Rondeaktual.com
Tinju Olimpiade Musim Panas 1988 berlangsung di Jamsil Students Gymnasium, Seoul, antara 17 September dan 2 Oktober.
Tidak kurang dari 12 kelas dipertandingkan, yang diikuti 432 petinju dari 106 negara. Kuba memboikot Olimpiade Seoul 1988 yang berdampak pada kompetisi tersebut.
Olimpiade Seoul 1988 mengingatkan kita kepada dua bintang tinju amatir asal Sulawesi Utara; Ilham Lahia dan mendiang Adrianus Taroreh. Menjadi kenangan buruk bagi kedua petinju Indonesia, yang seharusnya bisa menang tetapi kalah secara kontroversial.
Ilham Lahia adalah petinju Indonesia yang bertanding di kelas bulu Olimpiade XXIV/1988 Seoul, Korea Selatan. Kalah dan katanya, menjadi turis di sana, bersama kelas ringan Adrianus Taroreh.
Ilham Lahia, SE, lahir di Manado, Sulawesi Utara, 29 Desember 1967. Pekerjaan Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Sulawesi Utara, Bidang Pembinaan Olahraga. Ilham Lahia tinggal di Lingkungan IV Jalan SEA, Kecamatan Malalayang, Kota Manado.
“Saya dipanggil masuk pelatnas Olimpiade Seoul 1988 bersama Adrianus Taroreh,” kata Ilham Lahia di Manado, Minggu, 4 Agustus 2024. “Kita dipegang oleh pelatih (mendiang) Carol Renwarin. Di Filipina, pertandingan setingkat Asia, saya merebut medali featherweight. Itu menjadi awal perjalanan ke Olimpiade Seoul. Bagi saya, itu sangat bersejarah,” katanya.
“Kebanggaan seorang atlet puncaknya olimpiade. Ada istilahnya, menjadi seorang olahragawan belum lengkap kalau belum injak olimpiade. Kalau dia sudah main di olimpiade, dia akan dipandang sebagai atlet yang sudah sempurna hidupnya di dunia olahraga. Mau gagal atau suskes di olimpiade, kita harus tetap bangga. Pantang kecil hati. Saya akui, saya memang gagal di Olimpiade Seoul.”
“Saya kalah melawan petinju asal Gabon. Pelatih protes. Tidak terima kita dikalahkan. Ribut di sekitar ring. Harusnya menang tapi kalah di babak penyisihan. Adrianus Taroreh juga kalah di babak penyisihan. Kita menjadi turis di Olimpiade Seoul. Dalam dunia tinju ada istilah begitu. Kalau dia datang langsung kalah, maka dia akan dicap sebagai petinju turis. Kita jalan-jalan di sana. Sekarang, istilah “petinju turis” sudah jarang terdengar.”
DAFTAR JUARA OLIMPIADE SEOUL 1988
1. Light flyweight (– 48 kg)
Emas: Ivailo Marinov (Bulgaria).
Perak: Michael Carbajal (Amerika Serikat).
Perunggu: Leopoldo Serantes (Filipina) dan Robert Isaszegi (Hongaria).
Modal medali perak telah mengantar Michael Carbajal sebagai juara dunia profesional kelas terbang ringan IBF. Ia memukul TKO-7 petinju tangguh Thailand, Muangchai Kittikasem, yang berlangsung di Arizona, 29 Juli 1990.
Setelah sembilan kali sukses mempertahankan gelar IBF dan WBC, Carjabal kehilangan gelarnya ketika petinju Meksiko, Humberto Gonzalez datang melucutinya.
2. Flyweight (– 51 kg)
Emas: Kim Kwang-sun (Korea Selatan).
Perak: Andreas Tews (Jerman).
Perunggu: Mario Gonzalez (Meksiko) dan Timofey Skryabin (Uni Soviet).
3. Bantamweight (-54 kg)
Emas: Kennedy McKinny (Amerika Serikat).
Perak: Aleksandar Khristov (Bulgaria).
Perak: Jorge Julio Rocha (Kolombia) dan Phajol Moolsan (Thailand).
4. Featherweight (-57 kg)
Emas: Giovanni Parisi (Italia).
Perak: Daniel Dumitrescu (Rumania).
Perunggu: Lee Je-hyuk (Korea Selatan) dan Abdelhak Achik (Maroko).
5. Lightweight (-60 kg)
Emas: Andres Zulow (Jerman Timur).
Perak: George Cramne (Sedia).
Perunggu: Nerguin Enkhbat (Mongolia) dan Romallis Ellias (Amerika Serikat).
6. Light welterweight (-63.5 kg)
Emas: Vyacheslav Yanovski (Uni Soviet).
Perak: Grahame Cheney (Australia).
Perunggu: Lars Myrberg (Swedia) dan Reiner Gies (Jerman Barat).
7. Welterweight (-67 kg)
Emas: Robert Wangila (Kenya).
Perak: Laurent Boudouani (Prancis).
Perunggu: Jan Dydak (Polandia) dan Kenneth Gould (Amerika Serikat).
8. Light Middleweight (-71 kg)
Emas: Park Si-hun (Korea Selatan).
Perak: Roy Jones Jr. (Amerika Serikat).
Perunggu: Raymond Downey (Kanada) dan Richard Woodhall (Brinatia Raya).
Dari berbagai pemberitaan termasuk pengakuan Roy Jones sendiri, medali emas seharusnya bukan milik petinju tuan rumah Park Si-hun.
Tinju Olimpiade Seoul memang terkenal paling kontroversial. Banyak merugikan petinju. Tidak sedikit wasit/hakim dipecat karena terbukti curang.
Bagi Roy Jones, mungkin sudah menjani jalan yang baik ketika memutuskan keluar dari amatir dan meneruskan kompetisi tinju profesional.
Secara luas, Roy Jones dipandang sebagai salah satu juara dunia terbesar sepanjang masa. Ia merengkuh juara dunia kelas menengah, kelas menengah super, kelas berat, dan turun ke kelas berat ringan. Jones juara di empat kelas yang berbeda.
Jones, kelahiran Pensacola, Florida, Amerika Serikat, tahun 1969, diakui sebagai salah satu petinju paling sulit dipukul. Ia mengalahkan nama besar antara lain; Bernard Hopkis, James Toney, Vinny Pazienza, Mike McCallum, Montell Griffin, Virgil Hill, John Ruiz (untuk kejuaraan kelas berat), Antonio Tarver, Felix Trinidad. Itu luar biasa.
Pada 28 November 2020 di Staples Center, Jones bertanding 8 ronde x 2 menit dalam aturan pameran tanpa pemenang melawan Mike Tyson.
Pada pertandingan resmi dan sudah berusia 54, Jones terakhir naik ring 8 ronde cruiserweight dan kalah di tangan mantan juara dunia MMA Anthony Pettis, di Fiserv Forum di Milwaukee, 1 April 2023.
9. Middleweight (– 75 kg)
Emas: Henry Maske (Jerman Timur).
Perak: Egerton Marcus (Kanada).
Perunggu: Chris Sande (Kenya) dan Hussain Shah (Pakistan).
Pemegang medali emas Henry Maske menjadi petinju Jerman Timur pertama juara dunia di kelas berat ringan. Maske merebut gelar IBF dari tangan seorang juara yang hebat Charles Williams di Dussewldorf pada 1993.
Karir profesional sangat gemilang. Mencetak rekor sepuluh kali sukses mempertahankan gelar IBF light heavyweight. Setelah itu, Virgil Hill datang merampas gelar dunianya, yang berlangsung di Munich, Jerman, tahun 1996.
10. Light heavyweight (– 81 kg)
Emas: Andrew Maynard (Amerika Serikat).
Perak: Nurmagomed Shanavazov (Uni Soviet).
Perunggu: Damir Skarno (Yugoslavia) dan Henryk Petrich (Polandia).
11. Heavyweight (-91 kg)
Emas: Ray Mercer (Amerika Serikat).
Perak: Baik Hyun-man (Korea Selatan).
Perunggu: Andrzej Golota (Polandia) dan Arnold Vanderlyde (Belanda).
Dua kelas berat Olimpiade Los Angeles, Ray Mercer dan Andrzej Golota memilih tinju pro. Mercer terkenal karena bisa merebut gelar WBO kelas berat, setelah mengalahkan bintang kelas berat Italia, Francesco Damiani. Sedangkan Andrzej Golota terkenal sebagai contenders heavyweight tetapi tidak pernah menjadi juara dunia. Ia kalah pada ronde ketiga di tangan Mike Tyson, kemudian dinyatakan no contest karena Golota gagal dalam tes obat terlarang.
12. Super heavyweight (+91 kg)
Emas: Lennox Lewis (Kanada).
Perak: Riddick Bowe (Amerika Serikat).
Perunggu: Aleksandr Miroshnichenko (Uni Soviet) dan Janusz Zarenkiewicz (Polandia).
Di ring profesional, Lennox Lewis (Kanada/Inggris) menjadi salah satu juara dunia kelas berat terbaik. Ia dua kali menghadapi Evander Holyfield, yang berakhir draw dan menang di pertandingan ulang.
Pada pertandingan profesional yang ke-43, Lewis memukul KO ronde 8 “Iron Man” Mike Tyson untuk gelar kelas berat WBC, IBF, IBO. Ini dianggap sebagai salah satu pertarungan kelas berat paling bersejarah.
Peraih medali perak, Riddick Bowe juga berhasil menjadi juara dunia. Dia sangat dihormati, setelah menang unanimous decision dua belas ronde melawan juara Evander Holyfiewld untuk gelar kelas berat WBA, WBC, IBF. Dalam tanding ulang, Bowe kalah mayoritas dan kehilangan gelar. Pada pertandingan trilogy mereka tanpa gelar 12 ronde, Bowe menghentikan langkah Holyfield pada ronde 8.
Pada Olimpiade Seoul, Amerika Serikat berhasil menempati ranking pertama dengan perolehan medali emas-perak-perunggu 3-3-2, disusul Korea Selatan 2-1-1, Jerman Timur 2-1-0, Uni Soviet 1-1-2, Kanada 1-1-1, Bulgaria 1-1-0, Kenya 1-0-1, Italia 1-0-0, Swedia 0-1-1, Australia 0-1-0, Prancis 0-1-0, Rumania 0-1-0, Polandia 0-0-4, Kolombia 0-0-1, Britania Raya 0-0-1, Hongaria 0-0-1, Meksiko 0-0-1, Mongolia 0-0-1, Maroko 0-0-1, Belanda 0-0-1, Filipina 0-0-1, Thailand 0-0-1, Jerman Barat 0-0-1, Yugoslavia 0-0-1.
Negara yang berhasil meraih medali sebanyak 25. Total medali yang diperebutkan emas-perak-perunggu 12-12-24.