Rondeaktual.com – Eko Susanto, 52 tahun, adalah seorang penggemar tinju, yang domisili di Purworejo, Jawa Tengah. Ia terkenal sebagai “Raja Kliping Tinju” paling legendaris.
Eko Susanto sangat menyukai berita tinju Indonesia. Selama bertahun-tahun setia menyusun kliping dari Majalah Tinju Indonesia, Majalah Ronde, Kompas, Jawa Pos, Surabaya Post, Suara Merdeka, Tempo, Kedaulatan Rakyat, berbagai koran, majalah, tabloid, dan buku.
Kliping tinju yang dimilikinya sudah tidak terhitung banyaknya dan tak tersamai oleh orang lain. Sangat legendaris. Kliping tersimpan bagus di salah satu ruang rumahnya di Purworejo. Dirawat agar tidak rusak.
“Total lebih dari 7.000 kliping berbagai koran, majalah, tabloid, dan buku. Saya jilid sendiri dan sudah masuk volume 18, yang berisi sepakbola, bulutangkis, tapi olahraga tinju paling dominan,” kata Eko Susanto, dihubungi Kamis malam, 9 Januari 2025.
“Tujuannya adalah koleksi. Hobi itu mahal dan aku pertahankan sampai sekarang. Aku senang tukar-menukar. Tidak pernah jual. Aku beli dari teman-teman, yang mereka kumpulkan dari tukang rombeng.”
Kliping Petinju Legendaris Thomas Americo
Bisa disebut Eko Susanto satu-satunya yang memiliki kliping tinju paling lengkap dari berbagai media cetak. Gemar kliping berita tinju dimulai dari era berdirinya badan tinju tahun 1971. Paling menonjol sudah tentu Thomas Americo, petinju asal sasana Gajayana Malang, Jawa Timur.
Seperti diketahui, Thomas Americo adalah petinju Indonesia pertama yang bertanding dalam kejuaraan dunia. Ketika itu, di Istora Senayan (Gelora Bung Karno) Jakarta, Sabtu malam, 29 Agustus 1981, Thomas Americo menantang juara dunia WBC kelas welter yunior Saoul Mamby (Amerika Serikat), bersama promotor Herman Sarens Soediro.
Setelah menyelesaikan pertandingan 15 ronde, Mamby berhasil mengalahkan petinju Indonesia dan cepat-cepat pulang ke negerinya Paman Sam.
Di pertandingan tersebut, Thomas Americo bertanding tanpa pernah duduk dan minum sepanjang 15 ronde. Heboh ke seluruh dunia. Thomas Americo, petinju Indonesia satu-satunya yang bisa melakukannya; tanpa duduk tanpa minum sepanjang 15 ronde.
Kliping Juara Dunia Ellyas Pical
Eko Susanto juga memiliki kliping petinju legendaris Ellyas Pical, orang Indonesia pertama yang menjadi juara tinju dunia.
Ellyas Pical merebut gelar IBF kelas bantam yunior di Istora Senayan, melalui promotor Boy Bolang. Southpaw Ellyas Pical dari sasana Garuda Jaya Jakarta, berhasil memukul knock out ronde delapan dari lima ronde ronde yang direncanakan melawan juara asal Korea Selatan, Ju Do Chun, pada Jumat malam, 3 Mei 1985.
Pada era itu, kejuaraan dunia berlangsung 15 ronde. Tetapi, sejak tragedi kematian Duk-koo Kim, petinju Korea yang dihentikan Ray Mancini pada ronde 14 di Las Vegas, 13 November 1982, kejuaraan dunia perlahan-lahan turun menjadi 12 ronde.
Eko Susanto tidak hanya mengejar kliping nama besar seperti; Wongso Suseno, Wiem Gommies, Ferry Moniaga, Frans VB, Benny Maniani, Pino Bahari, Thomas Americo dan Ellyas Pical, tetapi juga kliping tinju dari berbagai pertandingan di Tanah Air. “Tidak harus petinju besar, pertandingan kecil juga dikoleksi,” katanya. Ia sudah pergi mengunjungi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta.
Eko Susanto menunjuk daftar kliping era tahun 1960 hingga 1990. Tidak untuk dijual. (Foto: Istimewa)
Sekarang Eko Susanto sedang mengejar kliping yang ada di tangan Paulus Noor Mulia, seorang penulis tinju senior domisili Semarang, Jawa Tengah.
“Saya sudah berusaha mendapatkannya termasuk siap untuk memenuhi persyaratan, tapi belum kesampaian,” kata Eko Susanto saat hendak mengantar anaknya ke dokter.
Selain memiliki kliping tinju, Eko Susanto juga mengikuti jejak karir hampir semua petinju Indonesia. Mengenal nama-nama petinju masa lalu dan masa sekarang. Pengabdian yang luar biasa.
Eko Susanto sempat menyinggung tokoh besar Pertina Saleh Basarah. Sangat mengagumi kepemimpinan Saleh Sarah, yang pada tahun 80-an berhasil mengantar petinju amatir Indonesia ke level internasional. Tak akan tersamai. (Finon Manullang)