Rondeaktual.com – Tidak banyak yang mengenal Syaripudin Lado, 59 tahun, sebagai mantan petinju amatir dan mantan petinju profesional. Kebanyakan orang mengenal Lado –nama panggilan akrabnya—adalah promotor, penyusun partai (matchmaker), dan yang paling heboh secara universal adalah penyedia gadis pembawa papan ronde atau ronde teler (roundgirl). Lado domisili Klender, Jakarta Timur.
Tentang prestasi tinju, Lado bukan yang terbaik. Masih banyak di atas Lado yang menyimpan prestasi besar.
Tentang promotor, Lado bukan yang terhebat. Masih banyak promotor lain yang telah menggelar pertandingan besar seperti Raja Sapta Oktohari (sekarang Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia).
Tentang matchmaker, Lado masih yang teratas. Tidak ada orang lain yang bisa melewatinya. Hanya dalam hitungan menit, ia bisa mendapatkan petinju siap tanding di dalam negeri. Untuk tinju luar negeri, entah mengapa, Lado sengaja melepasnya.
Tentang roundgirl –untuk yang satu ini—Lado tidak tersamai oleh siapa pun. Dari dulu sampai sekarang, semua orang mengakui bahwa Lado tidak ada duanya. Dia rajanya gadis pembawa papan ronde. Lado bisa mendapatkan roundgirl hanya dalam hitungan menit. Tinggal tekan nomor yang dituju dan deal tanpa ribet. Roundgirl Lado Collection, bukan saja lebih semangat memandangnya, tetapi lebih profesional di dalam ring saat membawa papan ronde masa interval satu menit.
Lado menjalankan profesi promotor (penyelenggara pertandingan), matchmaker (penyedia petinju) dan roundgirl (penyedia gadis pembawa papan ronde) bukan dalam hitungan bulan, tetapi sudah bertahun-tahun. Sudah lebih dua dekade.
Berdarah Makassar Kelahiran Tanjung Jabung
Syaripudin Lado kelahiran 4 Mei 1965. Ketika ditanya nama kampung halamannya, ia menjelaskan: “Saya ini darah Makassar, tapi lahir di Tanjung Jabung, Jambi. Pernah latihan tinju di Sasana Bina Taruna. Saya petinju terbaik Jambi. Saya pernah bertanding mewakili Provinsi Jambi. Mewakili Pertina Riau. Pernah menjadi kapten kesebelasan sepakbola di Lampung. Saya ditarik sebagai back ketika Lampung berhadapan dengan kesebelasan Bengkulu. Sebelum turun lapangan sudah diatur supaya ribut. Lampung sudah tersingkir. Bengkulu harus menang agar bisa lolos. Pada babak pertama, Lampung tertinggal jauh 3-0. Memasuki babak kedua terjadi ribut besar. Ada pemain Bengkulu jatuh ke straight. Saya kan petinju, reflek tajam. Akhirnya pertandingan dihentikan, setelah Lampung menolak main. Itu drama, yang sampai sekarang belum terlupakan.”
Lado tak tersamai oleh siapa pun. Sangat legendaris. (Foto: Istimewa)
Petinju yang Dihadapi Syaripudin Lado
ADRIANUS TAROREH: Di Kejurnas Jambi tahun 1987, Lado merebut medali perak kelas ringan. Dalam final, kalah melawan Adrianus Taroreh (Sulawesi Utara).
“Di pro, saya jumpa dia lagi (Adrianus Taroreh). Almarhum jemput saya di Bandara Sam Ratulangi. Saya datang sendiri, karena pelatih (Theo Lela) ketinggalan pesawat. Saya tantang almarhum di Gedung Juang Manado. Orang-orang taruhan. Semua pegang Adrianus karena dia memang favorit di sana. Saya kalah angka dan pulang ke Jakarta,” kenang Lado, memuji serangan Adrianus Taroreh.
AJIB ALBARADO: Salah satu lawan paling ganas adalah Ajib Albarado dari Sawunggaling Surabaya (sekarang menetap di Jepang). “Saya bukan saja kalah, tapi rusuk retak dipukul Ajib Albarado. Rata-rata lawan Ajib tumbang KO,” kata Lado.
YANCE RAHAYAAN: Berdasarkan pengakuannya sendiri, Lado dua kali menjatuhkan Yance Rahayaan, kidal dari Scorpio Boxing Camp Jakarta. “Yance orangnya tinggi. Sama-sama kidal. Saya menang di Pacuan Kuda, Pulomas,” Lado menjelaskan.
THOMPSON TASLI: Di arena tinju PRJ, Lado mengalahkan Thompson Tasli. “Thompson petinju bagus dan saya mengalahkannya dengan angka,” kata Lado.
MUHAMMAD RUBA: Lado mencetak KO tercepat, 30 detik, melawan Muhammad Ruba, yang dipromotori Tourino Tidar. “Tempat pertandingan di GOR pas pembukaan Porkas (judi dalam versi olahraga) di Pluit. “Waktu itu judi masih boleh dan masih era Bus Kota. Kita datang dan pulang naik bus.”
Mengapa Disebut Ronde Teler?
Kehadiran gadis pembawa papan ronde sudah tradisi dalam tinju pro. Tidak ada pertandingan tinju pro tanpa roundgirl. Bahkan belakangan, tinju amatir sudah mulai ikut-ikutan menghadirkan roundgirl. Kehadiran di pentas tinju amatir tidak seberani di tinju pro.
Lantas, mengapa gadis pembawa papan ronde disebut ronde teler?
Lado tidak menjawab pasti. “Mungkin karena orang yang membawa papan ronde itu mutar-mutar di atas ring, akhirnya orang menyebutnya ronde teler.”
Sekarang istilah ronde teler sudah jarang terdengar. Orang menyebutnya roundgirl. “Saya punya banyak ronde teler. Cantik-cantik. Tampil menawan. Ada yang penyanyi dangdut, artis sinetron, model, pramugari, kerja salon. Mereka selalu bilang ke saya: “Bang, tampilkan saya dong.” Itu artinya mereka suka, karena sering disorot kamera dalam tayangan tinju siaran langsung. Itu yang membuat mereka bangga.”
Tentang tudingan miring, menurut Lado tergantung orangnya. “Banyak ronde teler saya akhirnya sukses. Menikah dengan bule Australia. Menikah dengan Marinir Amerika dan sekarang tinggal di sana,” katanya.
Honor gadis pembawa papan ronde mulai Rp 750.00 hingga Rp 2 juta. “Kalau luar kota, promotor harus sediakan tiket pesawat atau biaya perjalanan dan hotel termasuk makan,” ia menjelaskan.
Lado dikenal sangat dekat dengan gadis-gadisnya, sehingga mengundang rasa iri dan cemburu dari orang-orang tinju.
“Hubungan saya dengan mereka murni kerja,” tangkisnya. “Saya pernah bersama mereka (bertiga) dalam satu kamar hotel. Tidak ada cerita lain kecuali untuk istirahat tidur.”
Ketika ditanya, apaka dirinya juga sama dengan orang lain yang sering mengejar-ngejar para roundgilrl, bahkan pernah sesama promotor sampai rebutan. Dikasih mobil. Ada rumah tangga sampai retak.
Menurut Lado, dirinya tidak pernah bermain api. “Jujur, itu tidak pernah terjadi dalam hidup saya.”
Ditanya lagi, apakah pernah jatuh hati?
“Tidak. Mereka tahu, kalau bersama saya dijamin aman.”
Promotor Tinju di Studio TVRI Senayan
Syaripudin Lado sempat tercatat salah satu promotor paling banyak menggelar pertandingan di Studio TVRI Pusat, Senayan, Jakarta. Pada eranya terkenal dengan “TVRI Round to Round Fight”. Karena ada larangan jangan memakai bahasa Inggris, judulnya diganti menjadi “Ring Tinju TVRI”.
Sebagai promotor dan penyusun partai, Lado sangat diperlukan hampir semua petinju Indonesia. Mereka selalu memberi kabar siap tanding. Tidak sedikit petinju berpesan minta dicarikan lawan mudah. Biar bisa menang sekaligus mendapat “hijau” di Boxrec .
Mendirikan Sasana Pasus Jakarta
Pada masa mudanya, Lado pernah mendirikan sasana tinju bernama Pasus. “Pasus itu Pasukan susah. Saya pelatihnya dan saya manajer yang mencarikan pertandingan untuk petinju,” kata Lado, yang pernah berkelahi tangan kosong dengan preman Tanah Abang. Preman jatuh ke tanah, lantara sudah mabuk arak di siang bolong.
Sasana Pasus memiliki petinju seperti Hendrik Aritong, Roland Sirait, Hary Suryadi. Sekarang yang masih setia adalah Usman Malawat. Meski sudah kepala empat, Lado masih sering memberi jalan bagi Usman Malawat untuk pertandingan empat bertarif Rp 4 juta. (Finon Manullang)