Rondeaktual.com – Erick Irawan adalah mantan asisten macthmaker terpercaya dari DB Promotion era siaran langsung Gelar Tinju Profesional Indosiar (GTPI).
Karier Erick Irawan mencapai puncak ketika menjadi promotor Kejuaraan Dunia WBA kelas terbang mini antara juara M Rachman (Indonesia) melawan penantang Pornsawan Porpramook (Thailand). Pertarungan berlangsung selama 12 ronde dan ditutup dengan putusan pahit, M Rachman kalah dan kehilangan gelar di hadapan publiknya sendiri.
Itu peristiwa lama. Tetapi, Erick tak akan melupakannya, yang terjadi di salah satu studio televisi swasta di Jakarta, 30 Juli 2011.
Kalah, M Rachman kehilangan gelar di kandang sendiri. Kekalahan itu merupakan pukulan terburuk sepanjang perjalanan Erick Irawan di dunia tinju yang “kotor” dan tidak terlupakan.
“Kita dirampok,” kata Erick Irawan. “M Rachman menguasai petinju Thailand dan itu dilihat langsung oleh penonton yang datang ke studio dan jutaan orang melihatnya melalui siaran langsung ke seluruh Indonesia. Rachman dinyatakan kalah,” kata Erick Irawan, setelah bertemu Rondeaktual.com di rumah promotor Johnny Khoe, di Tanjung Priok, Jakarta Utara, beberapa hari yang lalu.
Sebagai orang yang pernah menggelar pertandingan kelas dunia, Erick Irawan sudah mundur sebagai promotor, tetapi tetap mengurus tinju. Membina atlet member.
Promotor Erick Irawan, Jakarta, 28 November 2024. (Foto: Istimewa)
“Ketika M Rachman hendak mempertahankan gelar dunia WBA yang pertama, saya dipanggil (oleh salah satu stasiun televisi) untuk menjadi promotor.”
“Panggilan itu suatu kehormatan dan saya terima. Saya promotor. Semua persiapan kita kerjakan dengan baik. Kita harus membayar option (hak tanding) ke kubu Thailand (sekian puluh dolar). Kalau tidak bayar, Rachman harus mempertahankan gelarnya di Thailand. Waktu itu Rachman merebut gelar WBA di Thailand (membuat sejarah besar dengan menghentikan Kwantahi Sithmorseng pada ronde sembilan, April 2011). Di pertandingan itu, Rachman kena option, jika menang harus mempertahankan gelarnya di Thailand.”
“Televisi kita bersedia Rachman mempertahankan gelar di Indonesia, makanya option harus kita dibeli. Ini tradisi dalam tinju pro yang tidak boleh dilanggar.”
Setelah membayar option, promotor membayar Rachman Rp 450 juta. Petinju Thailand dibayar –mungkin sekitar– US$20 ribu.
Sebelum hari pertandingan, semua berjalan lancar. Promotor, pihak televisi, dan tim M Rachman, optimistis bakal mencapai sukses. Rachman bakal mempertahankan gelarnya.
Tetapi, setelah menyelesaikan pertandingan 12 ronde, apa yang terjadi? Semua terkejut. M Rachman yang menguasai pertandingan diumumkan kalah angka.
Apa yang terjadi? “Kita kalah servis, makanya petinju kita kalah. Sebelumnya sudah saya sampaikan (kepada seorang ketua umum tinju tertua) supaya mereka (wasit/hakim) kita servis. Ajaklah jalan-jalan di tengah malam. Tapi tidak ditanggapi. Barangkali dia takut uangnya habis.”
“Setelah kekalahan Rachman, rasanya hampir mati. Tidak ada lagi artinya jujur dalam dunia tinju. Bikin pertandingan sebesar itu, ternyata dirampok.”
Selama tiga bulan, Erick Irawan seolah menghilang dari dunia tinju. Setengah frustasi. Tidak lama ada panggilan dan menjadi promotor GTPI, yang sangat kesohor itu.
Di era itu, tinju pro Tanah Air masih belum tenggelam seperti sekarang. Masih ada tayangan siaran langsung di televisi. Ada pertandingan lain di beberapa tempat. Masih ada promotor setia menggelar pertandingan.
“Tinju pro kita memang berat, sekarang ini. Saya berhenti, karena terus terang saja, finansial. Saya tidak punya modal cukup dan situasi kurang mendukung. Tinju butuh biaya besar. Promotor tidak bisa spekulasi. Jadi saya pikir, kalau bukan orang yang hobi dan punya uang lebih, tidak mungkin mau terjun sebagai promotor.”
Disinggung tentang promotor yang tidak membayar petinju dan promotor yang tiba-tiba saja membatalkan pertandingan tanpa kompensasi, menurut Erick Iriwan seharusnya tidak boleh terjadi.
“Ada badan tinju yang mengawasi. Dia harus pastikan kalau promotor sudah menyelesaikan termin 30% dari nilai kontrak petinju. Kalau dibatalkan, promotor harus tutup dengan kompensasi. Tidak boleh pura-pura tidak mengerti aturan tinju pro. Kasihan petinju, karena dia sudah mengeluarkan uang untuk persiapan.”
Sekarang datang Johnny Khoe sebagai promotor, yang akan menggelar dua partai Kejuaraan Indonesia di Bandung.
“Saya kira ini bagus untuk memulai bangkitnya tinju pro Indonesia. Saya senang. Kami insan tinju pasti support kehadiran Pak Johnny Khoe. Saya dukung penuh untuk pembibitan. Semoga ada dukungan sonsor. Kalau ini jalan, tiga tahun ke depan kita sudah bisa punya juara dunia baru. (Finon Manullang)