Rondeaktual.com
Selasa siang, 20 Agustus 2024, seorang kawan lama domisili Surabaya, Singky Soewadji (mantan atlet berkuda Satria Kunajungan Jakarta), mengirim kabar duka bahwa promotor nomor satu Indonesia, Handoyo Laksono, 66 tahun, telah meninggal dunia.
Bila Anda seorang petinju tahun 80-an dan pernah bertanding di Gedung Go Skate Surabaya, bisa jadi sangat mengenal siapa promotor Handoyo Laksono.
Handoyo Laksono adalah putra mendiang tokoh tinju Jawa Timur, Setijadi Laksono. Handoyo Laksono pernah mendatangkan Ellyas Pical ke Surabaya untuk menghadapi juara Indonesia kelas bantam yunior asal Sawunggaling Malang, Wongso Indrajit.
Peristiwa itu terjadi di Gedung Go Skate Surabaya (satu-satunya arena pertandingan tinju dengan fasilitas AC di Jawa Timur), Minggu malam, 11 Desember 1983.
Bertanding dari sudut biru (di bawah komando langsung pelatih Simson Tambunan, Kairus Sahel, Slamet Mukmin, Anton Sihotang, Ruben Sianipar), Ellyas Pical bermain cantik. Elly banyak melepaskan jab-jab kanan (karena dia kidal) untuk mengganggu knsentrasi Wongso Indrajit disusul hook kanan ke bagian rusuk kemudian dengan tangan yang sama diangkat ke atas menghantam bagian rahang.
Itu tontonan yang sangat indah. Untuk pertama kalinya Ellyas Pical menerima sabuk sebagai juara Indonesia kelas bantam yunior.
Pada 21 September 1984 dan masih di Gedung Go Skate Surabaya, Handoyo Laksono menampilkan petinju kidal buatan Yani Hagler (Sawunggaling Surabaya) 12 ronde melawan Tubagus Jaya (Garuda Jaya Jakarta), dimenangkan Yani Hagler. Polly Pasireron (Satria Kinajungan Jakarta) mengalahkan Suwarno (Inra Surabaya) melalui pertarungan 12 ronde untuk menjadi juara Indonesia kelas menengah.
Hampir semua petinju top Indonesia pernah terikat kontrak pertandingan dengan promotor Handoyo Laksono. Tak heran, Handoyo Laksono menerima penghargaan tertinggi dari Komisi Tinju Indonesia sebagai promotor paling produktif dengan delapan kali pertandingan sepanjang tahun 1983.
Tidak ada promotor yang bisa menyelenggarakan pertandingan sebanyak delapan kali dalam setahun. Itu era Ketua Umum KTI Pusat Mayjen (Pol) Legowo. Beda dengan KTI sekarang yang terus-menerus dipimpin Anthon Sihombing. Hampir tidak ada inovasi.
Karier promotor Handoyo Laksono praktis sebentar. Setelah memenangkan medali emas kelas welter sekaligus terpilih Petinju Terbaik Piala Tinju Amatir di GOR Pulosari Malang 1980, Handoyo Laksono mulai terjun sebagai promotor.
Pada tahun 1984, Handoko Laksono mulai meninggalkan tinju. Ia bekerja di sebuah showroom, dan seterusnya menikah dengan Karin Pichard (lebih dahulu meninggal). Mereka memiliki tiga anak dan satu cucu.
Handoyo Laksono lahir di Surabaya, 29 Agustus 1957. Meninggal di Surabaya, 20 Agustus 2024, dalam usia hampir 67 tahun. Adik Handoyo, Handoko Laksono sempat bergabung dengan kepromotoran Handoyo Laksono sebagai juru foto. Sementara, Fifi Laksono (adik perempuan Handoyo), maju meneruskan promotor kakaknya di bawah bendera Sawunggaling Promotion, yang bermarkas di Jalan Kalikepiting 123, Surabaya.
Menurut data yang disampaikan Singky Soewadji, almarhum Handoyo Laksono meninggal karena sakit gagal ginjal. Selama satu tahun terakhir hidup di rumah sakit.
“Rumah sakit sudah menolak. Sudah menyerah,” kata Singky Soewadji. “Akhirnya cari rumah sakit yang lainnya. Almarhum menghembuskan napas terakhir di rumah sakit.”
Jenazah disemayamkan di Adi Jasa, Ruang 26-27, Jalan Demak, Surabaya.
Ibadah tutup peti: Rabu, 21 Agustus 2024, pukul 15.00 WIB.
Ibadah penghiburan: Kami, 22 Agustus 2024, pukul 19.00 WIB.
Diperabukan: Jumat, 23 Agustus 2024, pukul 09.30 WIB. Berangkat pukul 10.00 WIB ke Krematorium Eka Praya.
Selamat jalan kawan, Bapak Handoyo Laksono, promotor tinju terkenal era dekade 80-an. Semoga mendapat tempat yang indah di sisi kanan Allah Bapa di Surga. (Finon Manullang)