia).
Perunggu: Prince Amartey (Ghana) dan Marvin Johnson (Amerika Serikat).
10. Light heavyweight, 81 kilogram
Emas: Mate Parlov (Yugoslavia).
Perak: Gilberto Carrillo (Kuba).
Perunggu: Janusz Gortat (Polandia) dan Isaac Ikhouria (Nigeria).
11. Heavyweight, 81 kilogram ke atas
Emas: Teofilo Stevenson (Kuba).
Perak: Ion Alexe (Rumania).
Perunggu: Peter Hussing (Jerman Barat) dan Hasse Thomsen (Swedia).
ALAN MINTER
Dari sekian petinju Olimpiade Munich 1972 yang terjun ke dunia tinju profesional, salah satu yang paling gemilang adalah Alan Minter, pemegang medali perunggu kelas menengah ringan.
Mintar dari Londo adalah seorang kidal yang cepat. Ia merebut gelar dunia WBA dan WBC kelas menengah dari tangan juara pria Amerika berdarah Italia, Vito Antuferno, di Caesars Palace, 16 Maret 1980, melalui pertarungan 15 ronde.
Minter menjadi juara dunia kelas menengah yang luar biasa sampai akhirnya Marvin Hagler datang ke Wembley Arena, London, untuk menghentikannya papda ronde ketiga.
Olimpiade Munich 1972 juga melahirkan seorang bintang kelas berat yang ternama, siapa lagi kalau bukan Teofilo Stevenson dari Kuba.
Salah satu putra mendiang Daniel Bahari mengambil nama Teofila menjadi nama depan putranya.