Rondeaktual.com, Jakarta – Agus Ray, 50 tahun, adalah mantan petinju kelas terbang mini yang kuat tahun 90-an. Agus sekarang bekerja sebagai satpam di perumahan di Tanjung Barat Indah, Jakarta Selatan. Sehari-hari tinggal di rumah kos di Jalan Letjen Sutoyo, Cawang, Jakarta Timur. Setiap akhir pekan pulang ke istri dan anaknya yang menetap di Pandeglang, Banten.
Agus Ray pernah merebut gelar juara Jabotabek dan beberapa kali dipertahankan. Di amatir pernah juara NTT di Kupang.
“Saya pernah ikut kejuaraan Indonesia sampai dua kali tapi kalah. Saya juga ikut kejuaraan dunia (WBO Asia Pasifik) melawan Andy Tabanas (Filipina) di Honolulu. Saya kalah,” Agus menjelaskan.
Agus Ray pertama naik ring ketika masih kelas satu Sekolah Teknik Menengah (STM). “Saya tinjunya ikut Manahan pertama kali. Saya berhenti tinju setelah umur 36. Sudah tua, mau cari apa lagi?”
Sekarang di usia 50, Agus Ray ingin naik ring lagi melawan mantan juara Indonesia kelas bantam yunior, John Manusiwa, 45 tahun. Pertandingan untuk merayakan Keluarga Besar Tinju Indonesia di GOR Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu, 23 November 2019.
“Betul, saya mau naik ring lagi di usia tua. Terima kasih kepada promotor Tobias Pattiasina, yang mau memainkan kami paraa mantan petinju. Tapi itu untuk pertandingan ekshibisi. Cuma main-main untuk menghibur sekaligus menunjukkan teknik bertinju kepada adik-adik tinju. Walaupun ini partai ekshibisi, tapi saya ingin serius memperlihatkan bagaimana cara bertinju yang baik,” ujarnya.
Agus Ray sangat berapi-api. “Saya siap menghadapi John. Dia seorang mantan juara Indonesia kelas bantam yunior. Nanti kami fight (di kelas menengah yunior) tiga ronde. Saya siap mengkanvaskannya di ronde kedua. Saya tidak gentar karena saya anak jalanan. Sudah pahit hidup di jalanan. Siapapun akan saya lawan. Tidak ada kata mundur buat Agus Ray.” Serius sekali kata-katanya.
LATIHAN DI ATAS BAN BEKAS
Untuk menghadapi pertandingan nostalgia, Agus ditangani pelatih Chris Wuritimur, yang keras dan bagus memotivasi.
“Pelatih Chris Wuritimur selalu setia kepada saya mendampingi dan melatih sangat keras. Itu buat motivasi saya untuk menampilkan yang terbaik. Tinju itu seni, bukan asal-asalan. Tinju adalah hidup saya.”
Salah satu yang tidak ditinggalkannya sejak dulu adalah berlatih di atas ban bekas.
“Dari dulu saya latihan di atas ban. Di depan tempat saya kerja banyak ban mobil yang tidak dipakai lagi. Saya ambil dan saya latihan di atas ban.”
Latihan di atas ban, bagi Agus Ray, sangat bagus untuk kaki. “Kaki bisa kuat dan lincah. Kuda-kuda sangat perlu.”
Selain latihan di atas ban bekas, Agus juga banyak makan sayur dan ikan. “Pagi saya lari sepuluh putaran komplek perumahan. Biar ekshibisi kita tepat tunjukkan kepada publik bahwa kita masih bisa.”
Agus Ray mengaku bisa hidup dari tinju baru sekarang ini. “Selama 30 tahun saya habiskan di dunia adu jotos. Saat ini anak saya sudah besar-besar. Saya mempunyai tiga akan perempuan dan satu anak laki-laki.”
Agus menyayangi anak-anaknya. “Alhamdulillah yang satu sudah kerja. Dia ngajar di SMKN 2 Pondok Aren.”
Agus Ray terikat kerja sebagai satpam dengan gaji Rp 2.700.000. ”Saya hidup dari uang segitu. Hidup buat anak-anak saya. Kalau dibilang tidak cukup, ya saya cukup-cukupin saja. Semua istri yang mengatur keuangan. Alhamdulillah berkat doa dan kejujuran kita masih diberikan kesehatan. Mudah-mudahan pertandingan saya nanti ada manfaatnya buat anak-anak saya, karena bapaknya membesarkan mereka dari tinju. Anak-anak saya pun harus bangga. Saya berjanji akan bermain semaksimal mungkin dengan kemampuan saya.” Agus juga berjanji akan membawa kecombrang saat pertandingan.
TENTANG AGUS RAY
Nama: Agustinus.
Nama ring: Agus Ray.
Lahir: Bekasi, Jawa Barat, 4 Februari 1969.
Usia: 50 tahun.
Nama bapak: Stevanus Sanggu.
Nama ibu: Sana.
Saudara: 2 orang.
Nama adik: Milah Tresia More.
Mulai latihann tinju: Tahun 1986.
Sasana pertama: Manahan Boxing Camp Jakarta, dengan pelatih Leman Raden dan Eddy Gommies.
Sasana terakhir: Gembronk Boxing Camp Marasal Hutabarat.
Pengalaman: Bertanding 4 ronde, 6 ronde, 8 ronde, 10 ronde, dan 12 ronde kejuaraan.
Prestasi: Juara NTT tahun 1993 di Kupang. Juara Jabodetabek kelas terbang mini tahun 1993 hingga tahun 1996 dan peringakt 8 OPBF (Asia dan Pasifik).
Tempat tinggal: Jalan Letjen Sutoyo, Cawang, Jakarta Timur.
Finon Manullang, menulis dari Desa Tridaya, Jawa Barat, [email protected]