Petinju favorit kelahiran Sukadana, Kalimantan Barat, Daud Yordan, 32 tahun, dari dulu sampai sekarang, kalau ditanya selalu cepat menjawab. Satu pertanyaan pendek bisa disambar panjang tidak berbelit-belit.
Itulah salah satu yang mendorong saya melakukan wawancara, melalui telepon dari Desa Tridaya, Jawa Barat, Sabtu (9/11/2019) malam.
Seperti diketahui, Daud Yordan sekarang berada di Bali untuk persiapan kejuaraan IBA world dan WBO oriental kelas welter yunior melawan Michael Mokoena (Afrika Selatan). Pertarungan dijadwalkan 12 ronde di Kota Batu, Jawa Timur. Siaran langsung RCTI, Minggu (17/11/2019) siang. Berikut petikan wawancara Daud Yordan.
Tadi Daud sedang mandi atau sedang makan. Agak sulit menghubunginya.
“Sori. Tadi semir rambut hitam. Rambut saya sudah banyak putihnya. Di mana-mana uban, makanya saya semir supaya mengkilap.”
Sudah berapa kali ke Bali.
“Sering. Sebelum persiapan dengan pelatih Pak Pino Bahari, saya sudah pernah di Bali bersama pelatih asal Australia, Craig Christian. Ini sudah masuk dua bulan bersama Pak Pino Bahari.”
Mengapa memilih Bali.
“Inikan keputusan manajemen. Saya harus ikut. Saya di bawah manajemen Mahkota Promotion, yang di sana ada Pak Raja Sapta Oktohari, manajer saya Pak Gustiantira Alandy, promotor saya Pak Urgyen Rinchen Sim. Saya bangga bisa bertahan selama 11 tahun bersama Mahkota Promotion. Petinju lain, belum tentu. Itu sebuah prestasi bagus, bahwa saya bisa menjaga hubungan baik. Saya dikasih kesempatan untuk terus berkarya lewat tinju dan itu dari tahun 2008 sampai sekarang tahun 2019. Dari tidak punya apa-apa, dari jalan kaki kalau ke mana-mana, sampai mau lempar handuk. Sekarang sudah punya sasana sendiri. Punya keluarga. Punya rumah sendiri. Bisa bantu saudara. Itu semua dari tinju bersama Mahkota Promotion.
Enak tidak latihan di Bali.
“Saya kira yang pertama harus dijalani dengan ikhlas dan sukacita. Kebetulan saya dengan Pak Pino Bahari kan sudah kenal lama. Sejak era tinju televisi dulu. Saya bisa adaptasi.”
Kota Batu bagaimana.
Saya belum pernah ke sana. Ini yang pertama. Nanti di Batu ada beberapa kegiatan yang sudah disusun. Ada konferensi pers bersama Pemerintah Kota Batu. Ada dinner dan saya tetap latihan. Hari Jumat (15/11/2019) konferensi pers terakhir. Sabtu pagi timbang badan. Minggu siang tanding. Itu jadwal saya.”
Kenal dengan calon lawan.
“Belum. Tapi saya sudah melihat rekaman pertandingannya. Dia petinju yang bagus. Semangatnya besar. Saya kira dia tetap akan tampil seperti semula. Dia boxer. Dia tidak akan fighter dan tidak mungkin berubah. Saya kira dia dan timnya pasti berjuang mati-matian untuk mengalahkan saya. Saya juga begitu. Saya akan menyerang tapi tidak membabibuta. Karakter saya tidak akan berubah dan saya tidak akan menunggu lawan.
Knockout atau 12 ronde.
“KO itu bonus. Saya tidak pernah pandang enteng lawan. Saya akan berusaha memuaskan penonton dan menang. Saya tidak ada target muluk-muluk. Saya bisa menang dan bisa menunjukkan kepada bangsa itu sudah bagus. Artinya tinju pro Indonesia masih bisa berprestasi di tingkat dunia.”
Pertandingan nanti adalah perebutan gelar IBA world dan gelar WBO oriental kelas welter yunior. Bagi Daud, untuk apa pertandingan nanti.
“Jelas untuk mencetak rekor. Kalau juara, maka saya menjadi petinju Indonesia pertama juara di tiga kelas berbeda. Sebelumnya saya sudah merebut gelar dunia IBO (International Boxing Organization) kelas bulu di Marina Bay Sands, Singapura, kemudian merebut gelar dunia IBA (International Boxing Association) kelas ringan di Northbridge. Nanti di Batu perebutan gelar dunia IBA kelas welter yunior. Kalau juara, saya petinju Indonesia pertama juara di tiga kelas. Setelah itu turun lagi ke kelas yang lebih kecil, kelas ringan.”
Mengejar rekor, ini menarik. Semoga tercapai. Tetapi, apakah ini juga sebagai taktik untuk mengejar bayaran mahal.
“Kalau tinju pro kita sendiri bicara uang, tidak bisa sama dengan Amerika atau Eropa. Tetapi yang paling penting adalah karir saya boleh dibilang mencatat rekor pernah juara dunia di tiga kelas berdeba. Semua orang punya cerita yang berbeda. Chris John punya cerita yang hebat sebagai juara dunia terlama dan sekarang promotor. Ellyas Pical juara dunia pertama yang kita miliki. M Rachman punya cerita dua kali juara dunia yang berbeda di kelas yang sama dan saya dengar pernah maju pilkada. Nico Thomas juga punya cerita yang lain. Masing-masing punya cerita sendiri. Daud Yordan juga ingin punya cerita yang berbeda.”
Bagaimana tinju pro Indonesia.
“Dulu ramai sekarang tidak. Tinju di Indonesia namanya saja tinju pro, tetapi banyak petinju yang nasibnya sangat tidak layak. Makanya saya bilang, saya ini sangat beruntung di tinju pro. Dulu bertahun-tahun mondar-mandir jalan kaki. Sekarang sudah punya sasana. Saya bisa menghidupi sasana dari uang tinju. Makan dan kamar tinggal atlet saya siapkan. Dapat uang saku tiap minggu. Pelatih juga ada yang tinggal di sana. Tempat itu sasana dan kantor.”
Itu bukan uang sedikit
“Sebagian uang bayaran saya habis ke sana. Semua saya biayai, meski saya morat-marit. Saya merasa punya panggilan hati. Saya sangat beruntung bisa membantu orang dan mengangkat talenta. Mereka perantau dari berbagai kabupaten di Kalbar.”
Mereka untuk amatir atau pro.
“Saya tidak amatir dan tidak pro. Dua-duanya harus sejalan. Saya lihat amatir tempat pembinaan. Kalau mereka, ada delapan orang, memilih amatir silahkan. Kita lihat nanti siapa di antara mereka yang berkembang.”
Anda sering mengikuti acara partai politik. Duduk di kursi paling depan.
“Siapa saja bisa mengundang seseorang. Saya diundang saya datang. Saya sedang proses dalam membangun relasi. Belajar berpolitik, sembari saya aktif. Bagaimana proses masuk dalam partai politik. Kalau di kemudian hari saya terjun, paling tidak saya sudah punya pengetahuan. Itu penting.
Bagus sekali.
“Iya. Saya ini belajar otodidak. Membaca. Ini harus. Apalagi sekarang media sosial banyak membantu.”
Sudah ikut partai.
“Sampai sekarang saya belum masuk partai. Saya milik semua orang. Siapa saja boleh diundang. Kita pure olahraga.”
Anda ingin maju sebagai gubernur, walikota, atau mungkin bupati.
“Maju untuk merebut kursi gubernur, walikota, bupati, itu terlalu besar. Itu bukan target. Realistis saja. Paling terjun sebagi anggota dewan dulu. Itupun harus dari bawah, dari tingkat kabupaten. Sebab di situ letak persoalan orang desa. Saya ingin bekerja untuk rakyat.”
Terakhir, terserah Daud mau jawab jujur atau pura-pura. Untuk pertandingan nanti Anda dibayar seribu dolar, sepuluh ribu dolar, atau seratus ribu dolar.”
“Sorry, no comment.”
Finon Manullang, menulis dari Desa Tridaya, Jawa Barat, [email protected]