Rondeaktual.com
Pertandingan tinju Olimpiade Los Angeles 1984 berlangsung di Memorial Sports Arena di Los Angeles, California, Amerika Serikat, 29 Juli hingga 11 Agustus.
Olimpiade Los Angeles menampilkan 12 pertandingan, termasuk kelas berat super yang untuk pertama kalinya dipertandingkan. Tercatat sebanyak 354 petinju dari 81 negara.
Olimpiade Los Angeles tidak diikuti dua negara raksasa tinju amatir; Kuba dan Uni Soviet, disusul Jerman Timur, Bulgaria, dan negara-negara Blok Timur lainnya. Situasi ini mendorong tuan rumah Amerika Serikat begitu dominan di pertandingan final.
Olimpiade Los Angeles 1984 menjadi satu-satunya olimpiade yang melahirkan begitu banyak bintang ketika memilih tinju profesional. Mereka menjadi legenda seperti; Phernell Witaker, Meldrick Taylor, Virgil Hill, dan yang paling luar biasa adalah Evander Holyfield, yang merebut perunggu tetapi menjadi satu-satu empat kali merebut gelar juara dunia kelas berat. Sampai sekarang, rekor Holyfield belum tersamai.
JOHNI ASADOMA, ALEXANDER WASSA, FRANCISCO LISBOA
Di luar nama-nama besar tadi, kita juga tidak bisa melupakan nama kelas bantam Johni Asadoma, kelas bulu Alexander Wassa, dan kelas welter Francisco Lisboa. Olimpiade Los Angeles adalah olimpiade seribu kenangan tak terlupakan bagi ketiga petinju Indonesia, meski tiga-tiganya gagal medali.
Itu fakta. Sampai sekarang belum ada petinju Indonesia yang merebut medali dari olimpiade. Merebut perunggu saja, sudah menjadi sejarah bagi tinju Tanah Air.
“Setiap petinju Indonesia sebaiknya bercita-cita menuju olimpiade. Kejarlah tiket olimpiade. Bertarung dan rebut medalinya,” pesan Irjen Pol (Purn) Drs Johni Asadoma, S.I.K., M.Hum, kelahiran Denpasar, Bali, 8 Januari 1966.
Setelah menjabat Kapolda NTT kemudian Analis Kebijakan Utama Bidang Misinter Divhubinter Polri, dan pensiun 2024, Johni Asadoma menjalani banyak kesibukan di Kupang. “Kegiatan saya sekarang, persiapan maju pemilihan Gubernur NTT, sebagai kader partai Gerindra,” kata Johni Asadoma, Sabtu malam, 3 Agustus 2024.
Pada Olimpiade XXIII/Los Angeles 1984, Asadoma bertanding di kelas bantam 54 kilogram. Asadoma harus berjuang menurunkan berat badan dari kelas ringan 60 kilogram ke kelas bantam 54 kilogram.
Posisinya terjepit. Bila Asadoma didorong ke kelas bulu, maka Alexander Wassa harus cari kelas lain dan ini tidak diinginkan pelatih. Wassa sudah lama diplot untuk kelas bulu. Tidak boleh digeser-geser.
“Ketika ditunjuk ikut olimpiade, saya sedang ikut tes Akabri. Saya lulus tingkat pusat. Tinggal mau berangkat ke Magelang, tapi dipanggil ikut olimpiade. Pilih mana, ini yang membuat saya sempat bingung. Ini tentang masa depan. Kesempatan mungkin tidak terulang. Tetapi, karena saya masih muda, 18 tahun, masuk Akabri masih bisa tiga kali lagi, saya putuskan berangkat ke olimpiade,” ujar Johni Asadoma.
“Dulu saya ikut Olimpiade Los Angeles karena di Jakarta lewat President`s Cup juara kelas ringan. Artinya gengsi pertandingan diakui oleh dunia. Sekarang beda. Petinju harus lolos kualifikasi olimpiade baru bisa ikut. Indonesia sudah lima kali gagal mengirim petinju. Semoga ke depan ada petinju Indonesia bertanding di olimpiade, ini menjadi harapan kita semua.”
DAFTAR JUARA OLIMPIADE LOS ANGELES 1984
1. Light flyweight (–48 kg)
Emas: Paul Gonzales (Amerika Serikat).
Perak: Salvatore Todisco (Italia).
Perunggu: Marcelino Bolivar (Venezuela) dan Keith Mwila (Zambia).
2. Flyweight (–51 kg)
Emas: Steve McCrory (Amerika Serikat).
Perak: Redžep Redzepovski (Yugoslavia).
Perunggu: Eyup Can (Turki) dan Ibrahim Bilali (Kenya).
3. Bantamweight (–54 kg)
Emas: Maurizio Stecca (Italia).
Perak: Hector Lopez (Meksiko).
Perunggu: Dale Walters (Kanada), dan Pedro Nolasco (Republik Daminika).
4. Featherweight (–57 kg)
Emas: Meldrick Taylor (Amerika Serikat).
Perak: Peter Konyegwachie (Nigeria).
Perunggu: Omar Catari (Venezuela) dan Turgut Aykac (Turki).
Tiga bulan setelah Olimpoiade Los Angeles, Meldrick Taylor memilih tinju pro dan empat tahun kemudian menjadi juara dunia IBF kelas welter, setelah menang TKO-12 atas juara Buddy McGirt.
Salah satu pertandingan Taylor menyita perhatian dunia ketika wasit tiba-tiba menghentikan pertandingan yang tersisa dua detik melawan Julio Cesar Chavez. Sampai sekarang, kekalahan Taylor dianggap paling kontroversial dalam sejarah kejuaraan kelas welter.
5. Lightweight (–60 kg)
Emas: Pernell Whitaker (Amerika Serikat).
Perak: Luis Ortiz (Puerto Rico).
Perunggu: Chun Chil Sung (Korea Selatan) dan Martin Ngongo-Ebanga (Kamarun).
Southpaw Pernel Whitaker juga mencapai karir sangat gemilang di tinju profesional. Ia menjadi juara dunia WBC kelas ringan, IBF, WBA, juara IBF kelas welter yunior, juara WBC kelas welter, juara WBC kelas menengah yunior.
Kalau pernah mendengar nama Pernell Tahumil (petinju Sulut yang mewakili Maluku Utara untuk PON Aceh-Sumut 2024), nama itu diambil dari legenda Pernell Whitaker.
6. Light welterweight (–63 kg)
Emas: Jerry Page (Amerika Serikat).
Perak: Dhawee Umponmaha (Thailand).
Perunggu: Mircea Fulger (Rumania) dan Mirko Puzovic (Yugoslavia).
7. Welterweight (–67 kg)
Emas Mark Breland (Amerika Serikat).
Perak: An Young-Su.
Perunggu: Joni Nyman (Finlandia) dan Luciano Bruno.
Mark Breland menjadi juara dunia kelas welter dan salah satu yang terbaik di kelasnya. Breland adalah pelatih bantu yang sengaja melempar handuk ke dalam ring sebagai tanda menyerah ketika juara dunia kelas berat WBC Deontay Wilder dipukuli bertubi-tubi oleh Tyson Fury di MGM Grand Garden, Las Vegas, 22 Februari 2020. Breland melakukannya demi keselamatan Wilder dari kekalahan lebih buruk yang bisa berakibat fatal.
8. Light middleweight (–71 kg)
Emas: Frank Tate (Amerika Serikat).
Perak: Shawn O`Sullvan (Kanada).
Perunggu: Christophe Tiozzo (Prancis) dan Manfred Zielonka (Jerman Barat).
Frank Tate menjadi juara dunia IBF kelas menengah. Sementara, Christophe Tiozzo berhasil menghentikan langkah Raja KO Korea Selatan, Baek In-chul pada ronde keenam untuk menjadi juara dunia WBA kelas menengah super.
9. Middleweight (–75 kg)
Emas: Shin Joon-Sup (Korea Selatan).
Perak: Virgil Hill (Amerika Serikat).
Perunggu: Aristides Gonzalez (Puerto Rico) dan Mohamed Zaoui (Algeria).
Virgil Hill mencapai karir yang luar biasa sebagai juara dunia kelas berat ringan. Sampai sekarang, Hill adalah yang terbaik sepanjang sejarah kelas berat ringan.
10. Light heavyweight (–81 kg)
Emas: Anton Josipovic (Yugoslavia).
Perak: Kevin Barry (Selandia Baru).
Perunggu: Evander Holyfield (Amerika Serikat) dan Mustapha Moussa (Algeria).
Peraih medali perunggu Evander Holyfield setidak mencetak tiga prestasi besar. Pertama, ia adalah juara dunia cruiserweight yang tak terkalahkan. Kedua, ia menjadi juara dunia kelas berat. Ketiga, mencetak rekor empat kali merebut gelar juara dunia kelas berat. Holyfield satu-satunya.
11. Heavyweight (–91 kg)
Emas: Henry Tillman (Amerika Serikat).
Perak: Willie DeWit (Kanada).
Perunggu: Angelo Musone (Italia) dan Arnold Vanderlyde (Belanda).
12. Super heavyweight (+ 91 kg)
Emas: Tyrell Biggs (Amerika Serikat).
Perak: Francesco Damiani (Italia).
Perunggu: Robert Wells (Britania Raya) dan Aziz Salihu (Yugoslavia).
Francesco Damiani menjadi petinju Italia pertama yang merebut gelar juara dunia kelas berat. Damiani menang KO-3 melawan petinju Jerman, Manfred Jassmann, untuk merebut gelar WBO kelas berat.