Rondeaktual.com – Dalam sejarah tinju, kelas berat dikenal sebagai divisi yang paling tidak konsisten dalam perkembangannya. Salah satu alasannya adalah kelas ini tidak memiliki batas minimum berat badan, berbeda dengan divisi tinju lainnya. Di masa awal, para petinju kelas berat bahkan hanya memiliki berat sekitar 70 kg, jauh lebih ringan dibandingkan dengan standar kelas berat modern yang biasanya melebihi 91 kg. Kondisi ini membuat perbedaan fisik antar petinju kelas berat pada masa lalu begitu kontras dan mempengaruhi gaya bertarung mereka.
Pada akhir abad ke-19, beberapa juara kelas berat memiliki berat badan di bawah 170 pon (77 kg). Hal ini disebabkan oleh tidak adanya batasan minimum yang jelas dalam divisi ini. Namun, seiring berjalannya waktu, ukuran dan kekuatan fisik petinju di divisi kelas berat terus bertambah. Saat ini, petinju kelas berat sering kali memiliki berat badan yang jauh di atas 200 pon (91 kg), menjadikan mereka sebagai raksasa yang mendominasi ring. Meskipun ukuran mereka meningkat, ketidakpastian mengenai berat minimum tetap menjadi salah satu ciri khas unik dari divisi ini.
Perkembangan lebih lanjut muncul dengan pembentukan kelas baru, seperti bridgerweight yang dibentuk pada tahun 2020. Kelas ini diperkenalkan untuk mengisi celah antara kelas penjelajah dan kelas berat, memberikan kesempatan bagi petinju dengan bobot di antara kedua kategori tersebut. Namun, walau berbagai divisi baru terus diciptakan, kelas berat tetap menjadi magnet bagi para penggemar, di mana para petinju yang lebih besar dan kuat bertarung untuk supremasi di ring. (Agan Aldi)